Kami menyediakan berbagai simulasi kredit, dari kredit mobil, kredit rumah, kpr, kartu kredit dan lain-lain. Simulasi pinjaman bisa juga dilakukan di sini.

6 Cara Menjadi Kaya Ala Orang Yahudi

1. Kekayaan Sejati adalah Ilmu Pengetahuan

Investasi terbaik yang dapat Anda buat adalah berupa pendidikan. Hal inilah yang kerap diremehkan atau dipandang sepele. Sebagian orang menganggap bahwa sekolah tinggi tidaklah terlalu penting, pengalaman bekerjalah yang akan lebih membantu seseorang dalam mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Keduanya mungkin sama-sama dibutuhkan, namun tidak dapat dipungkiri pada arena persaingan kerja saat ini, ijazah maupun diploma masih dianggap sebagai bukti valid akan kompetensi seseorang. Hal inilah yang telah dipahami oleh orang Yahudi sejak dulu. Mereka menyebut hal ini sebagai delaying gratification atau menunda kesenangan.

Pendidikan yang baik memang membutuhkan biaya dan waktu yang tidak sedikit, namun orang Yahudi percaya bahwa hal tersebut akan membawa mereka ke jenjang kehidupan yang lebih baik. Mereka memegang prinsip bahwa seseorang harus pantas memeroleh waktu senggangnya, yaitu setelah sekolah dan bekerja keras. Pendidikan yang baik akan berujung pada pekerjaan yang baik, lantas mendapatkan gaji yang baik pula. Bila hal tersebut telah diraih, maka Anda pantas mendapatkan waktu senggang untuk bersenang-senang.

Mari gunakan analogi sebuah mainan. Menurut Anda lebih menarik mana, bersenang-senang pada saat ini dengan mainan yang murah dan mudah rusak, atau mengumpulkan uang terlebih dahulu untuk membeli mainan yang mahal lantas bersenang-senang kemudian? Bila Anda selalu memilih yang pertama, Anda akan terus bekerja keras sepanjang hidup tanpa bisa bersenang-senang dengan mainan yang bagus. Hal ini merupakan konsep sederhana namun pengaplikasiannya tidaklah mudah. Butuh kesabaran dan ketekunan untuk meraihnya.

Di Amerika Serikat, persentase orang Yahudi yang lulus kuliah dan bekerja kantoran lebih tinggi ketimbang orang kulit putih Amerika sendiri, baik yang laki-laki maupun perempuan. Sektor pekerjaan yang mereka tempati pun lebih baik ketimbang orang kulit putih. Banyak pula orang perempuan Yahudi yang lantas menjadi pelopor berbagai gerakan feminisme di Amerika Serikat. Hal ini berkat pendidikan dan ilmu pengetahuan yang telah mereka raih sebelumnya.

2. Alokasikan Uang

Orang Yahudi mengalokasikan uangnya sebagai berikut:

  • 10% untuk hal-hal yang berkaitan dengan ibadah.
  • 10% untuk beramal, membantu tetangga yang kesusahan, dll.
  • 10% untuk ditabung.
  • 20% untuk investasi.
  • 50% untuk kebutuhan sehari-hari.

Tidak adanya batasan dalam hidup seseorang membuat mereka kerap menghabiskan gajinya setiap bulan. Orang-orang tersebut beranggapan bila masih ada uang yang tersisa di rekening mereka pada akhir bulan, sisa itulah yang akan mereka tabung. Namun kecil kemungkinan hal itu akan terjadi, terutama pada masa kini di mana orang berlomba-lomba untuk memiliki segala sesuatu demi memuaskan ego mereka.

3. Semakin Banyak Memberi, Semakin Banyak Menerima

Tahukah Anda bahwa orang Yahudi menyebarkan kekayaan dan waktu mereka baik untuk berderma maupun aksi sosial lainnya? Bahwa orang Yahudi merupakan kaum yang kikir merupakan miskonsepsi dan stereotip negatif yang telah lama beredar dan diyakini oleh kebanyakan orang. Di Amerika Serikat sendiri, orang Yahudi merupakan komunitas yang paling dermawan. Mereka mampu mengatur dan memaksimalkan kekuatan ekonominya sehingga menjadi pilar terkuat komunitas Yahudi-Amerika di sana.

Orang Yahudi percaya bahwa dengan beramal, kekayaan mereka justru bertambah. Hal ini ditambah dengan prinsip mereka yaitu bila seseorang atau sekelompok tertentu mengontrol dana, maka mereka akan punya kuasa lebih. Ada masa ketika rumah sakit tidak memerbolehkan dokter Yahudi untuk praktik di dalamnya. Lantas apa yang para dokter Yahudi tersebut lakukan? Mereka justru membangun rumah sakit sendiri dan membukanya untuk dokter dan pasien dari segala ras tanpa pandang pilih. Kemampuan orang Yahudi dalam membangun banyak institusi di Amerika merupakan pertanda self-sufficiency atau kemampuan untuk mencukupi diri sendiri, yang sekaligus membantu dan menguntungkan orang lain.

4. Orang Sukses Terdiri dari Kaum Profesional dan Entrepreneur

Profesi yang populer di kalangan orang Yahudi adalah dokter, pengacara, dan pebisnis. Meski kebanyakan orang Yahudi mengejar pendidikan di ranah yang mereka senangi, pekerjaan yang mereka cari sesudahnya berkisar pada tiga profesi tadi. Tidak jarang pula yang justru menjadi entrepreneur dan membuka bisnis sendiri. Keduanya pun kerap membawa orang Yahudi mencapai kondisi finansial yang baik dan di atas rata-rata. Konsep delaying gratification yang telah kami sebut tadi sesuai dengan poin ini.

Pada pertengahan abad ke-20, sekitar 20% laki-laki Yahudi bekerja di sektor profesional dan 35% merupakan pemilik usaha sendiri. Hal ini merupakan bentuk dari keyakinan mereka bahwa uang tidak hanya penting bagi kehidupan, namun juga bagi perputaran uang itu sendiri. Mereka memutuskan untuk mengatur sendiri keuangan mereka dengan menjadi entrepreneur. Ditambah dengan pengalaman orang Yahudi di benua Eropa mengajarkan mereka untuk lebih menghargai dan memiliki keahlian serta aset yang dapat disalurkan/dipindahkan.

5. Kembangkan Kemampuan Verbal

Orang Yahudi memiliki istilah “chutzpah” yang berarti keberanian. Keberanian merupakan kunci kesuksesan mereka dalam berbagai hal yang ingin mereka raih. Keberanian ini, menurut orang Yahudi, lebih merujuk pada ketegasan, kemauan untuk menuntut hak, mendobrak tradisi, hingga melawan otoritas. Mereka percaya bahwa hal ini akan membawa hasil yang baik dalam dunia yang kompetitif dan bersikap pasif bukanlah sesuatu yang harus dipelihara.

Karakteristik yang juga kerap melekat pada orang Yahudi adalah agresivitas mereka secara verbal. Kemampuan untuk mengekspresikan keinginan dan opini inilah yang menguntungkan mereka entah dalam hal bisnis, hukum, hingga seni.

6. Selektif dalam Berfoya-foya dan Berhematlah

Sebenarnya apa definisi kikir? Kikir adalah bertindak secara berlebihan untuk menghemat uang dalam jumlah yang amat kecil. Misalnya hanya mandi seminggu sekali demi menghemat pengeluaran untuk air dan sabun. Hal ini merupakan tindakan yang berlebihan dan justru merugikan sanitasi Anda sendiri. Seperti yang telah kami sebutkan pada poin ketiga, orang Yahudi bukanlah kaum yang kikir atau pelit. Memang sebagian ada yang bersifat demikian, tapi itu bukanlah hal yang identik dengan ras mereka. Dan sifat kikir tidaklah sama dengan sifat hemat.

Lantas bagaimana cara menggunakan uang agar menjadi kaya seperti orang Yahudi? Anda harus belajar bagaimana cara menabung dan menggunakan uang secara bijak. Kebiasaan orang Yahudi adalah menyeimbangkan antara berfoya-foya dan berhemat. Kesuksesan mereka dalam mengakumulasikan kekayaannya berasal dari pendidikan yang baik, kerja keras, dan kemampuan berdagang yang bagus. Ditambah kemampuan mereka untuk berhemat alias frugal juga menjadi gaya hidup yang menguntungkan.

Bagaimana cara berhemat? Misalnya saat makan di restoran, Anda lebih memilih untuk mencari servis yang memberikan isi ulang minuman secara gratis, ketimbang memesan pilihan minuman yang lain. Atau dapat pula membandingkan harga sebuah produk dari beberapa toko untuk mendapatkan harga termurah dan penawaran terbaik, juga merupakan contoh penghematan yang dapat Anda aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Artikel Terkait

Demikianlah artikel tentang 6 cara menjadi kaya ala orang Yahudi, semoga bermanfaat bagi Anda semua.



Kesalahan dalam Menyimpan Uang
12 Hal yang Bisa Dilakukan Untuk Pensiun Dini
Tips Ibu Rumah Tangga Jepang dalam Menyimpan Uang
Agar Bisa Menabung, Hindari Beli Barang Berikut
Inilah Cara Jitu untuk Mempersiapkan Dana Kuliah Anak
Tip Keuangan UKM
Kesalahan Pola Asuh Anak Mengenai Keuangan yang Mungkin Anda Lakukan
Tips Mengelola Keuangan Selama Lockdown
7 Alasan Mengapa Menunda Tidak Baik bagi Keuangan
5 Kebiasaan Soal Uang Ini Akan Membuat Anda Jadi Kaya


Bagikan Ke Teman Anda