Kami menyediakan berbagai simulasi kredit, dari kredit mobil, kredit rumah, kpr, kartu kredit dan lain-lain. Simulasi pinjaman bisa juga dilakukan di sini.

Apa Akibat Jika Anak Terlalu Dimanja Sewaktu Kecil?

Sejatinya orang tua menyayangi anaknya merupakan hal yang lumrah. Orang tua pasti ingin membahagiakan anak-anak bagaimana pun caranya. Ketika melihat anak-anak tertawa riang atas sesuatu yang dilakukan atau diberikan oleh orang tua, ada kepuasan dan ketenteraman hati yang dirasakan oleh para orang tua.

Sayang, banyak orang tua yang tidak menyadari bahwa rasa sayangnya yang berlebihan justru memberikan efek yang kurang baik terhadap perkembangan anak, terutama secara psikologis. Tak sedikit orang tua yang memberikan fasilitas kepada anaknya, meski sebenarnya sang anak belum membutuhkannya. Sebut saja smartphone, iPad, sepeda motor, bahkan mobil yang diberikan orang tua di saat anak-anak masih belum cukup umur untuk menerima fasilitas tersebut.

Diakui atau tidak, orang tua sering kali terjebak. Mereka pikir dengan memberikan barang-barang mewah dan mainan mahal telah memberikan kebahagiaan kepada anak, padahal tanpa disadari orang tua justru telah memanjakan anak. Di balik senyum dan tawa riang sang anak, orang tua tidak menyadari bahwa barang-barang mewah dan mainan mahal yang diberikan tersebut telah menggantikan posisinya di samping anak. Tanpa disadari pula, kasih sayang orang tua yang seharusnya diwujudkan dengan pelukan, belaian, dan bermain bersama justru tergantikan dengan smartphone, televisi, dan lainnya. Hal ini mengakibatkan tidak adanya ikatan batin yang kuat antara anak dengan orang tuanya.

Sebenarnya apa makna dari memanjakan anak? Memanjakan dapat dipahami sebagai sikap orang tua yang memberikan segala sesuatu melebihi yang diinginkan dan dibutuhkan oleh anak. Memang tak harus menjadi kaya untuk memanjakan anak, sela ma orang tua mampu memberikan fasilitas kepada anak meski tak harus mewah, maka di situlah telah terjadi praktik memanjakan anak.

Sikap memanjakan anak sudah pasti menciptakan anak yang manja. Terdengar sinis. Mengapa memanjakan anak seolah memiliki konotasi yang negatif? Disadari atau tidak, sikap memanjakan anak sering kali disertai dengan kurangnya kedisiplinan yang ditanamkan. Selain itu, orang tua mudah sekali menuruti kehendak dan mewujudkan keinginan anak tanpa adanya usaha dari anak yang bersangkutan. Jika sikap memanjakan anak ini terus berlangsung hingga anak dewasa, maka anak sendirilah yang akan menanggung akibatnya. Memang ada akibatnya? Jelas ada. Berikut akibat anak terlalu dimanja sewaktu kecil.

  • Bermasalah dengan kemandirian

Kebiasaan anak memperoleh segala sesuatu yang diinginkan secara instan tanpa disertai adanya usaha mengakibatkan kurangnya kemandirian dalam diri anak. Ketika anak beranjak dewasa, ia akan menjadi orang yang sangat bergantung pada orang lain. Mulai dari pekerjaan rumah sederhana seperti menyapu, mencuci piring kotor, mengepel, dan tugas-tugas domestik lainnya hingga urusan finansial, ia akan mengalami kesulitan karena tidak diajarkan oleh orang tuanya. Meski orang tua meninggalkan harta warisan yang melimpah tapi apabila anak tidak dibekali dengan kemandirian yang mumpuni, harta yang ditinggalkan tak bisa menjadi bekal bagi anak untuk tetap bisa bertahan hidup dalam lingkungan sosialnya.

Ketergantungan yang tinggi terhadap orang lain mendorong anak untuk menikah muda saat ia mulai beranjak dewasa. Mengapa? Ia akan mencari sosok yang bisa memenuhi semua kebutuhannya termasuk finansial tanpa harus bekerja. Namun, pernikahan yang tak dilandasi dengan kesiapan psikologis sering kali bukannya menjadi solusi melainkan justru menimbulkan masalah baru.

  • Mudah menyerah

Anak yang dimanja umumnya memperoleh segala sesuatu yang diinginkan secara instan, tanpa adanya usaha. Orang tua abai dalam melatih kesabaran anak dan mengajarkan bahwa untuk mendapatkan semua yang diinginkan harus ada usaha yang harus dilakukan. Sebagai contoh, orang tua tidak mengajarkan anak untuk menyisihkan sebagian uang sakunya guna ditabung dan menjelaskan jika uang tabungan sudah terkumpul dalam jumlah yang cukup, maka anak bisa membeli barang yang diinginkan. Tak hanya itu, orang tua juga sering abai dalam hal melatih keterampilan anak. Tidak adanya kesabaran dan keterampilan yang diajarkan sedari kecil, berpengaruh pada karakter anak, di mana saat dewasa menjadi pribadi yang mudah menyerah. Ketika dihadapkan pada suatu masalah, anak akan kesulitan untuk menemukan solusi guna memecahkan masalah yang dihadapi. Ketidakmampuan anak dalam memecahkan masalah mengakibatkan pengelolaan emosi yang tidak stabil. Akibat lebih lanjut, anak mudah stres bahkan depresi.

  • Kecewa dengan kenyataan

Anak manja identik dengan hidup yag serba mudah dan nyaman. Di saat orang tua masih mampu untuk memenuhi segala kebutuhan dan memberikan fasilitas yang diinginkan, dampak dari sikap memanjakan ini belumlah dirasa. Namun, ketika anak beranjak dewasa, orang tua semakin menua dan tak lagi bisa memberikan segala sesuatu yang dipinta, barulah terasa. Di saat itulah, anak akan melihat dan menghadapi kenyataan sisi lain dari kehidupan bahwa hidup tak hanya seperti ‘negeri dongeng’ yang serba indah dan mudah.

Mau tidak mau, siap atau tidak siap, anak harus menghadapi kenyataan bahwa hidup itu juga ada pahit-pahitnya, sulit, dan juga keras. Apalagi jika ia harus berada di lingkungan baru, di mana tak semua orang bisa memenuhi dan mengikuti perintahnya. Apa yang bisa dilakukan? Kecewa dengan kenyataan, itulah yang akan dirasakan oleh sang anak. Dalam kekecewaan tersebut, ia akan menyalahkan orang tua yang dulu begitu dibanggakannya, atas ketiadaan bekal yang diberikan untuk menghadapi dunia.

  • Menjadi pribadi yang egois

Sikap memanjakan tanpa disadari merupakan bentuk ‘transaksi pembelian’ kasih sayang dengan memberikan hadiah-hadiah material dan hak istimewa oleh orang tua kepada anak. Rasa bersalah orang tua karena tidak bisa menyediakan waktu bersama anak karena kesibukannya sering kali ditebus dengan memberikan hadiah-hadiah menarik yang sebenarnya tidak dibutuhkan anak. Selain itu, kemarahan dan kenakalan anak juga dianggap sebagai hal wajar sehingga tidak perlu adanya nasihat untuk memperbaiki sikap dan kedisiplinan. Lagi-lagi tanpa disadari, orang tua justru membentuk anaknya menjadi pribadi yang egois, karena selalu ‘dimenangkan’ saat melakukan kesalahan.

Beranjak dewasa, anak tidak tahu bahwa setiap kesalahan yang dilakukannya di masa kecil berpotensi menimbulkan konflik di saat ia dewasa. Egoisme yang telah terbentuk sedari kecil menjadikannya sebagai orang yang keras kepala, sulit berbagi, mau menang sendiri, dan tidak mau mendengarkan orang lain. Orang dengan karakter demikian tentu akan sulit beradaptasi dengan lingkungan baru yang dimasukinya.

Begitu banyak sifat dan karakter negatif yang tertanam pada anak manja. Tak hanya mengalami kegagalan dalam menunjukkan sikap yang baik, anak manja juga cenderung tak memiliki kemandirian yang memadai untuk hidup di lingkungan masyarakat secara umum. Anak manja yang beranjak dewasa sering kali mengalami masalah yang tak hanya berkaitan dengan psikologinya tetapi juga kehidupan sosialnya.

Artikel Terkait

Demikianlah artikel tentang akibat jika anak terlalu dimanja sewaktu kecil, semoga bermanfaat bagi Anda semua.



Cara Menyiapkan Anak Menjadi Seorang Dokter
Mendidik Anak Menjadi Pengusaha? Mengapa Jarang yang Melakukannya?
Cara Mengajari Anak Mengatur Uang
15 Cara Terbaik Mengajari Anak tentang Uang
Panduan Menabung untuk Pendidikan Anak di Masa Depan
Hal yang Sering Diajarkan Kepada Seorang Anak, Namun Berbahaya!
Jangan Beli Mainan Anak-anak Seperti Ini
Ajarkan Tip Keuangan Ini untuk Anak Anda
Sering Diajarkan Pada Anak, Tetapi Sebenarnya Kurang Bagus
7 Cara untuk Memulai Mengajari Anak Mengelola Keuangan


Bagikan Ke Teman Anda