Apa Itu Hedonisme dan Mengapa Tak Baik untuk Keuangan Keluarga
‘Kehidupan kamu hedon banget sih Ran’ ujar Mita kepada Rani ketika Rani menunjukkan sebuah handbag seharga sebelas juta rupiah yang baru saja dibelinya di online shop kepada sahabatnya tersebut.
‘Hedon? Bukan Hedon Mit. Ini namanya menikmati hidup’ jawab Rani santai. Meskipun di dalam hati Rani kemudian bertanya, kenapa sih Mita kok tega-teganya menyebutnya Hedon?
Hedon atau Hedonisme merupakan suatu istilah yang saat ini sedang populer di kalangan anak muda. Hedonisme dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan untuk mencari kebahagiaan dalam hidup, melalui ukuran materi dan kesenangan duniawi. Hedonisme juga dapat diartikan sebagai kegiatan yang terkesan hura-hura dan menghamburkan uang.
Ketika Mita berkata kepada Rani bahwa Rani memiliki kehidupan yang Hedon dengan membeli handbag seharga sebelas juta rupiah, itu karena Mita sesungguhnya prihatin. Ia mengetahui dengan persis bahwa Rani memiliki gaji lima juta saja per bulannya, namun memaksakan diri membeli handbag dengan harga dua kali lipat gajinya.
Hedonisme memang tampaknya menyenangkan, namun lambat laun ia bersifat menghancurkan. Berapa banyak orang terkenal yang mengalami kebangkrutan hanya karena mereka terlalu hedonis – menghambur-hamburkan uang dan lupa untuk mengelola keuangan mereka secara bijak dan smart.
Hedonisme juga buruk untuk anda yang sudah berkeluarga. Meskipun saat ini kebanyakan keluarga rata-rata memiliki dua keran sumber keuangan dari istri dan suami yang bekerja, namun bahaya hedonisme bisa mengintai siapa saja. Dan akibatnya sangat fatal hingga bisa menghancurkan keuangan sebuah keluarga. Berikut akan kami paparkan beberapa sebab mengapa sebaiknya hedonisme dijauhi dan dampak buruknya bagi keuangan keluarga anda.
1. Gaji Terasa Kurang
Orang yang memiliki sifat Hedonis selalu mencari kesenangan melalui materi dan berbagai macam barang yang sayangnya bersifat konsumtif dan bukan produktif. Mereka senang melakukan sesuatu hanya untuk keren-kerenan. Misalnya seperti Rani yang memaksa diri membeli handbag seharga belasan juta rupiah, padahal gajinya sebulan hanya kurang dari setengah dari harga tas yang ia beli. Akibatnya dari bulan ke bulan gaji dirasa tidak cukup untuk memenuhi gaya hidup yang hedonis. Keuangan keluarga pun selalu tekor tiap bulan karena lebih besar pasak daripada tiang.
2. Mendorong Untuk Berhutang
Orang dengan gaya hidup yang Hedonis cenderung memiliki banyak hutang. Baik hutang kartu kredit maupun hutang dengan orang terdekat. Hal ini karena ia selalu memenuhi hasratnya untuk hidup bermewah-mewahan yang sebenarnya tak dapat ia penuhi. Meskipun ia kaya, ia akan terus menerus menghamburkan uang.
Yang perlu dipahami adalah sekaya apapun seseorang, uang pasti ada batasnya. Jika dalam manajemen keuangan yang baik, hutang yang diperkenankan adalah hutang produktif yang nilainya tidak lebih 30% dari pendapatan tiap bulannya. Namun pada orang dengan gaya hidup hedonis, hutang yang mereka miliki biasanya bersifat konsumtif dan jumlahnya melebihi 30% dari penghasilan mereka dalam sebulan. Benar-benar Big No!
3. Lupa Menabung
Seorang teman pernah berkata bahwa salah satu alasan mengapa harga barang branded menjadi begitu tinggi adalah karena biaya iklan mereka yang tak main-main mahalnya. Dan biaya iklan yang mahal ini kemudian ditimpakan ke konsumen melalui harga produk mereka yang konsumen beli dengan rasa bangga.
Salah satu ciri orang yang Hedonis adalah mereka cenderung menyukai barang-barang branded bukan karena mereka memerlukannya – namun lebih karena mereka ingin dilihat oleh orang lain, dan bangga memakainya.
Untuk keuangan keluarga, hal ini tentu saja tidak disarankan. Membeli barang branded itu sah-sah saja, namun dengan cara membuat pos khusus dan menabung secara khusus untuk membeli barang tersebut terlebih dahulu. Hal ini agar keinginan anda untuk membeli barang branded tidak mengganggu keuangan pada pos-pos lainnya.
Meski demikian prinsip utama tetap harus diingat: belilah barang karena anda membutuhkannya dan bukan karena mereknya.
4. Tidak Berinvestasi
Di dalam keuangan keluarga, ada banyak kebutuhan yang harus dipenuhi. Yaitu kebutuhan hidup sehari-hari, kebutuhan membeli rumah, kebutuhan kesehatan, kebutuhan pendidikan anak dan lain-lain. Keuangan keluarga yang baik akan menyisihkan sejumlah dana sebagai investasi (seperti pendidikan anak atau kepemilikan rumah) karena jumlahnya yang tidak sedikit dan butuh bertahun-tahun untuk mengumpulkannya.
Seseorang dengan sifat Hedonis, akan cenderung ‘mempersilahkan’ dirinya mengambil jatah dari pos-pos tersebut sehingga keuangan keluarga menjadi tidak seimbang dan lama kelamaan akan kolaps karena biaya kesehatan, pendidikan dan kepemilikan rumah yang jumlahnya tidak sedikit dan naik dari tahun ke tahun.
Meskipun tadinya ia merupakan seseorang dengan penghasilan yang lumayan, namun karena tidak menyisihkan uang untuk berinvestasi, maka bukan tidak mungkin suatu hari nanti ia akan menemukan hidupnya berada di jurang kebangkrutan.
5. Kehilangan Networking
Networking adalah salah satu bentuk intangible asset yang harus dijaga keberadaannya. Dari networking-lah terkadang kita mendapatkan berbagai aliran pemasukan yang tak terduga. Jika ada yang berpendapat bahwa mereka memiliki gaya Hedonis justru karena ingin menambah networking, orang-orang ini tak sepenuhnya benar.
Kebanyakan dari orang-orang kaya yang smart justru tidak memiliki sifat hedonis. Lihat saja Mark Zuckerberg atau Jack Ma yang meskipun sangat sangat kaya, namun lebih mencintai gaya hidup sederhana.
Lagipula, seseorang dengan sikap hedonis lambat laun akan bergaul dengan sesama hedonis saja dan dijauhi oleh networking-nya yang benar-benar berkualitas karena mereka enggan terus menerus dipinjami uang dan diajak menghambur-hamburkan uang. Bukankah kehilangan networking juga merupakan suatu kerugian yang besar?
Biar kami beri tahu satu rahasia mengenai gaya hidup Hedonis.
Gaya hidup ini memiliki sifat seperti air garam; semakin diminum maka semakin haus. Sebesar apapun penghasilan seseorang pasti tak akan pernah cukup jika menganut gaya hidup hedonis.
Jadi ketika anda juga merasakan bahwa gaji anda tak pernah cukup setiap bulannya, coba tanyakan pada diri sendiri: apakah saya selama ini hedonis? Apakah saya selalu mendahulukan nafsu daripada kebutuhan? Apakah siapa diri saya ditentukan oleh barang-barang branded yang saya kenakan? Jika iya, anda patut bersyukur karena masih ada waktu untuk anda berubah dan menyelamatkan keuangan keluarga secepatnya.
Artikel Terkait
- 7 Cara Menagih Hutang Teman Agar Cepat Dibayar
- Apakah Investasi Emas Selalu Menguntungkan?
- Apa Itu Refinancing Kredit Mobil? Bagaimana Caranya?
- 6 Tip Mempersiapkan Krisis Ekonomi yang Dapat Dicoba
Demikianlah artikel tentang Hedonisme dan mengapa tak baik untuk keuangan keluarga, semoga bermanfaat bagi Anda semua.