Apa yang Terjadi ketika Negara Gagal Membayar Utang (Default)?
Utang seolah memiliki dua wajah : wajah yang satu menguntungkan, terlebih bila kita gunakan utang untuk keperluan yang bersifat produktif. Seperti bisnis yang bisa mengalami percepatan dengan berutang, atau pembangunan infrastruktur yang sudah bisa dikerjakan meski dana belum tersedia.
Namun di sisi wajah yang lain, utang pelan-pelan dapat menjerumuskan debitur untuk tenggelam ke lubang yang lebih dalam. Tidak hanya terjadi pada perorangan, namun juga dapat terjadi pada sebuah negara.
Dalam kehidupan bernegara, utang seolah tak tertolak. Hal ini karena tidak semua pembangunan infrastruktur dan biaya-biaya lainnya dapat diakomodasi dengan baik oleh dana APBN atau sumber dana dari dalam negeri. Sehingga untuk beberapa hal, negara pun meminjam dana dari luar negeri.
Untuk Indonesia, adalah Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund) yang sering membantu restrukturisasi utang nasional. IMF dari waktu ke waktu kemudian membuat penyesuaian-penyesuaian agar jumlah utang terus dapat ditanggulangi dengan baik oleh Indonesia.
Dengan kemudahan-kemudahan yang diberikan, sesungguhnya banyak negara yang dapat menghindari kondisi gagal bayar, meski beberapa negara terpaksa harus menelan pil pahit berupa gagal bayar atau default.
Lalu apa yang sebenarnya terjadi jika sebuah negara gagal membayar utangnya?
Ketika Negara Gagal Bayar (Default)
Menurut Wikipedia, gagal bayar adalah suatu kegagalan atau penolakan pemerintah sebuah negara berdaulat untuk membayar penuh utang-utangnya. Penolakan ini dapat disertai pernyataan resmi pemerintah untuk tidak membayar (repudiasi) atau hanya membayar sebagian utang-utangnya (penerimaan jatuh tempo) atau penghapusan pembayaran jatuh tempo secara defacto.
Ada beberapa negara yang sudah jatuh ke jurang hitam default. Berdasarkan situasi yang terjadi di beberapa negara tersebut, berikut adalah hal-hal yang umum terjadi ketika negara mengalami Gagal Bayar (Default) :
- Negara akan kehilangan kepercayaan dari Investor, sehingga mengakibatkan pasar saham akan mengalami kekacauan dan lambat laun hancur.
- Semua lembaga keuangan akan mengalami kegagalan untuk melakukan antisipasi apapun terhadap kondisi default yang bergerak seperti efek domino.
- Tak lama kemudian, dampaknya akan terasa di masyarakat. Program pendanaan dari pemerintah ke masyarakat seperti kesehatan, pendidikan, dan dukungan fasilitas publik lainnya akan terhenti sehingga tidak ada lagi jaminan untuk masyarakat. Dari sini, masyarakat akan merasa resah sehingga terjadi kekacauan.
- Terjadi kekacauan di masyarakat, karena masing-masing orang akan mencoba untuk menyelamatkan diri serta uang mereka. Hal ini kemudian akan menyebabkan perbankan kolaps, yang lalu menyebabkan keruntuhan mata uang nasional.
- Pelaku Bisnis tidak dapat menjalankan usahanya. Ketika usaha tidak berjalan maka tidak ada penghasilan, sehingga pelaku bisnis tidak dapat membayar karyawannya. Pengangguran dimana-mana.
- Karena Pelaku bisnis tidak beroperasi, kegiatan ekspor barang terhenti. Kebutuhan di dalam negeri lalu diantisipasi dengan mengimpor barang dari luar negeri. Karena lebih banyak impor daripada ekspor, mata uang semakin lemah.
- Terjadi kerusuhan, penjarahan dan tindak kekerasan dimana-mana karena rakyat tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka.
- Beberapa pihak akan menjadi opportunis memanfaatkan keadaaan, korupsi terjadi, sementara utang luar negeri semakin menumpuk karena bunga yang terus berjalan.
Beberapa Negara yang Pernah Mengalami Default :
1. Yunani
Yunani mengalami default pada tahun 215 sekaligus menjadi negara maju pertama yang mengalami default. Yunani memiliki utang sebesar 1,6 miliar euro kepada Dana Moneter Internasional. Bermula dari krisis ekonomi global yang terjadi pada tahun 2008, Yunani termasuk negara di Uni Eropa yang terdampak karena banyaknya utang yang sudah lebih dulu bertumpuk. Pemerintah Yunani terlalu royal, sehingga mengakibatkan utang mereka tidak terbayar.
Karena default, seluruh perbankan di Yunani ditutup untuk mencegah warga mereka menarik uang mereka di bank, sementara sebelumnya penarikan harian di Bank dibatasi hanya sebesar 60 Euro atau sekitar Rp.887 ribu. Tingkat pengangguran pun melonjak hingga di atas 25%. Negara Eropa kemudian bersatu untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi Yunani.
2. Zimbabwe
Default Zimbabwe disebabkan oleh pemimpin mereka, Robert Mugabe yang dikabarkan berfoya-foya di atas penderitaan rakyatnya yang miskin. Semua bermula pada tahun 2008 dimana di Zimbabwe terjadi hiperinflasi yang sangat tinggi. Inflasi bulanan pada tahun 2008 di Zimbabwe diperkirakan mencapai 7,9 miliar persen.
Dengan inflasi yang hyper tersebut, Zimbabwe kemudian mengalami kekacauan dalam negeri, pengangguran yang parah dan perekonomian yang hancur hingga 18%. Nilai mata uang dolar Zimbabwe seolah tidak bernilai pada tahun 2009, sehingga transaksi keuangan dilakukan dalam dolar Amerika Serika atau mata uang Afrika Selatan.
3. Argentina
Argentina pernah mengalami dua kali dinyatakan default. Yang pertama terjadi pada tahun 2002 dan yang kedua terjadi pada tahun 2014. Setelah dinyatakan default pada tahun 2002, Argentina melakukan restrukturisasi utang pada tahun 2005 dan 2010. Namun pada tahun 2014 Argentina menyatakan bahwa mereka tidak dapat melunasi utang kepda investor yang jumlahnya mencapai US$13 miliar atau kurang lebih setara Rp.174 Triliun. Awal mula Argentina mengalami default ditenggarai karena kegaduhan politik yang terjadi sehingga berdampak pada kondisi perekonomian negara tersebut.
Artikel Terkait
- Negara-negara yang Dulunya Kaya Raya namun Kini Miskin
- Negara yang Gagal Rededominasi
- Apa itu Kartu American Express? Mengapa Orang Memakainya?
- Cara Mengirimkan Uang ke Negara Lain secara Murah
Demikianlah artikel tentang beberapa hal yang terjadi ketika Negara gagal membayar utang (Default), semoga bermanfaat bagi Anda semua.