Kami menyediakan berbagai simulasi kredit, dari kredit mobil, kredit rumah, kpr, kartu kredit dan lain-lain. Simulasi pinjaman bisa juga dilakukan di sini.

Memahami Tentang China Debt Trap Dan Konsekuensinya

Siapa yang tak kenal China? Negara di kawasan Asia Timur ini disadari atau tidak telah bertransformasi menjadi negara super power menyusul Amerika Serikat. Sebelumnya, China merupakan negara miskin dengan populasi terbesar di dunia. Namun, China melakukan berbagai upaya untuk keluar dari ‘kemiskinannya’, sehingga kini menjadi negara besar yang disegani dunia.

Kegigihan China menjadi negara maju seperti sekarang ini memang layak diapresiasi. Hanya saja, tak semua langkah besar yang dilakukan China memiliki dampak positif bagi kedaulatan negara lain. Salah satunya adalah pemberian utang secara besar-besaran kepada negara-negara miskin dan berkembang, kemudian secara perlahan menguasai dan mengambil kendali atas kebijakan strategis di negara-negara tersebut. Inilah yang disebut dengan China debt trap atau jebakan utang China.

Apa itu China debt trap?

China debt trap merupakan strategi diplomasi yang dilakukan oleh China dengan memberikan pinjaman kepada negara lain, dengan beban bunga yang tinggi. Tujuan dari strategi diplomasi ini adalah menguasai sebagian atau bahkan seluruh komponen strategis negara peminjam, apabila tidak mampu mengembalikan pinjaman ketika sudah jatuh tempo. Sederhananya, China ingin memperluas wilayah kekuasaannya.

Istilah diplomasi jebakan utang awalnya dikemukakan oleh seorang akademisi India yang bernama Brahma Chellaney pada awal 2017. Teori diplomasi jebakan utang menyatakan bahwa negara kreditur memberikan pinjaman berlebihan kepada negara debitur dengan tujuan mengekstraksi ekonomi atau politik. Apabila negara debitur tidak dapat memenuhi kewajiban pembayaran utangnya, maka harus ada konsesi yang diberikan kepada negara kreditur untuk ‘mengambil alih’ atau mengendalikan negara debitur.

Dalam strategi diplomasi jebakan utang, syarat dan ketentuan pinjaman sering kali tidak berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak, tetapi hanya atas keinginan atau sesuai kondisi pemberi pinjaman. Salah satu ketentuannya adalah uang pinjaman yang diberikan digunakan untuk membayar upah pekerja dan bahan baku yang bersumber dari negara kreditur.

Debt trap sebagai strategi diplomasi

Dalam hubungan internasional, setiap negara memiliki kewenangan penuh dalam menerapkan strategi diplomasinya, entah dinilai menguntungkan atau merugikan negara lain. Salah satunya adalah debt trap atau jebakan utang. Strategi diplomasi debt trap bertujuan untuk menaklukkan suatu negara. Telah menjadi rahasia umum dalam pergaulan internasional, bahwa untuk menaklukkan dan mempermudah suatu negara ada dua cara yang bisa dilakukan, pertama yaitu dengan pedang, yang berarti perang, dan kedua adalah dengan utang. China tampaknya memilih cara yang kedua, di mana negara tersebut kini tercatat sebagai kreditur terbesar di dunia.

Dibandingkan dengan kreditur-kreditur tradisional seperti Bank Dunia, IMF (International Monetary Fund), dan negara-negara kreditur dari OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development), China mampu melampaui mereka dengan pinjaman internasional nilainya lebih dari 5% dari PDB global. Dengan memberikan pinjaman besar dengan ikatan yang melekat pada negara-negara yang rentan secara finansial, China tidak hanya dapat meningkatkan pengaruhnya, tetapi juga menjeratnya dalam perangkap utang yang mengikis kedaulatan negara-negara tersebut.

Hasil studi internasional yang menyoroti praktik pinjaman China yang kuat dan eksploitatif di 24 negara menunjukkan bahwa negara-negara debitur tersebut sebagian besar mendukung dan berpartisipasi dalam Belt and Road Initiative (BRI), yakni mega proyek China yang berusaha mewujudkan mitos Middle Kingdom. Studi tersebut menemukan bahwa pemberian pinjaman oleh China ini memberikan pengaruhi yang cukup besar dengan memasukkan ketentuan yang melampaui standar kontrak pinjaman internasional. China memiliki kekuatan untuk membatalkan pinjaman atau bahkan menuntut pembayaran penuh di depan, apabila negara debitur melanggar kontrak.

Strategi diplomasi China debt trap memberi kesempatan bagi China untuk memproyeksikan pengaruh kebijakan atas negara debitur yang berdaulat. Selain itu juga secara efektif membatasi ruang kebijakan negara debitur untuk membatalkan pinjaman China. Dengan jebakan utang yang disponsori negara, China memajukan kepentingan perdagangan dan geopolitiknya secara agresif. Tak hanya itu, China juga memperluas hubungannya dengan negara-negara berkembang dalam kontrak keuangan, perdagangan, dan konstruksi.

Konsekuensi dari China debt trap

Entah disadari atau tidak oleh pemegang otoritas di setiap negara yang menjadi debitur dari China bahwa mereka telah masuk dalam perangkap. China memberikan pinjaman besar kepada negara-negara berkembang tentu bukan semata-mata ingin membantu secara finansial, tetapi ada tujuan tertentu yang pastinya menguntungkan China. Pemberian utang oleh China yang dicurigai sebagai China debt trap menimbulkan beberapa konsekuensi sebagai berikut.

  • Pemerintah negara debitur tidak transparan

Di setiap kontrak pemberian pinjaman, China memasukkan klausul kerahasiaan yang memaksa negara peminjam atau debitur untuk merahasiakan persyaratan bahkan keberadaan pinjaman. Hal ini menjadikan buram sehingga melanggar prinsip bahwa utang publik harus bersifat transparan dan tidak disembunyikan dari pembayar pajak, sehingga pemerintah dapat dimintai pertanggungjawaban.

  • Ketergantungan pada China

China memberlakukan klausul yang mewajibkan peminjam untuk mengecualikan utang China dari proses restrukturisasi multilateral. Tujuan adalah untuk memastikan bahwa negara peminjam tetap bergantung pada China, termasuk untuk setiap keringanan utang apabila mengalami kesulitan keuangan, seperti dalam pandemi saat ini.

  • Terbelenggu suku bunga yang tinggi

Pinjaman yang diberikan China kepada negara-negara berkembang bukanlah pinjaman berbunga rendah. Jika pun ada, maka proporsinya hanya sedikit saja. China memberikan pinjaman dalam bentuk pembiayaan infrastruktur yang berasal dari pasar modal swasta. Artinya, semakin buruk situasi keuangan peminjam, maka akan semakin tinggi tingkat suku bunga yang dikenakan China untuk memberikan pinjaman.

  • Opsi manajemen krisis negara terbatas

Banyak dari kontrak pinjaman China memasukkan pengaturan jaminan, seperti rekening pendapatan yang dikendalikan oleh pemberi pinjaman. Secara kolateral, China berusaha mengamankan pembayaran utang dengan pendapatan yang mengalir dari berbagai sumber, salah satunya ekspor komoditas. Dari klausul kontrak yang agresif secara komersial, China membatasi opsi manajemen krisis negara peminjam sambil memanfaatkan perannya sendiri.

  • Pengambilalihan aset strategis

Apa jadinya jika negara peminjam tidak dapat membayar kembali pinjaman China? Dalam klausul kontrak pinjaman China memungkinkan dilakukannya pertukaran utang untuk ekuitas. Artinya, negara peminjam menyerahkan aset strategisnya ke China. Hal ini telah terjadi pada beberapa negara, seperti Laos misalnya. Ketidakmampuan Laos membayar kembali pinjamannya kepada China memaksa negara tersebut menyerahkan kendali mayoritas atas jaringan listrik nasionalnya kepada China.

Demikian pula dengan Tajikistan yang terpaksa menyerahkan wilayah Pegunungan Pamir seluas 1.158 km2 sebagai imbalan pengampunan utang kepada China. Tak sampai di situ saja, krisis utang yang terjadi di Tajikistan memaksanya memberikan hak kepada perusahaan-perusahaan China untuk menambang emas, perak, dan bijih mineral lainnya di negara tersebut.

Entah disadari atau tidak, mega proyek BRI merupakan pusat dari strategi diplomasi China debt trap. China sering memulainya dengan menjadi mitra ekonomi negara-negara kecil yang lemah secara finansial. Namun secara perlahan memperkuat jejaknya di negara tersebut untuk menjadi penguasa ekonominya.

Artikel Terkait

Demikianlah artikel tentang memahami tentang China debt trap, semoga bermanfaat bagi Anda semua.



Memahami tentang Gini Ratio
P2P Lending Bangkrut? P2P Lending Penipu? Ini di China!
Memahami Apa Itu Asimilasi
Bagaimana Membeli Barang dari China Secara Grosir?
Memahami tentang Manajemen Produksi
Memahami Pengertian Personal Branding, dari Sejarah Hingga Cara Membangunnya
Memahami Pendapatan Bunga Bersih (Net Interest Income)
Memahami tentang Human Capital
Memahami Apa Itu Purchase Order
Memahami Apa Itu Dimetil Eter (DME)


Bagikan Ke Teman Anda