Kami menyediakan berbagai simulasi kredit, dari kredit mobil, kredit rumah, kpr, kartu kredit dan lain-lain. Simulasi pinjaman bisa juga dilakukan di sini.

Pentingnya Literasi Keuangan Dan Cara Meningkatkannya

Tidak bisa dipungkiri bahwa kemampuan mengelola keuangan sangatlah penting. Selain untuk mencapai kemandirian finansial di masa yang akan datang, kemampuan mengelola keuangan juga penting agar dapat terhindar dari tindak penipuan.

Diakui atau tidak, masih banyak orang yang tergiur dengan iming-iming keuntungan tinggi, sehingga mereka mudah sekali terjebak dalam penipuan berkedok ‘investasi bodong’. Tanpa keahlian dan keterampilan yang cukup mengenai investasi, mereka tak ragu untuk menggelontorkan uang sebagai modal investasi, dengan harapan semakin banyak yang diinvestasikan, maka akan semakin banyak keuntungannya.

Alih-alih untung, tetapi justru buntung. Uang yang ditanamkan sebagai modal investasi tak juga kembali, bahkan raib dibawa pergi. Kasus investasi bodong ini sudah banyak terjadi dan memakan korban. Sebut saja Koperasi Pandawa, investasi Triple M dengan skema ponzi, dan lain sebagainya.

Mudahnya masyarakat tergiur dengan iming-iming investasi di luar kewajaran ini disebabkan oleh masih rendahnya tingkat literasi keuangan masyarakat. Masyarakat dibuai dengan janji-janji manis dan edukasi yang tidak tepat mengenai cara meningkatkan aset atau lebih ekstremnya cara menjadi kaya dengan cepat dan dalam waktu singkat. Kasus-kasus penipuan berkedok investasi sebenarnya dapat ditekan jumlahnya bahkan dihindari, apabila tingkat literasi keuangan masyarakat tinggi.

Apa itu literasi keuangan?

Literasi keuangan dapat dipahami sebagai pengetahuan, keterampilan, dan keyakinan yang mempengaruhi sikap dan perilaku untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan pengelolaan keuangan dalam upaya mencapai kesejahteraan. Sederhananya, literasi keuangan merupakan kemampuan untuk memahami dan menerapkan secara efektif berbagai keterampilan keuangan, termasuk manajemen keuangan pribadi, penganggaran, dan investasi.

Landasan literasi keuangan yang kuat dapat mendukung berbagai tujuan hidup, seperti menabung untuk pendidikan dan pensiun, mengelola uang secara produktif, menjalankan bisnis, dan selektif serta menggunakan utang secara bertanggung jawab. Orang-orang yang memiliki tingkat literasi keuangan yang tinggi, artinya mereka melek finansial, sehingga tidak terlalu rentan terhadap tindak penipuan finansial. Sebaliknya, orang-orang yang literasi keuangannya rendah disebut sebagai orang-orang yang buta finansial, sehingga mudah sekali terpengaruh dan terjebak dalam penipuan finansial.

Memahami literasi keuangan

Perkembangan teknologi yang semakin canggih saat ini dimanfaatkan oleh berbagai sektor, termasuk keuangan. Kini, produk dan layanan keuangan sudah semakin beragam dan tersebar luas dan menjangkau hampir seluruh lapisan masyarakat. Jika dahulu orang bertransaksi secara tunai, kini telah beralih ke transaksi secara online atau digital menggunakan jasa lembaga keuangan.

Masyarakat sekarang ini semakin sadar akan fungsi dari produk dan layanan keuangan, sehingga tergerak untuk memanfaatkannya dalam setiap transaksi keuangan. Misalnya seperti transfer uang, pembelian menggunakan kartu kredit, pembayaran dengan dompet digital, scan QR code, termasuk memanfaatkan kredit tanpa agunan sebagai modal usaha, dan lain sebagainya. Produk keuangan seperti asuransi kesehatan, rekening investasi mandiri, dan deposito berjangka juga semakin diminati masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa produk dan layanan keuangan semakin penting bagi setiap individu untuk memahami bagaimana memanfaatkannya secara bertanggung jawab.

Seiring dengan semakin canggihnya teknologi di sektor keuangan, seharusnya diikuti dengan peningkatan keterampilan dan kemampuan dalam mengelola keuangan. Artinya, tingkat literasi keuangan masyarakat seharusnya semakin tinggi. Sebab, masyarakat dituntut untuk memahami apa itu produk dan layanan keuangan serta cara memanfaatkannya. Hal ini berarti bahwa pengetahuan dan keterampilan masyarakat dalam mengelola keuangan semakin baik.

Misalnya saja penganggaran keuangan individu atau rumah tangga, mengelola utang, dan mengevaluasi keseimbangan antara produk kredit dan investasi merupakan keterampilan yang termasuk dalam literasi keuangan. Meski tampak sederhana, namun keterampilan tersebut membutuhkan pengetahuan tentang konsep keuangan dasar, seperti pendanaan, investasi, dan pengelolaan aset.

Keuangan sangat penting dalam masyarakat modern. Sebab itu, kurangnya literasi keuangan bisa berdampak buruk terhadap upaya pencapaian kesuksesan finansial jangka panjang. Sayangnya buta finansial masih belum tuntas secara menyeluruh. Artinya, masih ada kelompok masyarakat yang tingkat literasi keuangannya rendah, terutama di wilayah pedesaan dan pedalaman yang jangkauan terhadap produk dan layanan keuangan serta teknologinya masih terbatas.

Tingkat literasi keuangan yang rendah menyebabkan individu bahkan kelompok masyarakat jatuh dalam jebakan keuangan. Contoh konkretnya, banyak orang yang terjebak dalam jeratan utang secara berkelanjutan, sehingga ‘gali lubang tutup lubang’ untuk bisa mencukupi kebutuhannya. Hal ini bisa jadi disebabkan oleh pengelolaan keuangan yang buruk sehingga menghasilkan keputusan pengeluaran yang buruk pula, atau kurangnya persiapan finansial dalam jangka panjang.

Disadari atau tidak, ketika seseorang telah terjebak dalam jerat utang yang tak berkesudahan, maka pada gilirannya akan mengalami keterpurukan, di mana risiko gagal bayar tinggi, skor kredit buruk, penjualan aset, dan bahkan kebangkrutan. Orang seolah tak menyadari bahwa ketika bermudah-mudah dengan utang, maka ia akan terjerumus semakin dalam atau terjerat semakin kuat.

Tinggi rendahnya literasi keuangan masyarakat berpengaruh pada kemampuan masyarakat tersebut dalam memahami segala sesuatu tentang keuangan. Literasi keuangan yang baik dapat melindungi masyarakat dari berbagai modus tindak penipuan keuangan. Sebaliknya, literasi keuangan yang buruk justru mendorong masyarakat sangat mudah menjadi korban penipuan keuangan.

Pentingnya literasi keuangan

Secara prinsip, literasi keuangan penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam mempersiapkan dan mencapai kemandirian finansial di masa yang akan datang. Tingkat literasi keuangan yang tinggi dapat memberikan pemahaman bahwa menabung untuk persiapan finansial di masa depan lebih penting dan aman dibandingkan dengan memperbanyak utang untuk memenuhi kebutuhan yang sifatnya konsumtif. Oleh sebab itu, orang dengan tingkat literasi tinggi cenderung akan menghindari utang berlebihan karena dapat mengakibatkan kebangkrutan dan penyitaan aset.

Lain halnya dengan orang-orang yang literasi keuangannya lebih rendah. Mereka lebih mudah tergiur dengan belanja atau pembelian secara kredit dan terjebak dalam utang kartu kredit. Akibatnya, mereka tidak memiliki cukup saldo untuk membayar utang kartu kredit setiap bulannya, sehingga mengeluarkan lebih banyak uang untuk membayar bunga. Parahnya, mereka yang literasi keuangannya rendah juga tidak berinvestasi dan bermasalah dengan utang. Mereka cenderung mengabaikan persiapan untuk masa pensiun, sehingga memiliki risiko finansial yang lebih besar di masa yang akan datang.

Literasi keuangan memiliki implikasi yang luas bagi kesehatan ekonomi. Sementara peningkatannya dapat mengarah pada ekonomi global yang lebih kuat dan kompetitif. Berikut pentingnya literasi keuangan dalam membantu mengambil keputusan finansial secara bijaksana.

  • Masyarakat memikul beban keputusan keuangan lebih banyak

Dulu, perencanaan pensiun hanya dimiliki oleh pegawai negeri saja. Namun, kini telah bergeser bahwa karyawan swasta pun dapat memiliki dana pensiun. Dana pensiun untuk pegawai swasta dikelola oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan, sedangkan dana pensiun pegawai negeri dikelola oleh Taspen. Program pensiun ini bersifat wajib sebagai persiapan pemenuhan biaya hidup di masa pensiun.

Pengelolaan dana pensiun sebagai program wajib bagi pekerja umumnya tidak melibatkan pekerja itu sendiri. Artinya, para pekerja tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan terkait dengan iuran dana pensiun, karena telah ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. Bahkan, mereka tidak mengetahui pemanfaatan dana pensiun untuk investasi.

Selain dana pensiun wajib, kini pekerja juga ditawari untuk berpartisipasi dalam DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan), di mana mereka dilibatkan dalam pembuatan keputusan investasi dan memutuskan berapa banyak yang akan disumbangkan. Dengan demikian, masyarakat pekerja akan lebih melek terhadap literasi keuangan.

  • Pilihan produk keuangan yang variatif dan kompleks

Saat ini produk dan layanan keuangan semakin beragam dan kompleks dengan keunggulan dan kelemahannya masing-masing. Dalam satu lembaga keuangan misalnya, produk tabungannya saja bervariasi, seperti tabungan umum, tabungan haji, tabungan pendidikan, tabungan pelajar, dan lainnya. Tak hanya tabungan, produk investasinya pun beragam. Banyaknya opsi produk keuangan ini menuntut masyarakat untuk lebih jeli dalam menentukan pilihan. Pilihan tersebut bisa didasarkan pada tingkat suku bunga yang ditawarkan, jatuh tempo, dan fasilitas-fasilitas lainnya.

Pilihan produk keuangan yang variatif dan kompleks mau tidak mau memaksa masyarakat untuk mencari tahu tentang kelebihan dan kekurangan dari masing-masing produk, hingga menemukan produk keuangan yang sesuai dengan kebutuhannya. Kemampuan masyarakat mengambil keputusan memilih produk keuangan tentu akan mendorong mereka untuk menabung dan berinvestasi guna mencapai kemandirian finansial di masa yang akan datang.

  • Keterbatasan bantuan pemerintah

Pemerintah memang berkewajiban untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Namun, bukan berarti pemerintah menanggung seluruh biaya hidup masyarakat. Pemerintah memberikan bantuan dalam bentuk subsidi agar beban hidup yang dirasa masyarakat tidak terlalu berat. Selain itu, pemerintah juga memberikan jaminan sosial untuk kelompok masyarakat tertentu, biasanya menengah ke bawah yang rentan terhadap kemiskinan.

Sayangnya, jaminan sosial yang diberikan pemerintah terbatas. Artinya, dana jaminan sosial yang disediakan akan menipis seiring dengan berjalannya waktu. Akibatnya, jaminan sosial tak ubahnya seperti jaring pengaman yang hampir tidak cukup untuk menopang kelangsungan hidup dasar masyarakat. Untuk itu, masyarakat dituntut memiliki kemandirian finansial agar mampu memenuhi kebutuhan hidupnya. Semakin mandiri finansialnya, tingkat literasi keuangan masyarakat juga akan semakin tinggi.

  • Rentang hidup yang lebih panjang

Usia manusia umumnya lebih lama dibandingkan dengan makhluk hidup lainnya. Artinya, jumlah uang yang dibutuhkan untuk membiayai hidup semakin banyak. Belum lagi jika sudah berkeluarga, akan ada anak yang juga harus dipenuhi kebutuhannya. Mulai dari konsumsi sehari-hari, pakaian, hiburan, hingga pendidikan sesuai dengan standar hidup layak.

Adanya tuntutan pemenuhan biaya hidup di masa depan, termasuk memberikan kehidupan yang layak untuk anak, masyarakat akan terdorong untuk lebih berhati-hati dalam mengelola keuangannya. Meski tak bisa dipungkiri masih banyak yang abai akan hal tersebut, sehingga lebih ‘memilih’ untuk terjebak dalam kubangan utang. Namun, setidaknya masyarakat akan semakin menyadari pentingnya literasi keuangan sehingga berusaha untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilannya dalam mengelola pendapatannya serta berhati-hati dalam mengalokasikannya.

  • Perubahan lingkungan yang semakin dinamis

Lanskap keuangan mengalami perubahan yang semakin dinamis. Pasar global semakin riuh dengan banyaknya pelaku pasar, persaingan tentu saja semakin ketat. Selain itu, akan lebih banyak faktor yang mempengaruhinya. Kemajuan teknologi seperti perdagangan online (e-commerce) menjadi salah satu faktor yang menyebabkan lingkungan berubah dengan cepat. Hal ini juga berdampak pada perubahan pasar keuangan yang semakin cepat dan tidak stabil.

Ketika pasar keuangan berubah dan menjadi tidak stabil, masyarakat yang tidak siap dengan rencana literasi keuangan pasti akan terkena imbasnya. Mereka tidak akan ‘survive’ secara finansial. Lain halnya dengan mereka yang sudah memiliki rencana literasi keuangan sejak dini, mereka tetap bisa bertahan hidup meski di masa krisis ekonomi.

Cara meningkatkan keterampilan literasi keuangan

Literasi keuangan dapat dikembangkan dengan mempelajari dan mempraktikkan berbagai keterampilan terkait dengan penganggaran, mengelola dan melunasi utang, serta memahami produk kredit dan investasi. Untuk meningkatkan keterampilan literasi keuangan, berikut strategi yang dapat dilakukan.

  • Membuat anggaran

Lacak berapa jumlah pendapatan yang diperoleh setiap bulan dengan jumlah yang dibelanjakan. Untuk pelacakan ini, Anda bisa melakukannya secara manual atau digital menggunakan aplikasi penganggaran. Pastikan bahwa dalam anggaran yang dibuat telah mencakup pendapatan, biaya tetap, pengeluaran diskresioner, dan tabungan.

  • Bayar diri Anda lebih dulu

Untuk bisa menabung, terapkan strategi penganggaran terbalik, di mana menabung menjadi prioritas, sehingga Anda harus menentukan jumlahnya di depan, sebelum mengalokasikannya untuk biaya-biaya lain dalam pengeluaran Anda. Dengan menentukan tabungan di muka, artinya Anda membayar diri Anda lebih dulu sebelum pendapatan yang diperoleh dibagi ke dalam pos-pos pengeluaran baik yang sifatnya tetap maupun tidak tetap.

  • Kelola pembayaran tagihan Anda

Jika Anda memiliki tagihan yang harus dibayarkan setiap bulan, maka pantau tagihan bulanan tersebut agar selalu datang dan dibayarkan tepat waktu. Untuk hal ini, Anda bisa memanfaatkan debit otomatis dari rekening tabungan Anda, agar pembayarannya dapat dilakukan tepat waktu. Hal ini untuk menghindari adanya denda atau bunga yang dapat menyita simpanan Anda.

  • Berinvestasi untuk masa depan

Apabila perusahaan tempat Anda bekerja menawarkan rekening tabungan pensiun, maka pastikan Anda menerimanya. Anda juga perlu mempertimbangkan untuk membuat portofolio investasi saham, pendapatan tetap, dan komoditas yang terdiversifikasi. Bahkan jika memungkinkan dan perlu, Anda bisa mencari penasihat keuangan profesional untuk membantu menentukan jumlah uang yang harus disisihkan untuk bisa tetap hidup layak dan nyaman di masa pensiun.

Artikel Terkait

Demikianlah artikel tentang pentingnya literasi keuangan dan cara meningkatkannya, semoga bermanfaat bagi Anda semua.



Apa Itu Personal Financial Planner? Apa Kerjanya?
Apa Itu Financial Planning?
Cara Alokasi Dana Darurat yang Bijak
Tips Mengelola Anggaran Keluarga Secara Umum
Bagaimana Cara Mendapatkan Uang Tambahan?
Masuk Masa Pensiun? Perhatikan Beberapa Hal Ini!
Cara Membuat Anggaran Keuangan Untuk Keluarga
Mengapa Orang Kaya Bisa Bangkrut?
Tip Mengelola Keuangan dengan Baik untuk Usia 20-an
10 Cara Agar Anda Menjadi Kaya


Bagikan Ke Teman Anda