Mengenal Lebih Dalam tentang Nordic Model

Semua negara pasti memiliki keinginan dan cita-cita untuk meningkatkan kualitas hidup setiap warga negaranya dengan memberinya kesejahteraan, fasilitas pendidikan dan kesehatan serta jaringan pengaman sosial. Sekilas tampak seperti mimpi yang jauh dari nyata, namun faktanya ada negara di dunia ini yang mampu mewujudkan mimpi tersebut, yakni negara-negara Skandinavia.

Skandinavia merupakan negara-negara yang terletak di wilayah utara Eropa, terdiri dari Finlandia, Islandia, Swedia, Denmark, dan Norwegia. Otoritas negara Skandinavia mampu memberikan penghidupan yang layak kepada semua warga negaranya, maka berbahagialah mereka.

Tak heran jika negara Skandinavia menjadi panutan negara-negara lain untuk mencapai kesuksesan yang sama. Keberhasilan negara Skandinavia ini tak lepas dari nordic model yang diterapkannya, sehingga negara ini disebut juga sebagai negara Nordik.

Apa itu nordic model?

Nordic model atau model nordik merupakan model ekonomi yang dipraktikkan di negara-negara Skandinavia. Penerapan model ekonomi nordik dicirikan dengan standar hidup yang tinggi dan disparitas pendapatan yang rendah. Model nordik dipandang sebagai modal untuk kesetaraan dan peluang ekonomi.

Dalam model ekonomi nordik, negara menerapkan kesejahteraan komprehensif yang menekankan transfer rumah tangga dan layanan sosial yang disediakan secara publik, investasi dalam modal manusia, dan jaring pengaman yang kuat bagi setiap warga negaranya.

Memahami nordic model

Model ekonomi nordik yang diterapkan di negara Skandinavia menggabungkan kapitalisme pasar bebas dan manfaat sosial. Kombinasi tersebut mampu menghasilkan kualitas layanan publik yang tinggi, mencakup pendidikan gratis, perawatan kesehatan gratis, dan jaminan pembayaran pensiun. Berbagai layanan gratis tersebut disediakan oleh negara sebagai fasilitas untuk setiap warga negaranya. Adapun pendanaannya berasal dari pajak yang dikumpulkan dari wajib pajak dan dikelola pemerintah dengan cara yang menguntungkan untuk semua warga negara.

Secara historis, wara negara-negara Skandinavia yang menerapkan model nordik memiliki sinergisme yang kuat dengan pemerintahnya. Artinya, warga percaya dengan pemangku otoritas, sehingga mereka saling bekerja sama untuk mengatasi masalah bersama.

Warga percaya penuh bahwa pemerintah, lembaga publik, dan organisasi swasta memperhatikan kepentingan mereka. Sebab itu, mereka mendukung dan berpartisipasi dalam upaya mencari solusi melalui proses demokrasi.

Sistem ekonomi dan hukum di negara-negara dengan model nordik melindungi kepemilikan pribadi dan memberikan kebebasan kepada pemilik properti untuk membuat keputusan terkait dengan pemanfaatan sumber daya.

Hal ini memberi kekuatan kepada pemerintah guna memastikan bahwa keseimbangan sosial telah tercapai. Sistem ekonomi ini membuktikan bahwa kesenjangan antara si kaya dengan si miskin dapat dijembatani secara efektif. Selain itu, juga menjaga dan mengantisipasi adanya ketimbangan pendapatan seminimal mungkin.

Kesamaan sejarah menjadi faktor pendorong nordic model bekerja

Negara-negara Skandinavia memiliki sejarah yang sama. Sebagian besar negara-negara di dataran tersebut dibentuk oleh perusahaan kecil dan pertanian berbasis keluarga, yang menghadapi jenis tantangan yang sama. Ketika salah satu anggota komunitas menemukan solusi atas permasalahan dan tantangan yang dihadapi, maka solusi itu pun dapat diterapkan untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh anggota komunitas lainnya.

Tak heran apabila kemudian rakyat menciptakan pemerintahan yang memprakarsai program yang tersentralisasi pada rakyat untuk memberikan manfaat kepada rakyat itu sendiri. Dengan program tersebut, warga negara-negara Nordik lebih percaya kepada pemerintah dan bersedia membayar pajak yang porsinya lebih besar dari pendapatan mereka agar layanan publik semakin berkualitas tinggi. Dari pajak tersebut, pemerintah mampu mendanai pendidikan, perawatan kesehatan, jaminan dan manfaat sosial lainnya yang bisa diakses setiap warga negara secara gratis.

Model ekonomi nordik diperkuat dengan kebijakan pasar aktif yang dapat meminimalisir konflik kepentingan antara pemilik modal dengan penyedia tenaga kerja. Sebab itu, negara-negara Skandinavia menjadi rumah bagi lembaga pasar tenaga kerja yang terdiri dari serikat pekerja aktif dan asosiasi pengusaha.

Dalam hal ini pemerintah berperan sebagai mediator pada negosiasi antara federasi pengusaha dengan perwakilan serikat pekerja. Di negara-negara Nordik ini tidak ada upah minimun, karena serikat pekerjanya memastikan bahwa tenaga kerja menerima upah lebih tinggi untuk layanan yang ditawarkan.

Tantangan yang dihadapi nordic model

Tak bisa dipungkiri bahwa model nordik memiliki banyak keunggulan, sehingga dijadikan sebagai panutan bagi negara-negara lainnya. Meskipun demikian, model nordik menghadapi beberapa tantangan yang memunculkan kebutuhan untuk menciptakan reformasi agar model tersebut dapat berkelanjutan.

Warga negara sebagai wajib pajak telah dibebani pajak yang cukup besar. Dari pajak yang terkumpul tersebut digunakan oleh pemerintah untuk menyediakan layanan sosial, seperti pendidikan, perawatan kesehatan, pengasuhan anak, dan perawatan orang tua secara gratis.

Meski penyediaan beragam layanan dan fasilitas tersebut telah berjalan, namun pembiayaannya tergantung pada pendapatan dan status pekerjaan warganya. Jika tidak ada terobosan dalam mencari sumber pendanaan, maka model ekonomi nordik ini bisa saja tidak berkelanjutan.

Harapannya komposisi pembayar pajak muda lebih besar dibandingkan dengan pembayar pajak yang usianya sudah menua. Sayangnya, populasi di negara-negara Skandinavia sebagian besar berusia tua.

Alih-alih membayar pajak aktif, justru banyak yang menerima manfaat karena telah memasuki masa pensiun. Artinya, jumlah wajib pajak lebih sedikit dibandingkan dengan penerima manfaat atas pengalokasian pajak tersebut dalam bentuk penyediaan fasilitas dan layanan sosial.

Hal ini tentu akan menyebabkan pergeseran yang signifikan antara mereka yang berkontribusi dengan yang menerima manfaat. Jika otoritas negara-negara Skandinavia tidak segera melakukan tindakan korektif untuk mengatasi ketidakseimbangan ini, maka model nordik yang menciptakan kesejahteraan bagi semua warga terancam tidak bisa berkelanjutan.

Tingkat kesejahteraan yang tinggi dengan berbagai layanan sosial gratis yang diberikan negara-negara Nordik menarik masuknya imigran atau pendatang baru yang ingin turut menikmati manfaat tersebut.

Sayangnya, para imigran kebanyakan datang dari negara-negara yang tidak memiliki sejarah panjang yang sama dalam membuat keputusan demi kepentingan bersama. Padahal warga lokal justru memiliki tingkat partisipasi yang tinggi dalam angkatan kerja sebagai bagian dari keputusan kolektif.

Perbedaan karakter ini menyebabkan ketidaksamaan visi dari imigran dengan penduduk asli. Bahkan kehadiran para imigran menjadi beban tersendiri bagi sistem yang berisiko membawa kehancuran bagi model nordik itu sendiri.

Artikel Terkait

Demikianlah artikel tentang nordic model, semoga bermanfaat bagi Anda smeua.