Apa itu Inflasi?
Mungkin kita sering mendengar istilah inflasi ketika menonton televisi atau membaca berita tentang ekonomi.
Secara umum inflasi dapat diartikan sebagai proses naiknya harga-harga secara berkelanjutan dalam periode tertentu. Naiknya harga-harga secara berkelanjutan ini bisa disebabkan banyak hal, misal uang yang beredar semakin banyak, permintaan yang meningkat, atau tersendatnya distribusi barang karena masalah tertentu.
Inflasi juga dapat diartikan sebagai turunnya nilai mata uang dari periode ke periode. Nilai uang semakin berkurang, sehingga daya beli menjadi berkurang.
Misal pada tahun 2005, harga sebungkus nasi pecel lele adalah Rp 8.000,-; pada tahun 2010, sebungkus nasi pecel lele harganya Rp 10.000,-; sekarang di tahun 2016, harga sebungkus nasi pecel lele menjadi Rp 12.000,-. Dalam contoh ini, kemampuan uang untuk membeli sebungkus pecel lele dari tahun ke tahun semakin berkurang.
Akibat Inflasi
Secara umum dampak inflasi adalah nilai mata uang menjadi semakin berkurang. Masyarakat akan merasakan harga-harga akan semakin mahal dari tahun ke tahun.
Inflasi yang kecil dan terkendali justru bisa memacu pertumbuhan ekonomi. Karena harga jual barang semakin naik, maka pabrik bisa berproduksi dan mengambil untung. Tenaga kerja dapat terserap ke industri-industri. Dan perputaran ekonomi semakin bergairah.
Sedang inflasi yang besar atau hyperinflation sangat membahayakan kelangsungan suatu negara. Harga-harga yang tinggi menyebabkan masyarakat tidak mampu membeli barang-barang kebutuhan hidupnya. Tabungan yang bertahun-tahun nilainya jadi tidak seberapa. Di beberapa negara hiperinflasi menyebabkan kekacauan ekonomi dan politik.
Inflasi di Indonesia
Inflasi di Indonesia salah satunya dikendalikan oleh BI. Bank Indonesia fokus mengendalikan kestabilan nilai rupiah. BI mengendalikan nilai rupiah agar stabil terhadap barang/jasa dan stabil terhadap nilai mata uang lain. Karena itu peran BI sangat penting sebagai pengendali inflasi utama.
Indonesia pernah mengalami dua kali hiperinflasi, yaitu pada tahun 1960an dan tahun 1998. Pada tahun 1960an inflasi konon mencapai 600%. Pada tahun itu inflasi terjadi akibat defisit anggaran dan beberapa kesalahan kebijakan ekonomi saat itu.
Hiperinflasi kedua terjadi tahun 1998, ketika Indonesia dilanda krisis ekonomi tahun 1997-1998. Krisis ekonomi ini dipicu oleh krisis moneter di negara tetangga yang kemudian melanda Indonesia. Dolar Amerika menanjak tajam, mengakibatkan remuknya rupiah. Inflasi pada tahun 1998 mencapai angka 77%.
Untuk lebih jelasnya tentang naik turunnya inflasi di Indonesia, bisa dilihat grafik di bawah.
Dapat dilihat dalam grafik di atas, hiperinflasi terjadi di tahun 1998, akibat adanya krisi moneter. Pada tahun 2005, terdapat inflasi cukup tinggi yaitu 17.11%, hal ini disebabkan dinaikannnya harga BBM hampir 2 kali lipat. Sedang pada tahun 1979 inflasi mencapai 21.77, hal ini dipengaruhi oleh ekonomi dunia yang sedang resesi.
Untuk melakukan simulasi berapa nilai uang yang berubah akibat inflasi dapat dilihat Simulasi Inflasi.