Apa itu Inflasi?
Tak banyak orang sadar, perlu adanya pertumbuhan ekonomi yang lebih besar agar nilai uang meningkat. Sementara, mencetak uang secara terus-menerus tanpa menumbuhkan nilainya malah membuat nilai uang tersebut merosot jatuh dari sebelumnya.
Contoh, hari ini Anda membeli sekarung beras seharga Rp 50 ribu. Di hari berikutnya, negara mencetak rupiah dua kali lebih banyak, maka harga sekarung beras tadi akan menjadi Rp 100 ribu. Hal yang sama akan terulang, jika negara mencetak uang lima kali lebih banyak. Harga sekarung beras tadi akan menjadi Rp 250 ribu. Fenomena inilah yang dikenal dengan inflasi.
Bank Indonesia, selaku bank pusat selalu berusaha untuk menjaga agar harga sekarung beras tadi tetap di angka Rp 50 ribu. Jika harga tersebut naik, maka kenaikannya akan terjadi sedikit seiring dengan pendapatan masyarakat. Tujuannya tentu saja untuk menjaga indeks dan daya beli konsumen.
Contoh tersebut merupakan analogi yang biasa terjadi dalam suatu negara dari waktu ke waktu. Pasalnya, nilai mata uang berubah sesuai dengan supply dan demand dari pasar. Selain itu, di setiap detik yang berjalan, nilai suatu barang juga bisa memengaruhi perubahan harganya.
Ingatlah, pada dasarnya uang tidak memiliki arti apapun. Uang hanyalah selembar kertas ataupun koin yang bertuliskan nilai tertentu. Nilai tersebut baru bisa dikatakan berarti jika uang mampu memberikan Anda sesuatu, seperti menukarnya dengan makanan, pakaian, dan lain sebagainya.
Jadi, jika suatu negara miskin ingin membeli sesuatu dari negara kaya, maka akan tercipta nilai tukar. Apabila uang terus-menerus dicetak hanya untuk membayar nilai tukar tersebut, maka dipastikan akan terjadi inflasi seperti contoh di atas. Nilai uang tersebut juga akan berkurang dan nilai tukarnya akan memburuk.
Jadi, apa definisi inflasi yang sebenarnya?
Menurut Bank Indonesia (BI), secara sederhana, inflasi bisa diartikan sebagai kenaikan suatu harga secara umum dan terus-menerus dalam jangka waktu tertentu. Meski demikian, kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak bisa disebut dengan inflasi. Kecuali, jika kenaikan itu meluas atau mengakibatkan kenaikan harga pada barang lainnya. Kebalikan dari inflasi dikenal dengan sebutan deflasi.
Tak jauh berbeda dengan BI, Badan Pusat Statistik (BPS) mengartikan inflasi sebagai kecenderungan kenaikan harga barang dan jasa yang berlangsung terus-menerus. Bisa dipastikan, jika harga barang dan jasa di dalam negeri meningkat, maka inflasi juga akan mengalami kenaikan.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, kenaikan harga barang dan jasa tersebut menyebabkan turunnya nilai uang. Dengan begitu, inflasi bisa juga diartikan sebagai penurunan nilai uang terhadap nilai barang dan jasa secara keseluruhan.
Indeks Harga Konsumen (IHK) adalah indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi. Indeks ini yang menghitung rata-rata perubahan harga konsumsi rumah tangga terhadap suatu barang dan jasa dalam kurun waktu tertentu.
Perubahan IHK ini pun turut menggambarkan tingkat inflasi maupun deflasi suatu barang dan jasa. Penentuan barang dan jasa dalam lingkup IHK dilakukan atas dasar Survei Biaya Hidup (SBH) yang dilakukan oleh BPS. Setelah itu, BPS akan memonitor perkembangan harga dari barang dan jasa tersebut secara bulanan di beberapa kota.
Biasanya, inflasi di Indonesia akan melonjak ketika menjelang hari raya Idul Fitri, Idul Adha, atau terganggunya produksi karena kondisi cuaca. Apabila tidak ada upaya dari pemerintah, bisa dipastikan inflasi tersebut akan cenderung bergerak tak keruan dan memperumit kondisi negara.
Apa saja faktor penyebab terjadinya inflasi suatu negara?
Perlu Anda ketahui, kenaikan harga barang terus-menerus atau inflasi, tidak terjadi tanpa alasan. Secara umum, ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya inflasi, seperti berikut ini.
- Meningkatkan jumlah permintaan atau demand akan suatu jenis barang tertentu. Bisa dipastikan, jika permintaan naik, tapi stok atau suplai terbatas, maka akan terjadi lonjakan harga yang tak terkendali.
- Biaya produksi suatu barang dan jasa mengalami kenaikan yang disebabkan karena terjadi peningkatan harga bahan baku maupun upah pekerja. Di titik itulah, produsen akan mengambil tindakan meningkatkan harga jual suatu barang atau jasa.
- Ketika jumlah uang yang beredar di masyarakat terbilang sangat tinggi. Apabila jumlah uang di suatu negara terus meningkat hingga dua kali lipat, maka harga barang pun akan mengalami peningkatan yang setara. Hal ini diakibatkan karena kenaikan daya beli masyarakat, tapi stok barang statis.
Apa saja jenis inflasi?
Ada beberapa jenis inflasi, di antaranya:
1. Inflasi berdasarkan asalnya
- Domestic inflation
Penyebab inflasi satu ini adalah meningkatnya jumlah uang yang beredar di masyarakat, suplai terganggu, permintaan tinggi, dan lain sebagainya.
- Imported inflation
Penyebab dari imported inflation adalah harga barang-barang impor atau yang berasal dari luar negeri semakin mahal, karena kenaikan harga di negara asalnya.
2. Inflasi berdasarkan tingkat keparahan
- Inflasi ringan, yaitu kenaikan harga barang masih di bawah angka 10% dalam setahun.
- Inflasi sedang, yaitu kenaikan harga hingga 30% per tahun.
- Inflasi tinggi, yaitu kenaikan harga barang atau jasa berkisar antara 30%-100%.
- Hiperinflasi, yaitu kenaikan harga barang melebihi angka 100% per tahun. Dalam situasi ini, kebijakan fiskal dan moneter dari otoritas seringkali tak mampu memberikan dampak yang signifikan.
Bagaimana cara menghitung tingkat inflasi?
Inflasi yang terjadi di suatu negara, bisa dihitung berdasarkan nilai Indeks Biaya Hidup, Indeks Harga Konsumen (IHK), dan Indeks Harga Produsen.
Menghitung tingkat inflasi berdasarkan IHK bisa dilakukan dengan ketentuan, pit adalah harga barang di suatu periode tertentu, sedangkan qit adalah bobot barang di suatu periode tertentu. Sementara pio adalah harga barang pada periode dasar, sedangkan qio adalah bobot barang pada periode dasar.
Setelah mengetahui nilai IHK, barulah nilai inflasi bisa diketahui dengan menggunakan rumus:
Inflasi = (IHK periode satu – IHK periode dua) : IHK periode dua) x 100
Dengan rumus tersebut, maka nilai inflasi suatu negara bisa diketahui dengan tepat. Jadi, ketika nilai inflasi berada pada tingkat yang melebihi target, pemerintah dan Bank Indonesia bisa mengambil langkah yang tepat agar inflasi tidak kian memburuk.
Apa dampak inflasi terhadap perekonomian negara?
Tak bisa dipungkiri, inflasi memiliki dampak cukup besar bagi perekonomian suatu negara. Beberapa di antaranya sebagai berikut:
- Inflasi mematikan daya beli masyarakat
Apabila daya beli turun, otomatis masyarakat jadi semakin irit berbelanja. Padahal, motor penggerak ekonomi masih ditopang oleh konsumsi masyarakat. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi nasional akan bergerak lambat, bahkan stagnan.
- Inflasi merugikan konsumen
Inflasi tentu saja merugikan tiap-tiap konsumen, karena penghasilan stagnan, tapi pengeluaran justru membengkak. Hal ini disebabkan lantaran kenaikan harga barang atau jasa yang menjadi kebutuhan pokok.
- Inflasi memengaruhi kemampuan ekspor negara
Umumnya, biaya ekspor akan jadi lebih mahal dan daya saing produk ekspor menurun ketika terjadi inflasi sehingga devisa pun berkurang.
- Inflasi membuat minat menabung di bank cenderung turun
Ketika inflasi terjadi, masyarakat tidak lagi berminat untuk menabung di bank. Pasalnya, bunga simpanan tabungan yang tergolong kecil akan tergerus inflasi. Belum lagi, menabung di bank harus mengeluarkan biaya administrasi bulanan sehingga bunga nasabah pun kian minim.
- Inflasi memengaruhi kestabilan nilai mata uang
Perlu Anda ketahui, kestabilan kurs rupiah biasanya mengandung dua aspek. Pertama, kestabilan nilai mata uang terhadap barang dan jasa. Kedua, kestabilan terhadap mata uang asing.
Aspek pertama, tercermin pada perkembangan laju inflasi dari hari ke hari. Sementara aspek kedua, berkaca pada perkembangan kurs rupiah terhadap mata uang negara lain.
Apa peran pemerintah, BI, dan masyarakat untuk mengatasi inflasi?
Biasanya, pemerintah dan Bank Indonesia memiliki target tahunan untuk mengatasi laju inflasi. Otoritas fiskal dan moneter ini pun saling bersinergi dengan mengandalkan jurus-jurus pengendalian inflasi.
Masyarakat pun turut berperan dalam menjaga inflasi. Salah satunya dengan tidak berlebihan saat membeli sembako. Seperti misalnya, ketika produksi beras merosot tajam, harga pun melonjak. Masyarakat panik sehingga membuat mereka membeli dalam jumlah banyak.
Umumnya, perilaku seperti ini dilandasi dengan alibi takut kehabisan. Padahal, cara seperti itu malah mendongkrak kenaikan harga yang lebih tinggi karena besarnya permintaan. Jadi, bijaklah dalam berbelanja karena pemerintah dan BI akan berupaya keras untuk menjaga laju inflasi yang sesuai dengan target.
Namun, jika laju inflasi tak bisa dikendalikan lagi, maka hiperinflasi pun tak bisa dihindari. Kasus ekstrem ini muncul ketika terjadi perubahan sistem mata uang ataupun meningkatkan persediaan uang secara drastis dalam suatu negara.
Hiperinflasi biasanya lekat dengan momen pasca peperangan, depresi ekonomi, serta kondisi sosial politik yang tak stabil. Indonesia pernah mengalami hal seperti ini sekitar tahun 1963-1965. Saat itu, pemerintah mencetak rupiah secara masif untuk membayar hutang negara, sekaligus mendanai proyek mercusuar yang merupakan ambisi dari Presiden Soekarno.
Alhasil, Indonesia mengalami inflasi hingga mencapai 600% dan melakukan redenominasi alias pemotongan nilai rupaih di akhir tahun 1965. Tindakan ini dianggap sebagai salah satu solusi agar inflasi tersebut tidak berubah menjadi hiperinflasi yang merugikan negara.
Negara mana saja yang pernah mengalami hiperinflasi?
- Jerman
Negara satu ini pernah disalahkan karena dianggap memulai Perang Dunia I. Hal ini menyebabkan Jerman harus membayar biaya kerusakan dan perbaikan yang dialami oleh musuh-musuhnya.
Saat itu, Jerman harus membayar sekitar USD 33 miliar yang tidak terpenuhi karena mereka tidak memiliki uang sebanyak itu. Lalu, apa yang mereka lakukan? Ya, mereka mencetak mata uangnya sebanyak mungkin sehingga terjadi inflasi luar biasa.
Ketika masa itu terjadi, seseorang bisa membawa sekoper mata uang Jerman, tapi belum tentu bisa membeli sepotong roti. Sebab, mata uang mereka jadi tak ada harganya.
- Zimbabwe
Sekitar tahun 2002-2005, Zimbabwe pun turut mengalami hiperinflasi karena mencetak uang terus-menerus untuk membayar sebagian besar hutang negaranya. Saat itu, pemerintah Zimbabwe bahkan mencetak uang bertuliskan nilai 100 triliun dollar Zimbabwe yang menyebabkan inflasi dan menambah kekacauan negara. Bayangkan saja, saat itu penduduk Zimbabwe harus mengeluarkan uang senilai 300 triliun dollar Zimbabwe hanya untuk mengganti ban sepeda.
Tak heran, jika kemudian hampir seluruh penduduk Zimbabwe menjadi sangat miskin. Di tahun 2008, harga kebutuhan pokok meningkat tajam setiap harinya dengan inflasi mencapai 89,7 sextilion persen. Di akhir tahun tersebut, dollar Zimbabwe hancur dan tidak bisa lagi dipergunakan karena sangat tidak bernilai.
Ketahuilah, satu-satunya cara agar suatu negara miskin bisa menjadi kaya adalah dengan memproduksi nilai. Baik nilai uang maupun nilai produksinya. Mereka harus bisa mengukur populasinya dan menemukan solusi untuk bisa bekerja secara produktif demi mewujudkan hal tersebut.
Bagaimana caranya? Tentu saja, ini tergantung pada masing-masing negara, apa komoditas terbesarnya, apa yang jadi kekuatan negaranya, bagaimana karakter masyarakatnya, dan lain sebagainya.
Percayalah, inflasi bisa datang kapan saja. Namun, jika pengelolaan keuangan berdasarkan ilmu akuntansi dilakukan dengan baik, maka inflasi akan teratasi lebih cepat dan efektif. Oleh sebab itu, pemahaman ilmu ekonomi harus dimiliki demi mengatasi masalah keuangan dengan lebih akurat dan tepat.
Artikel Terkait
- Apa yang Terjadi Bila Negara Mencetak Uang Lebih Banyak?
- Apa Itu Carbon Trading?
- Apa Itu Keunggulan Mutlak?
- Apa Itu Economic Scarcity (Kelangkaan Ekonomi)
Demikianlah artikel tentang apa itu inflasi, semoga bermanfaat bagi Anda semua.