Hubungan Inflasi dan Jumlah Uang yang Beredar
Inflasi merupakan topik yang tidak bisa dilepaskan di dunia ekonomi. Inflasi menjadi perhatian penting karena merupakan satu tolok ukur perbandingan harga komoditi pada periode sekarang dibanding dengan periode sebelumnya. Banyak faktor yang berhubungan dengan tingkat inflasi. Salah satunya adalah jumlah uang yang beredar. Lantas, bagaimana hubungan inflasi dengan jumlah uang beredar?
Secara sederhana, inflasi dapat diartikan sebagai kenaikan harga. Inflasi dapat terjadi ketika jumlah uang beredar tumbuh lebih cepat dibanding dengan persediaan barang yang dijual di pasaran. Saat masyarakat cenderung memiliki banyak uang, permintaan barang akan naik. Namun kenaikan permintaan barang tersebut tidak diiringi dengan kenaikan jumlah barang yang tersedia di pasar. Akibatnya, harga barang akan mengalami kenaikan.
Hubungan antara inflasi dengan jumlah uang beredar dapat dijelaskan melalui Teori Kuantitas Uang. Teori ini juga meupakan teori yang paling banyak digunakan sebagai rujukan untuk memahami hubungan inflasi dengan jumlah uang yang beredar.
Teori Kuantitas Uang
Dalam teori kuantitas uang, disebutkan bahwa nilai tukar uang dapat dianalogikan seperti barang barang lain. Nilai tukar uang tetap ditentukan oleh permintaan dan penawarannya. Persamaan dasar dari Teori Kuantitas Uang dinamakan The Fisher Equation. Hal ini disebabkan karena pencetus sari persamaan tersebut bernama Irving Fisher, yang merupakan ekonom Amerika. The Fisher Equation dituliskan dengan:
(M) (V) = (P) (T)
Dimana:
M: Jumlah uang beredar
V: Kecepatan uang berpindah tangan, atau berapa kali uang berpindah tangan
P: Harga
T: Volume transaksi barang dan jasa
Dalam Teori Kuantitas Uang, ada dua hal yang perlu diperhatikan. Dua hal tersebut adalah:
- Uang baru harus benar-benar beredar dalam pasar untuk menyebabkan inflasi terjadi.
- Inflasi merupakan hal yang relatif dan tidak absolut.
Dua hal tersebut menuntun pemahaman bahwa harga akan cenderung lebih tinggi dari yang seharusnya jika lebih banyak uang yang terlibar dalam transaksi ekonomi.
Ada pula persamaan lain yang digunakan dalam Teori Kuantitas Uang. Persamaan tersebut adalah persamaan dari Federal Reserve System, atau Bank Sentral Amerika. Persamaan tersebut ditulis sebagai:
(M) (V) = (P) (Y)
Dimana:
M: Jumlah uang beredar
V: Kecepatan uang berpindah tangan, atau berapa kali uang berpindah tangan
P: Harga
Y: Output ekonomi (Produk Domestik Bruto)
Persamaan tersebut digunakan untuk membantu The Fed dalam membuat keputusan kebijakan moneter. Contohnya adalah jika P naik lebih cepat dari 2 persen per tahun, hal tersebut berarti terlalu banyak uang yang beredar dalam perekonomian untuk tingkat output ekonomi. Kondisi tersebut tentu menyebabkan inflasi. Untuk mengatasi hal tersebut, The Fed mengeluarkan kebijakan yaitu mengurangi jumlah uang yang beredar di masyarakat.
Teori Penentang Teori Kuantitas Uang
Meskipun teori kuantitas uang merupakan teori yang umum digunakan untuk menggambarkan hubungan antara inflasi dengan jumlah uang beredar, namun terdapat teori yang tidak setuju dan cenderung menentang teori kuantitas uang tersebut. Teori penentang tersebut datang dari Keyseian dan ekonom non-monetaris lainnya. Mereka menolak interpretasi ortodoks dari teori kuantitas uang. Inflasi pada teori mereka lebih fokus terhadap kenaikan harga aktual, dengan atau tanpa pertimbangan jumlah uang beredar.
Menurut ekonom Keynesian, inflasi dibagi menjadi dua, yaitu inflasi tarikan permintaan dan inflasi dorongan biaya. Inflasi tarikan permintaan terjadi ketika permintaan barang lebih cepat dibandingkan dengan produksi barang. Dengan kata lain, inflasi akan terjadi saat permintaan barang lebih besar daripada stok barang yang tersedia. Inflasi dorongan biaya terjadi ketika harga input untuk barang cenderung naik. Hal ini bisa terjadi karena jumlah uang beredar yang lebih besar pada tingkat yang lebih cepat daripada perubahan preferensi konsumen.
Walaupun dalam teorinya disebutkan bahwa peningkatan jumlah uang beredar akan meningkatkan inflasi, namun ada keadaan dimana peningkatan jumlah uang beredar tidak akan meningkatkan inflasi. Jika peningkatan jumlah uang beredar lebih cepat daripada pertumbuhan output riil, maka inflasi akan terjadi. Alasannya adalah ada lebih banyak uang yang beredar, namun jumlah stok barang di pasaran tetap. Selanjutnya, permintaan barang akan meningkat sehingga perusahaan menaikkan harga barang. Di sisi lain, jika peningkatan jumlah uang beredar sama dengan output riil, maka harga barang akan tetap sama sehingga tidak menyebabkan terjadinya inflasi.
Fenomena peningkatan jumlah uang beredar yang menyebabkan inflasi telah terjadi beberapa kali. Beberapa fenomena tersebut adalah:
- Konfederasi AS tahun 1962-65
Selama perang saudara, Konfederasi negara-negara selatan mengalami kekurangan dana. Mereka hanya dapat meningkatkan 46% biaya perang dari pajak dan obligasi, sehingga mereka mau tidak mau harus meningkatkan pencetakan uang untuk membayar bahan-bahan dan tentara. Namun, dengan kondisi dimana output ekonomi yang jatuh, hal tersbeut justru menyebabkan inflasi sebesar 700% dalam dua tahun pertama perang dan mencapai puncaknya sebesar lebih dari 5000% pada akhir perang.
- Hyperinflation Jerman tahun 1923
Setelah Perang Dunia Pertama, Jerman menghadapi pembayaran reparasi yang tinggi. Untuk memenuhi tuntutan itu, pemerintah mulai mencetak lebih banyak uang sehingga perusahaan dapat terus membayar pekerja. Hal tersebut menyebabkan lonjakan tingkat inflasi yang sangat tinggi. Pada akhir 1923, uang cetak sudah tidak terkendali, dan ekonomi mengalami hiperinflasi.
- Zimbabwe tahun 2008
Sama seperti Jerman, Zimbabwe juga mengalami hiperinflasi pada tahun 2008. Utang pemerintah yang tinggi, dan penurunan produksi menyebabkan pemerintah untuk mencetak uang yang bertujuan untuk mencegah krisis jangka pendek. Pencetakan uang tersebut menyebabkan hiperinflasi sekitar 79.600.000.000% pada November 2008, dengan tingkat inflasi harian 98%.
Itulah penjelasan lengkap mengenai jumlah uang beredar lengkap beserta fenomena-fenomena inflasi yang disebabkan oleh peningkatan jumlah uang beredar. Pada hakikatnya, tidak di segala kondisi peningkatan jumlah uang beredar akan ikut meningkatkan inflasi.
Artikel Terkait
- Apa Itu Digital Banking?
- Perbedaan Fixed VS Growth Mindset
- Apa Itu SIKePO OJK?
- Contoh Nyata Opportunity Cost
Demikianlah artikel tentang hubungan inflasi dan jumlah uang yang beredar, semoga bermanfaat bagi Anda semua.