Cara Menghitung Current Ratio
Likuiditas perusahaan merupakan kemampuan perusahaan tersebut untuk memenuhi kewajiban finansialnya dalam jangka pendek, atau sebelum jatuh tempo yang ditentukan. Rasio likuiditas merupakan usaha untuk mengukur kemampuan perusahaan membayarkan hutang jangka pendeknya. Hal ini dilakukan dengan membandingkan aset-aset perusahaan yang paling likuid (paling mudah dan cepat diubah menjadi uang tunai) dengan liabilitas jangka pendeknya.
Singkatnya, semakin besar jaminan kepemilikan aset likuid dan liabilitas jangka pendek suatu perusahaan, akan semakin baik. Perusahaan yang memiliki suku jaminan rendah harusnya membuat investor waspada karena hal tersebut merupakan pertanda bahwa perusahaan tersebut kesulitan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendeknya, termasuk dalam operasi kerjanya dari hari ke hari.
Rasio likuiditas berdasar pada beberapa porsi yang berbeda dari aset dan liabilitas yang dimiliki perusahaan saat ini (current assets dan current liabilities) dan dapat dilihat dari catatan neraca perusahaan.
Current ratio mengukur kemampuan sebuah perusahaan untuk menutup liabilitas jangka pendeknya dengan aset yang dimiliki saat ini. Rumus untuk menghitung current ratio adalah:
Current ratio = Current assets : Current liabilities
Mari kita ambil contoh dari neraca perusahaan Microsoft di perempat akhir tahun 2016 lalu sebagai simulasi penghitungan current ratio ini.
Current Assets Microsoft
Uang tunai dan setaranya $8,468,000
Investasi jangka pendek $114,313,000
Keuntungan bersih $14,343,000
Inventori $5,864,000
Lain-lain $5,864,000
Total current asset $144,949,000
Current Liabilities Microsoft
Hutang yang harus dibayar $6,580,000
Hutang jangka pendek $25,065,000
Lain-lain $39,142,000
Total current liabilities $70,787,000
Untuk menghitung current ratio Microsoft, kita gunakan rumus di atas yaitu dengan membagi current assets dengan current liabilities:
Current ratio = 144,949,000 : 70,787,000 = 2.05
Angka ini dapat memberi petunjuk pada investor dan analis tentang efisiensi siklus operasional perusahaan, atau kemampuannya untuk menilai kurs valuta produk. Semakin tinggi angka rasio, maka perusahaan tersebut semakin mampu membayarkan kewajibannya.
Rasio yang dapat diterima sebenarnya bervariasi dan bergantung pada industri di mana perusahaan tersebut bergerak. Namun biasanya angka rasio yang berkisar antara 1.5 hingga 3 dianggap sebagai angka yang sehat. Investor dan analis akan menganggap Microsoft—dengan current ratio sebesar 2.05—sebagai perusahaan yang sehat secara finansial dan mampu untuk membayarkan kewajibannya.
Angka rasio di bawah 1 menunjukkan bahwa sebuah perusahaan tidak mampu membayarkan kewajibannya bila telah jatuh tempo. Namun angka tersebut tidak serta merta menunjukkan bahwa sebuah perusahaan sedang di ambang kebangkrutan, karena perusahaan tersebut mungkin masih memiliki sumber dana lainnya. Tetapi tidak dapat diingkari bahwa angka rasio di bawah 1 menunjukkan bahwa perusahaan tersebut tidak dalam kondisi keuangan yang baik.
Sebaliknya, angka rasio yang terlalu tinggi juga bisa menunjukkan bahwa suatu perusahaan kurang efektif dalam menggunakan current asset atau pendanaan jangka pendeknya.
Memang, mengetahui current ratio serta rasio likuiditas lainnya dapat membantu calon investor untuk mengetahui seberapa sehat kondisi suatu perusahaan. Namun mereka—atau analis yang bertugas menghitung current ratio ini– tahu dan waspada bahwa angka ini bukanlah gambaran lengkap tentang likuiditas suatu perusahaan. Mereka perlu juga memerhatikan beberapa hal, yakni:
- Jenis current assets yang dimiliki oleh perusahaan dan seberapa cepat mereka dapat diubah menjadi uang tunai juga merupakan hal yang wajib diperhatikan
- Berapa lama waktu yang dibutuhkan perusahaan tersebut untuk mengumpulkan pembayaran setelah penjualan terjadi.
- Seberapa cepat inventori perusahaan dapat dicairkan bilamana ada kebutuhan mendesak.
- Berapa persentase nilai inventori tersebut yang dapat diterima oleh perusahaan.
- Kalkulasi inventory turnover ratio perusahaan, yaitu berapa lama waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk menjual atau mengganti inventorinya.
Current ratio tidak semata-mata memerkirakan bahwa perusahaan dapat, dan akan, melikuidasi semua current asset-nya dan mengubahnya menjadi uang tunai untuk menutup liabilitasnya. Kenyataannya justru hal ini amat jarang terjadi karena perusahaan diharapkan masih terus berjalan, sehingga working capital dalam level tertentu masihlah dibutuhkan.
Perusahaan yang nampaknya memiliki current ratio tinggi belum tentu lebih aman dari perusahaan lain yang current ratio-nya rendah. Seperti yang telah kami sebutkan di atas, seorang analis harus melihat lebih jauh dari sekadar current ratio, seperti komposisi dan kualitas aset perusahaan. Current ratio hanyalah salah satu dari sekian banyak indikator finansial yang harus dianalisis oleh calon investor dan kreditor.
Rasio finansial ini akan lebih berguna bila digunakan untuk membandingkan banyak perusahaan yang bergerak di industri yang sama, ketimbang hanya digunakan untuk menilai satu perusahaan saja. Rasio finansial juga tidak akan terlalu efektif bila digunakan untuk membandingkan beberapa perusahaan yang bergerak di industri berbeda.
Pada intinya investor juga harus memertimbangkan lebih dari satu angka/jenis rasio finansial saat membuat keputusan investasi, karena satu jenis saja sebetulnya kurang untuk memberikan gambaran yang komprehensif tentang kondisi keuangan suatu perusahaan.
Artikel Terkait
- Apa itu Elastisitas Permintaan dan Penawaran?
- Bagaimana Menghitung ROI (Return of Investment)?
- Benefit Cost Ratio dan Cara Menghitungnya
- Future Value dan Bagaimana Cara Menghitungnya
Demikianlah artikel tentang cara menghitung current ratio, semoga bermanfaat bagi Anda semua.