Rumus Rasio Kecukupan Modal dan Cara Menghitungnya
Rasio kecukupan modal adalah bentuk pengukuran ketersediaan modal sebuah bank yang dinyatakan dalam bentuk persentase. Rasio ini didapatkan dari kredit tertimbang menurut risiko bank. Secara umum, rasio kecukupan modal digunakan untuk melindungi pemilik deposito. Selain itu, penghitungan rasio ini juga bisa dijadikan cara untuk mempromosikan stabilitas dan tingkat efisiensi sistem finansial bank.
Ada 2 jenis modal yang akan diukur. Yang pertama adalah jenis modal yang bisa menyerap kerugian tanpa harus menghentikan aktivitas dan perdagangan bank. Sementara jenis modal yang kedua adalah modal yang dapat menyerap kerugian jika bank diharuskan melakukan penutupan dan penghentian perdagangan. Jika bank ditutup, maka perlindungan pada pemilik deposito jadi lebih rendah.
Cara Menghitung Rasio Kecukupan Modal
Untuk menghitung rasio kecukupan modal caranya adalah membagi modal bank dengan risiko aset tertimbang. Seperti yang disebutkan sebelumnya, modal terbagi menjadi 2 tingkatan. Jadi rumusnya adalah seperti di bawah ini:
Rasio Kecukupan Modal = Modal Tingkat 1 + Modal Tingkat 2
Aset Tertimbang
Tapi apa itu sebenarnya Modal Tingkat 1 dan Modal Tingkat 2? Di bawah ini adalah penjelasan setiap elemen yang ada dalam perhitungan rasio kecukupan modal.
- Modal Tingkat 1
Yang termasuk ke dalam Modal Tingkat 1 adalah modal inti. Modal inti terdiri dari modal ekuitas, modal saham biasa, aset tak berwujud dan cadangan pendapatan yang diaudit. Modal Tingkat 1 ini digunakan untuk menyerap kerugian. Dalam tingkat ini, bank tidak diharuskan untuk menghentikan operasinya.
Pada intinya, Modal Tingkat 1 adalah modal yang tersedia secara permanen. Modal ini mudah untuk menutupi kerugian yang sedang dialami oleh bank tanpa harus berhenti kegiatan operasional dan perdagangannya.
- Modal Tingkat 2
Sementara itu, Modal Tingkat 2 merupakan laba ditahan yang tidak diaudit, cadangan kerugian umum, dan cadangan yang tidak diaudit. Modal ini akan menyerap kerugian jika bank terpaksa harus dilikuidasi. Dengan begitu, Modal Tingkat 2 ini akan memberikan tingkat perlindungan yang lebih rendah kepada pemilik deposito dan kreditur. Dengan kata lain, Modal Tingkat 2 akan digunakan jika bank kehilangan semua Modal Tingkat 1.
Kedua jenis modal ini akan ditambahkan lalu dibagi dengan risiko aset tertimbang. Inilah yang akan menjadi hasil rasio kecukupan modal. Yang dimaksud dari aset tertimbang adalah mengkalkulasikan pinjaman bank dan mengevaluasi risiko. Saat mengukur eksposur kredit, penyesuaian dilakukan pada nilai aset yang terdaftar di neraca pemberi pinjaman.
Pinjaman yang dikeluarkan bank secara keseluruhan akan ditimbang berdasarkan tingkat kreditnya. Misalnya pinjaman dari bank kepada pihak pemerintah diberi bobot 0.0%. Sementara pinjaman yang ditujukan pada individu bunganya diberi bobot 100%.
- Risiko Aset Tertimbang
Elemen yang satu ini digunakan untuk menentukan jumlah modal minimum yang harus dimiliki oleh bank atau perusahaan lain untuk memperkecil risiko kebangkrutan. Persyaratan modal pada dasarnya tergantung dari penilaian risiko untuk tiap jenis aset yang dimiliki bank.
Contohnya membandingkan jenis pinjaman yang dijamin dengan letter of kredit dengan pinjaman yang dijamin agunan. Pinjaman dengan jaminan letter of kredit dianggap risikonya lebih besar dibandingkan dengan pinjaman dengan agunan.
Kenapa Rasio Kecukupan Modal Penting?
Kenapa harus menghitung rasio kecukupan modal? Apakah itu penting? Jawabannya, rasio kecukupan modal sangat penting, karena bisa memastikan bahwa bank punya cukup cadangan yang cukup untuk menyerap sejumlah kerugian yang jumlahnya wajar sebelum bank mengalami kebangkrutan. Karena kalau tidak punya modal cukup, dana para pemilik deposito bisa hilang.
Rasio kecukupan modal bisa memastikan efisiensi dan stabilitas sistem finansial suatu negara. Menghitung rasio ini bisa membuat sebuah negara atau bank memperkecil risiko mengalami kebangkrutan. Secara umum, bank yang punya tingkat rasio kecukupan modal tinggi akan dianggap aman dan mampu memenuhi kewajiban finansialnya.
Jika bank sampai dilikuidasi, maka dana yang dimiliki oleh pemilik deposito lebih dipentingkan daripada modal bank. Dengan begitu, pemilik deposito hanya akan kehilangan tabungannya kalau kerugian bank melebihi modal yang dimilikinya. Sehingga jelas, semakin tinggi rasio kecukupan modal, semakin tinggi pula perlindungan terhadap aset para pemilik deposito.
Contoh Menghitung Rasio Kecukupan Modal
Misalnya bank ABC punya Modal Tingkat 1 sebesar Rp 10 miliar dan Modal Tingkat 2 sebesar Rp 5 miliar. Sementara itu, jumlah hutang atau beban yang diperhitungkan sebesar Rp 50 miliar. Jadi mari kita hitung rasionya:
Rasio Kecukupan Modal Bank ABC = Modal Tingkat 1 + Modal Tingkat 2
Aset Tertimbang
= 10 miliar + 5 miliar
50 miliar
= 30%.
Dengan angka 30% yang didapat tersebut, bank ABC termasuk memiliki rasio kecukupan modal yang tinggi. Dengan demikian, bank ABC dianggap aman. Dari hasil ini, bisa diperkirakan bank ABC akan mengalami risiko kebangkrutan yang kecil jika sampai mengalami kerugian atau hal-hal yang tak terduga dalam perekonomian.
Bank dengan rasio kecukupan modal yang tinggi dianggap sebagai bank yang sehat. Bank semacam ini dianggap bisa memenuhi kewajiban keuangannya dengan baik. Jadi para pemilik deposit di bank seperti ini bisa cukup merasa aman. Modal yang tanamkan di bank tersebut tidak akan lenyap begitu saja jika terjadi krisis.
Meski begitu, beberapa analis dan para eksekutif bank menganggap cara mengukur modal ekonomi lebih akurat dibandingkan rasio kecukupan modal. Cara tersebut juga bisa digunakan untuk mengetahui kesehatan kondisi keuangan dan perkiraan risiko bank.
Artikel Terkait
- Rumus Pendapatan Per Kapita, dari Pengertian Hingga Cara Menghitungnya
- Perbedaan Omzet dan Profit
- Begini Cara Membuat dan Contoh Surat Jalan Lengkap
- Apa Itu Rekening Bersama?
Demikianlah artikel tentang rumus rasio kecukupan modal dan cara menghitungnya, semoga bermanfaat bagi Anda semua.