Ini Dia Intrik Kurang Terpuji Sejumlah Pelaku Bisnis yang Perlu Diketahui
Bersikap jujur itu gampang, tapi tak semua orang sanggup melakukannya. Diperlukan keberanian pada diri sendiri untuk tidak bertindak licik dan curang, karena keduanya pasti dilakukan sebagai jalan pintas dan menghindari rasa sakit yang tercipta dari penundaan kenyamanan dan kenikmatan.
Salah satu pihak yang rentan melakukan intrik licik adalah pelaku bisnis. Keinginan untuk meraup rupiah lebih banyak dalam waktu singkat dan upaya tidak berat merupakan godaan yang cukup berat untuk ditanggung seorang pelaku usaha.
Berikut adalah intrik licik para pelaku bisnis yang perlu Anda ketahui. Jangan sampai terjebak rayuan manis mereka, ya!
1. Barang palsu
Pernah mendengar istilah ‘barang KW’, kan? Frasa ‘barang KW’ tak lain merupakan eufemisme dari barang palsu, yaitu barang yang dipasangi label atau merek ternama agar terlihat seperti asli. Barang semacam ini dapat dengan mudah ditemui di negara berkembang seperti Indonesia. Jenisnya bermacam-macam; mulai dari T-shirt, tas, celana jeans, celana dalam, hingga jam tangan.
Anehnya, merek-merek terkenal yang dipalsukan itu tak pernah melayangkan protes atau melakukan operasi pasar yang berarti. Sikap diam semacam ini membuat sebagian kalangan berpikir bahwa fenomena tersebarnya barang-barang palsu ini mendapat lampu hijau dari pemilik merek. Tujuannya tak lain adalah untuk memperkenalkan produk dan mencuci otak konsumen. “Sekarang mereka beli yang palsu. Kalau punya uang nantinya mereka akan membeli barang aslinya,” mungkin itu yang ada di benak pemilik merek asli. Uniknya, tak sedikit konsumen yang merasa bangga membeli barang palsu semacam ini.
Mereka mengerti kalau barang tersebut bukan asli. Alih-alih protes, mereka justru memberi peringkat untuk tingkat kepalsuan barang yang dipasarkan. Istilah ‘KW premium’ pun beredar guna menandai produk palsu yang tampilannya nyaris sama dengan yang asli dengan harga yang tak murah juga, sih. Padahal, ya tetap saja palsu.
2. Beriklan di tempat yang tak relevan
Contoh nyata dari tindakan ini adalah yang dilakukan oleh salah satu bank yang konon mempunyai cabang di tiap negara sebut saja Bank XYZ. Bank XYZ tersebut tampaknya memiliki anggaran besar untuk pencitraan, dan pandai memilih titik dimana iklan harus dipasang. Ada sekitar 50 bandara internasional yang memasang iklan bank tersebut.
Padahal, belum tentu bank ini beroperasi di negara tempat bandara tersebut berada. Di Thailand, misalnya, Bank XYZ tersebut memasang iklan di sejumlah titik di bandara Bangkok. Namun hanya sedikit yang tahu dan menyadari kalau hanya ada 1 (satu) cabang bank tersebut yang beroperasi di Thailand. Itupun ada di Bangkok. Terkesan cerdas, memang.
Tapi hal ini menyesatkan karena publik akan memiliki penilaian bahwa bank tersebut merupakan suatu bank dengan brand besar dan coverage layanannya mencakup seisi dunia. Faktanya, sih, tidak demikian.
3. Menjalankan layanan tanpa persetujuan konsumen
Bagi mereka yang tinggal di India dan berinteraksi dengan Tata Sky tentu pernah merasakan fenomena ini. Mereka pasti pernah dikontak oleh call center Tata Sky yang menawarkan produk baru mereka dalam bentuk paket-paket layanan.
Kalaupun Anda menolak, misalnya, operator akan merespon dengan kalimat, “Tuan/Nyonya, layanan ini sifatnya opsional dan sepenuhnya tergantung pilihan Anda.” Yang bersangkutan pun akan terus menyerocos hingga promosi usai, dan lebih dari 80 persen orang yang dikontak akan mengakhiri dengan pernyataan bahwa mereka tidak memerlukan layanan tersebut. Tak lama kemudian akan ada notifikasi SMS yang menyatakan bahwa konsumen yang baru saja dikontak tersebut telah mengambil paket layanan tertentu senilai sekian Rupee. Tidak ada kesalahpahaman di sini, mengingat komunikasi dilakukan menggunakan bahasa yang sudah dipilih oleh konsumen.
Mereka yang sudah dinyatakan berlangganan tak bisa berbuat apa-apa. Kalaupun mereka protes, prosesnya begitu lama dan menjemukan sehingga mereka akhirnya membiarkan saja layanan tersebut berjalan tanpa mereka nikmati; dan dikenakan charge senilai sekian Rupee.
4. Label yang menyesatkan
Penggunaan bahan penyedap makanan bukanlah sesuatu yang asing. Dengan memakai bahan makanan tambahan, cita rasa dan aroma makanan bisa begitu merangsang air liur. Hanya saja, tak sedikit dari produsen bahan aditif itu yang menempuh jalur yang cukup bermoral. Contoh yang paling nyata belakangan ini adalah Senomyx yang berada di Amerika Serikat. Perusahaan ini senantiasa mencantumkan produknya sebagai ‘bahan perasa alami’. Sejumlah pihak di tahun 2010 menaruh kecurigaan atas praktik bisnis Senomyx dan menuntuk penelitian terbuka atas produk-produknya.
Menyiasati protes tersebut, Senomyx secara terbuka memberi pernyataan dan penjelasan gamblang di web perusahaan terkait bahan makanan yang diproduksinya. Hingga detik ini publik masih berpendapat bahwa ada fakta yang sengaja disembunyikan oleh Senomyx, yaitu penggunaan sel ginjal bayi hasil aborsi untuk memproduksi bahan makanan tertentu.
Menjalankan bisnis bukanlah hal mudah. Tak sedikit yang mengambil jalan pintas demi meraih keuntungan lebih besar dalam waktu singkat. Dengan mengetahui trik kotor sejumlah pengusaha, kita bisa terhindar dari tipuan yang telah mereka pasang. Dan, yang lebih penting, kita menawarkan iklim bisnis dan persaingan yang lebih ketat dan lebih jujur yang merangsang daya saing sesungguhnya dari masing-masing pelaku usaha.
Artikel Terkait
- Tipe-tipe Kepribadian yang Sebaiknya Kita Hindari
- Inilah Sebabnya Mengapa Kerja Keras Saja Tidak Menjamin Anda Pasti Kaya
- Mengapa Orang Lebih Suka Jadi Karyawan Dibanding Berbisnis? Ini Alasannya!
- Inilah Kesalahan yang Bisa Mematikan Bisnis Anda
Demikianlah artikel tentang intrik kurang terpuji sejumlah pelaku bisnis, semog bermanfaat bagi Anda semua.