Kaya hingga 7 Turunan, Mungkin Nggak, Sih?
Mendengar nama keluarga Rothschild, Rockefeller, Hilton atau Riady yang terbayang adalah aset yang melimpah ruah dan bisnis yang menggurita. Apa yang langsung terpikirkan di benak orang adalah kekayaan tersebut tidak akan habis hingga 7 turunan.
Mungkin nggak, sih, kekayaan bisa seawet itu? Dari sederetan nama di atas, hanya keluarga Rothschild yang terbukti paling awet mempertahankan dan tetap getol mengembangkan aset terhitung sejak abad XVIII. Adapun keluarga Rockefeller baru memasuki generasi ketiga, keluarga Hilton diwarnai oleh kehidupan gemerlap sosialita generasi keempat, sementara keluarga Riady baru berkembang pesat setelah James Riady, generasi kedua, turun tangan menggarap bisnis keluarga.
Konon, satu-satunya yang sanggup menyaingi dinasti Rotschild hanyalah mereka yang berasal dari anak cucu keluarga Medici yang pernah berkuasa di Florence, Italia, di abad XV. Ekonom seperti Guglielmo Barone dan Sauro Mocetti menyatakan kalau para keturunan bangsawan Florence tersebut masih menjadi pembayar pajak teratas di Italia. Selama lebih dari 600 tahun, kurang lebih mencapai delapan generasi, keluarga bangsawan Florence aktif membayar pajak dengan jumlah besar. Menakjubkan.
Fakta tersebut memperlihatkan bahwa dari sekian banyak keluarga dan dinasti kaya yang ada di dunia, hanya segelintir yang sanggup bertahan hingga lebih dari 7 turunan. Alhasil, banyak orang berkata, dan seakan menjadi kepastian sejarah, bahwa kekayaan seseorang tak mungkin diteruskan hingga turunan keempat. Mengapa demikian?
Berikut adalah sebab mengapa kekayaan sulit diwariskan hingga turunan ketujuh:
1. Individualisme dan kalah persaingan
Perbedaan mendasar kultur Barat dan Timur terletak pada pola budaya individualisme dan komunialisme. Yang pertama dimiliki oleh masyarakat Barat dan mempermudah adopsi dinamisme, yang memungkinkan sejumlah individu mengambil keuntungan dari perubahan lingkungan yang amat cepat sehingga kaya dalam waktu singkat.
Namun, karena kekayaan tak lebih dari persoalan pendistribusian ulang harta benda, ketika seseorang tampil sebagai pemenang maka akan ada orang lain yang harus kalah. Jadi, di dunia individualis Barat peluang seseorang untuk kalah persaingan amatlah tinggi. Hal ini berbeda dengan kultur Timur yang menganut komunalisme, dimana keluarga kaya dan berpengaruh menjalin hubungan via jalur pernikahan dan kekerabatan sehingga kekayaan relatif terjaga di tengah kultur yang statis; dan enggan menghadapi persaingan.
2. Konflik internal
Keluarga Rockefeller disinyalir memiliki sekitar 200 orang keturunan dengan kekayaan kolektif sebesar 10 miliar dolar Amerika. Pada saat wafat di tahun 1937, kekayaan Rockefeller ditaksir sebesar 340 miliar dolar Amerika; lebih dari 4 (empat) kali kekayaan Bill Gates. Tapi, akankah keluarga Rockefeller terus menjadi raja? Belum tentu. Sebuah keluarga rentan mengalami konflik internal.
Dalam sebuah keluarga besar, inilah yang menghancurkan sebuah dinasti alih-alih persoalan kompetensi. Keberadaan ratusan anggota keluarga sebuah dinasti hanya menyisakan bibit perselisihan dan potensi konflik internal bila tidak ada sistem yang sangat baik yang memungkinkan kesemuanya hidup rukun. Harus ada konsolidasi dan keikhlasan masing-masing anggota keluarga untuk dipimpin yang lain selama pundi kekayaan keluarga tetap terjaga.
3. Salah mengembangkan jalur bisnis
Pergantian zaman meniscayakan perubahan peluang bisnis. Bisnis yang digarap pada tahun 90-an dan menuai sukses, misalnya, belum tentu bisa diterapkan di era digital seperti sekarang. Mau tak mau, seorang pebisnis harus menanamkan pola pikir untuk terus mampu mengenali perkembangan zaman dan menguasai teknologi agar tak salah arah dalam menggarap dan mengembangkan bisnis di masa mendatang. Jika diperlukan, arah bisnis leluhur diubah andaikata bisnis tersebut tak lagi cocok – hanya memancing pengeluaran ketimbang aliran laba ke rekening perusahaan.
4. Memanjakan generasi yang lebih muda
Pada satu titik ketika keuangan keluarga melimpah ruah, generasi yang lebih tua menjadi kurang awas sehingga tidak sadar bahwa yang bersangkutan memanjakan generasi yang lebih muda. Mereka menjadi terlampau permisif; dalam artian, mengijinkan generasi berikutnya mengambil jalur hidup yang lebih aman, kurang terjal dan berliku, santai namun tetap berada di lingkungan elit nan berkelas. Sang cucu, misalnya, meski tak memiliki bakat di dunia musik atau seni, tetap dibiarkan menjalani profesi sebagai musisi atau seniman.
Padahal di era tersebut musik atau seni tidak mendapat apresiasi dan imbal balik finansial sepadan. Alih-alih berbisnis secara riil, sang cucu justru diberi modal untuk bergerak di bisnis pasar saham. Pebisnis ulung tidak akan membiarkan anak cucunya menggarap sektor bisnis yang kurang menantang dan tidak riil semacam itu. Sebaliknya, mereka akan memberi modal yang kurang dari cukup guna mengasah kepiawaian bisnis keturunannya.
5. Terjebak kesenangan semu
Hidup bergelimang harta dan senantiasa terpenuhi tidak menjamin tiadanya kebosanan di kemudian hari. Kondisi semacam ini yang memancing seseorang untuk menjajal pesona narkotika dan obat-obatan terlarang. Keturunan keluarga kaya memang cenderung bersikap eksentrik, dalam artian mereka kerap menempuh cara aneh guna mencapai kebahagiaan dan kesenangan duniawi.
Jenuh dengan tawaran kesenangan yang sudah-sudah, mereka pun terjebak dalam fantasi dan halusinasi yang diberikan oleh heroin, minuman keras, dan semacamnya. Alhasil, kekayaan keluarga pun tersedot habis dan tidak memiliki kemampuan kognitif dan mental guna meneruskan bisnis yang sudah mapan.
Albert Einstein pernah berkata, “Berpikir adalah aktifitas yang begitu melelahkan sehingga tidak semua orang mau menjalaninya.” Einstein benar. Itu adalah gejala yang menimpa semua orang, termasuk mereka yang berada di lingkungan kaya yang mana semua kebutuhannya terpenuhi. Generasi penerus semacam ini enggan pergi dari zona nyamannya hanya untuk mengkaji dan mempelajari kisah sukses leluhurnya. Padahal, jika dipikir lebih lanjut, mereka memiliki peluang besar untuk belajar langsung dari mentor sekaligus pelaku sejarah yang hadir 24 jam penuh di tengah-tengah mereka.
Artikel Terkait
- Cara Orang Kaya Tetap Kaya
- Orang Kaya Ternyata Masih Berhutang! Mengapa?
- 4 Sebab Kenapa Orang Kaya Bisa Semakin Kaya
- Inilah 12 Ciri-ciri Orang yang Akan Kaya di Masa Depan. Apakah Anda Memilikinya?
Demikianlah artikel tentang kaya hingga 7 turunan, semoga bermanfaat bagi Anda semua.