Mengapa Banyak Orang yang Tidak Memiliki Tabungan?
Menabung, perkara simpel tetapi sulit untuk dilaksanakan. Banyak orang bingung bahkan mengeluh kehabisan uang sebelum akhir bulan. Alih-alih menabung, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja sulit. Sebenarnya, apa yang menyebabkan banyak orang sulit menabung sehingga tak memiliki simpanan?
- Memiliki utang jangka panjang
Pinjaman alias utang di satu sisi dianggap sebagai solusi untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan yang tak cukup dengan mengandalkan gaji. Namun di sisi lain tanpa disadari utang justru menjerat dalam permasalahan keuangan yang semakin dalam.
Apalagi cicilan utang yang dimiliki lebih dari 50 persen pendapatan dan berlangsung dalam tempo jangka panjang. Sebagian besar pendapatan gaji tentu akan habis untuk membayar utang, karena merupakan kewajiban yang harus dibayar. Dengan adanya utang, maka mau tidak mau pendapatan gaji yang bisa digunakan adalah sisa setelah dikurangi dengan cicilan utang dan pengeluaran-pengeluaran yang sifatnya rutin dan tetap.
- Gaya hidup boros
Disadari atau tidak banyak orang yang lebih memprioritaskan keinginannya dibandingkan kebutuhannya. Sebab itu mereka terjebak dalam perilaku boros, menghabiskan uang untuk hal-hal yang sebenarnya tidak dibutuhkan. Untuk terlihat berkelas makan di restoran hampir setiap hari atau nongkrong di café hanya untuk menikmati secangkir kopi.
Membeli produk-produk fashion branded keluaran baru atau berlangganan TV kabel yang tidak pernah ditonton hanya sebagai simbol status saja. Gaya hidup demikian jelas berbiaya tinggi. Sebab itulah, mereka yang bergaya hidup boros tak bisa menyisihkan sebagian pendapatannya untuk ditabung.
- Penerapan sistem anggaran yang salah
Banyak orang yang hidup dengan mengandalkan gaji yang diterima setiap bulan. Cukup tidaknya gaji untuk memenuhi seluruh kebutuhan, tergantung dari masing-masing orang mengatur keuangannya. Gaji besar tak menjamin orang bisa menyisihkan sebagian untuk ditabung. Kebanyakan orang baru akan menabung jika terdapat sisa dari uang belanja.
Sayangnya, tidak ada yang tersisa di akhir bulan. Inilah penerapan sistem anggaran yang salah. Seharusnya, sisihkan dulu untuk tabungan di awal kemudian habiskan sisanya untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Tak hanya bisa menabung, tetapi Anda akan termotivasi untuk berhemat agar sisa uang yang dimiliki cukup untuk memenuhi kebutuhan.
- Pendapatan pas-pasan bahkan kurang
Menghemat di tengah-tengah melonjaknya harga pangan dan produk lainnya tentu merupakan hal yang sulit. Alih-alih disisihkan sebagian sebagai tabungan, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja sulit. Hal ini sering kali dialami dan dikeluhkan oleh mereka yang pendapatannya pas-pasan bahkan kurang, yakni mereka yang bekerja di sektor informal.
Biaya hidup tak hanya sebatas untuk biaya makan saja, tetapi ada komponen biaya lain yang harus diperhitungkan. Sebut saja biaya listrik, transportasi, air bersih, bahan bakar, sekolah, dan lainnya. Biaya makan plus biaya-biaya rutin tersebut tentu sudah menyita sebagian bahkan seluruh pendapatan yang dimiliki, sehingga sulit untuk menyisihkan sebagai simpanan.
- Kebiasaan belanja yang buruk
Banyak orang tergoda untuk segera membelanjakan uangnya setelah menerima gaji. Tanpa dianggarkan lebih dulu, mereka mulai membeli barang-barang yang diinginkan. Selain itu, mereka membeli barang-barang tanpa daftar belanja sehingga nafsu belanja sulit untuk dikendalikan. Alhasil, uang habis untuk membeli barang-barang yang tidak dibutuhkan.
- Biaya hidup tinggi
Banyak faktor yang mempengaruhi biaya hidup tinggi, sebut saja wilayah demografi perkotaan, kultur masyarakat modern, inflasi, nilai tukar mata uang, dan lain sebagainya. Biaya hidup tinggi tanpa diimbangi peningkatan pendapatan jelas akan berpengaruh pada pengaturan keuangan.
Untuk mengelola biaya, orang harus rela tinggal di gang-gang sempit guna mendapatkan hunian dengan biaya sewa yang rendah. Bahkan untuk makan seadanya pun masih cukup mahal. Sebab inilah orang tak bisa melakukan penghematan dan memilih untuk menghabiskan uangnya demi bertahan hidup dibandingkan menyisihkannya sebagai tabungan.
- Tidak disiplin anggaran
Anggaran dibuat untuk mengatur, mengelola, dan mengendalikan pengeluaran. Sebab itulah dalam anggaran ditetapkan beberapa kategori pengeluaran agar setiap uang yang dibelanjakan dapat dilacak penggunaan atau pengalokasiannya.
Sayangnya, ketidakdisiplinan dalam penerapan anggaran ini menjadi kelemahan. Banyak orang yang rajin membuat anggaran tetapi tak diimbangi dengan kedisiplinan menerapkannya. Akibatnya, uang yang telah dianggarkan tak terkendali pengeluarannya sehingga habis tanpa disadari.
- Tidak berpikir masa depan
Banyak orang yang memandang kehidupan, dimana hidup hanya untuk hari ini, sehingga tak memikirkan masa depan. Seolah tak menyadari bahwa hidup akan sampai pada titik di mana mereka tak lagi produktif dan mulai memasuki masa pensiun.
Di saat produksi, mereka merasa diri kaya ketika menerima gaji. Dalam pikiran mereka, untuk apa saja uang tersebut akan dihabiskan, bukan berapa yang harus disisihkan untuk tabungan. Cara pandang seperti ini akan mengarahkan pada kehidupan yang penuh dengan kesenangan, lagi-lagi tanpa berpikir tentang masa depan.
- Jebakan kredit konsumen
Bujuk rayu persyaratan kredit konsumen yang ringan, proses mudah dan cepat baik dari lembaga bank maupun non-bank turut berperan sebagai penyebab banyak orang tidak memiliki tabungan. Doktrin sulit untuk memiliki smartphone, barang elektronik canggih, motor, mobil, bahkan rumah tanpa kredit begitu merasuk dalam benak masyarakat.
Sebab itu, mereka lebih memilih mengambil jalan pintas melalui kredit ketimbang menyisihkan uang dengan sabar dalam bentuk tabungan. Enaknya, mereka memang bisa segera memiliki barang-barang yang diinginkan. Namun, tidak enaknya mereka harus membayar cicilan plus bunga kredit selama jangka waktu yang disepakati. Konyolnya, banyak orang berpikir jebakan kredit ini sama halnya dengan tabungan.
- Mengalami kondisi darurat
Kondisi darurat seperti sakit kronis, kecelakaan, perceraian, dan bencana alam sering kali menghempaskan kehidupan seseorang, yang tadinya kaya bisa berubah menjadi miskin. Beragam kondisi darurat yang disebutkan umumnya menghabiskan dana cukup besar, bahkan tak menutup kemungkinan berisiko pada habisnya harta benda. Bagi mereka yang awalnya memiliki tabungan, akan mudah terkuras habis jika mengalami kondisi darurat tersebut.
Artikel Terkait
- Cara Mencari Uang Jajan Tambahan untuk Anak Sekolah
- Kalau Mau Jadi Milyader, Harus Mulai dari Mana?
- Tip Sederhana untuk Berhemat
- Bagaimana Cara Hidup Hemat Berumah Tangga?
Demikianlah artikel tentang hal-hal mengapa banyak orang yang tidak memiliki tabungan, semoga bermanfaat bagi Anda semua.