Kami menyediakan berbagai simulasi kredit, dari kredit mobil, kredit rumah, kpr, kartu kredit dan lain-lain. Simulasi pinjaman bisa juga dilakukan di sini.

Tips Mengendalikan Keinginan Belanja Impulsif

Kemandirian dan kesehatan finansial menentukan masa depan. Tak heran jika setiap orang dituntut untuk memiliki kemampuan mengelola finansial dengan baik. Berhemat dan menerapkan gaya hidup minimalis begitu dianjurkan. Meski tampak sederhana, namun tak semua orang mampu menerapkannya, mungkin juga termasuk Anda.

Pernahkah Anda tiba-tiba ingin membeli sepatu yang dipajang di sebuah etalase toko ketika jalan-jalan ke mal? Tentu Anda tidak berencana belanja, apalagi menganggarkan sejumlah uang untuk membeli sepatu tersebut. Namun, tanpa pikir panjang Anda pun membelinya karena begitu menyukai desain dan warnanya. Inilah pembelanjaan impulsif yang sering kali tak disadari justru menjerumuskan pada perilaku boros yang berbahaya bagi kehidupan finansial Anda.

Apa itu pembelanjaan impulsif?

Pembelanjaan impulsif dapat dipahami sebagai aksi pembelian suatu barang secara tiba-tiba tanpa direncanakan sebelumnya akibat adanya dorongan kuat yang timbul dari dalam hati. Secara finansial, pembelanjaan impulsif ini tergolong sebagai aktivitas yang buruk, karena mengakibatkan terjadinya pengeluaran yang berlebihan. Celakanya, dorongan hati tersebut sering muncul tanpa diduga.

Tak dipungkiri bahwa pembelanjaan impulsif merupakan jebakan yang sulit untuk dihindari. Tak ada yang kebal darinya, bahkan meski Anda berupaya sekuat tenaga untuk tetap berhemat. Banyak yang menyerah, sehingga mereka harus menghadapi kehidupan finansial yang lebih sulit ke depannya.

Pembelanjaan impulsif merupakan musuh bagi kehidupan finansial. Tak hanya menjadi penghalang pencapaian tujuan utama keuangan, seperti menabung, membangun kas darurat 3 atau bahkan sampai 6 bulan, dan juga investasi. Belanja impulsif mendorong Anda untuk melakukan pembelian yang melebihi kemampuan Anda secara finansial. Tak hanya itu, belanja impulsif juga menjebak Anda untuk membeli barang-barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan. Akibatnya, Anda berisiko kehilangan stabilitas keuangan.

Tips mengendalikan pembelanjaan impulsif

Meski sulit, bukan berarti tidak bisa. Untuk mewujudkan tujuan finansial di masa depan, Anda harus mampu untuk terus berusaha mengendalikan dorongan hati untuk berbelanja. Jangan mudah mengalah, apalagi menyerah. Anda hanya perlu menerapkan strategi untuk mengendalikan dorongan hati untuk terus berbelanja. Beberapa di antaranya tertuang dalam tips berikut ini.

  • Buat daftar belanja

Berbelanja memang perlu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan, baik bahan makanan, barang-barang pribadi, fashion, maupun hadiah. Pastikan Anda telah membuat daftar belanja yang berisi jenis-jenis barang yang dibutuhkan untuk dibeli. Ketika Anda pergi untuk berbelanja, pastikan pula Anda mematuhinya, bahkan jika perlu tantang diri Anda sendiri untuk berbelanja sesuai dengan daftar yang telah dibuat.

Membuat daftar belanja tentu bukan tanpa alasan. Bahkan daftar belanja tersebut akan dapat menyelamatkan Anda dari pemborosan. Anda tidak tahu apa yang akan dilihat nanti saat berbelanja. Bisa jadi Anda akan melihat dan menemukan sesuatu yang seketika menimbulkan dorongan untuk membeli. Jadi, daftar belanja yang telah dibuat tersebut akan menjaga agar Anda tetap fokus pada pembelian barang yang dibutuhkan saja, sehingga tidak terganggu dengan barang-barang yang tidak terdapat dalam daftar belanja.

  • Berlakukan aturan masa tunggu

Tak semua keinginan harus dipenuhi pada saat itu juga. Biasakan diri Anda untuk menunggu. Berkenaan dengan hal itu, Anda harus memberlakukan aturan masa tunggu sebelum membeli sesuatu yang diinginkan.

Lantas, berapa lama masa tunggu yang ideal? Tentu akan berbeda-beda untuk setiap orang, tergantung pada kecenderungan masing-masing dalam berbelanja. Masa tunggu bisa berkisar dari satu jam, sehari, seminggu, bahkan sebulan. Namun, semakin lama masa tunggu akan semakin baik.

Aturan masa tunggu pada prinsipnya memberi Anda kesempatan untuk mengambil keputusan membeli atau tidak. Apakah barang yang ingin dibeli memang benar-benar dibutuhkan atau hanya sekadar dorongan sesaat. Dengan adanya masa tunggu, Anda akan memiliki waktu untuk menenangkan diri hingga impuls Anda pun mereda. Dengan demikian, pembelanjaan yang Anda lakukan nantinya atas dasar pikiran jernih, bukan impulsif.

  • Jadilah pembelanja yang logis

Tak bisa diingkari bahwa setiap orang memiliki keinginan. Keinginan yang semakin besar menimbulkan impuls yang semakin besar pula. Jika impuls dibiarkan lepas akan menjadi dorongan liar yang sulit dikendalikan. Akibatnya, Anda akan terus melakukan pembelanjaan impulsif tanpa menyadari dampak negatifnya pada keuangan Anda.

Ketika impuls muncul, Anda akan terdorong untuk mengeluarkan uang secara emosional. Anda akan menjadi ‘lapar mata’ sehingga membeli setiap barang yang disuka, bahkan meski harganya tidak logis sekalipun. Misalnya, Anda melihat sebuah hoodie dengan corak dan desain yang begitu menarik di mata Anda saat berjalan-jalan di mal. Seketika Anda pun menyukainya dan membelinya meski harus merogoh kocek cukup dalam, karena memang harganya mahal. Di sini, Anda menyerah pada dorongan untuk melakukan pembelanjaan impulsif.

Impuls dan emosional merupakan perpaduan yang buruk. Untuk mengatasinya, Anda harus menjadi pembelanja yang logis. Libatkan bagian dari otak Anda untuk berpikir secara rasional. Apakah harga barang yang diinginkan setara dengan kualitasnya? Mungkin standar harga barang bagi setiap orang berbeda. Bisa jadi menurut Anda murah, tapi tidak menurut orang lain. Oleh sebab itu, kemampuan finansial yang dijadikan sebagai standar logis atau tidaknya suatu harga barang.

Intinya belilah barang sesuai kemampuan finansial yang dimiliki dengan tetap berpedoman pada pikiran jernih dan kebutuhan. Itulah pentingnya menjadi pembelanja yang logis agar tidak mudah terjebak dalam dorongan-dorongan yang bisa jadi hanya menimbulkan kesenangan sesaat. Menjadi pembelanja yang logis akan mengarahkan Anda pada pola pikir yang rasional sehingga mampu mengerem pembelanjaan impulsif.

  • Beli barang yang bergaransi

Tak semua barang memiliki garansi. Anehnya, barang-barang yang tak bergaransi ini justru cenderung memiliki daya tarik yang lebih besar untuk dibeli. Hal ini diperparah dengan keengganan merchant untuk memberikan garansi toko sekalipun, dengan dalih barang yang sudah dibeli tidak dapat ditukar atau dikembalikan. Celakanya, hal tersebut umumnya telah tercantum dalam nota pembelian di setiap toko.

Contohnya saja seperti produk fashion, baik pakaian, tas, sepatu, maupun aksesoris pribadi dijual tanpa garansi. Padahal, produk-produk tersebut yang banyak diburu dan sering kali menimbulkan impuls. Sebagai pembeli, Anda harus jeli terhadap promo penjualan yang diselenggarakan suatu merchant. Bisa jadi produk-produk yang jual memiliki kekurangan atau kualitasnya di bawah standar, misalnya ada cacat dan kerusakan kecil pada produk, model sudah out of fashion alias ketinggalan zaman, dan lain sebagainya.

Pembelanjaan impulsif yang hanya didasarkan pada dorongan sesaat tak jarang menimbulkan penyesalan di kemudian hari. Apalagi ketika Anda menyadari bahwa barang yang dibeli tidak Anda butuhkan. Jika barang tidak bergarasi, tentu saja tidak bisa dikembalikan kepada toko yang menjual. Jika dijual kembali dengan harga yang sama, maka siapa yang mau? Sementara apabila dijual dengan harga murah, jelas Anda akan mengalami kerugian.

Berkenaan dengan hal itu, belilah barang yang bergaransi agar Anda bisa mengurangi penyesalan yang timbul di kemudian hari. Anda bisa membuat kesepakatan dengan penjual mengenai barang yang dibeli. Misalnya bisa ditukar atau kembali uang apabila barang tidak sesuai dengan pesanan, ukuran lebih kecil atau besar dari ukuran badan, dan lainnya. Jika penjual setuju, maka Anda tidak akan merasa bersalah ketika barang yang dibeli tak sesuai harapan.

  • Evaluasi dan bersyukur atas apa yang sudah dimiliki

Jika belanja hanya untuk memenuhi kepuasan, maka tidak akan ada puasnya. Sudah menjadi sifat dasar manusia untuk tidak mudah puas, sehingga selalu tergoda untuk membeli dan terus membeli barang-barang yang diinginkan. Ketidakpuasan ini sering kali mengarah pada pembelanjaan impulsif.

Lihatlah lemari Anda! Bukankah sudah begitu banyak pakaian yang Anda miliki, bahkan bertumpuk-tumpuk. Pakaian tersebut tentu tidak Anda gunakan dalam sehari, bahkan sebagian besar jarang digunakan. Mengapa Anda tidak mengevaluasi dan bersyukur atas apa yang sudah dimiliki? Lakukan juga untuk barang-barang lainnya.

Disadari atau tidak, orang akan lebih senang jika segala yang dimilikinya bermanfaat dan berdaya guna untuk kehidupannya, dibanding hanya disimpan di dalam lemari, apalagi di gudang. Dengan memanfaatkan barang-barang yang sudah ada bisa jadi lebih memuaskan daripada Anda mengumpulkan lebih banyak barang. Membeli lebih sedikit tetapi berkualitas tentu jauh lebih baik dibandingkan dengan membeli banyak tapi tidak berkualitas.

  • Tantang diri Anda untuk memotong pengeluaran

Hidup tanpa pengeluaran tentu mustahil. Namun, hidup dengan memotong pengeluaran bisa dilakukan. Sebab itu, tantang diri Anda untuk memotong pengeluaran sebagai upaya untuk mengendalikan pembelanjaan impulsif.

Tantangan memotong pengeluaran bisa diwujudkan dalam banyak hal. Sebut saja hanya membeli barang-barang penting dan dibutuhkan saja selama sebulan penuh, masak setiap hari untuk mengurangi kebiasaan makan di luar, tidak membeli pakaian baru selama dua atau tiga bulan, menunggu setidaknya 1 x 24 jam sebelum membeli sesuatu yang lebih mahal, atau tidak jalan-jalan ke mal selama sebulan.

Tantangan ini akan mengubah hari-hari menjadi lebih efisien tanpa mengeluarkan uang untuk membeli barang yang tidak jelas dan tidak dibutuhkan. Namun perlu diperhatikan bahwa tantangan ini tentu saja tidak berlaku untuk pengeluaran yang sifatnya pokok, misalnya biaya hidup sehari-hari, biaya utilitas seperti listrik, transportasi, telepon, dan lainnnya. Sebab, jika pengeluaran pokok dipotong, maka kehidupan finansial justru menjadi tidak seimbang.

  • Berbelanja hanya ketika pikiran jernih

Kondisi dan waktu berbelanja mempengaruhi pembelanjaan impulsif. Diakui atau tidak, berbelanja di saat kondisi sedang sedih, stres, atau lelah justru memicu pembelanjaan impulsif. Dalam kondisi tersebut, Anda akan lebih mudah tergoda untuk mengeluarkan uang lebih banyak guna memuaskan diri. Sebab pada kondisi tersebut, Anda membutuhkan hiburan atau pelampiasan dari rasa sedih, stres atau lelah yang sedang dirasakan. Demikian pula dengan waktu, belanja pada malam hari dianggap menjadi pilihan waktu yang buruk.

Suasana hati yang terganggu akibat galau, suntuk, bosan, dan lainnya akan memicu Anda untuk membeli sesuatu secara impulsif. Alih-alih membeli barang yang dibutuhkan, Anda justru memenuhi keranjang belanja dengan barang-barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan.

Sebab itu, jangan sekali-kali berbelanja ketika kondisi dan suasana hati Anda sedang kacau. Belanjalah ketika pikiran Anda jernih dan bebas dari beban dan tekanan yang mengganggu. Di saat pikiran jernih, Anda dapat fokus untuk membeli barang-barang yang dibutuhkan saja, sebab Anda dapat lebih mudah menangkal godaan yang datang saat berbelanja.

  • Minimalisir pengeluaran

Godaan saat berbelanja memang sulit dihindari. Ketika Anda berada dalam situasi tak mampu lagi bertahan dari godaan tersebut, bukalah aplikasi belanja online. Carilah barang-barang yang Anda inginkan kemudian masukkan ke keranjang belanja. Jika sudah, tutup aplikasi tersebut, tanpa perlu melakukan checkout guna menindaklanjuti proses belanja itu. Dalam banyak kasus, memilih-milih produk cukup untuk memuaskan keinginan Anda berbelanja, tanpa harus melakukan pembelian.

Lantas, bagaimana jika impuls itu muncul saat Anda berbelanja di toko? Prinsipnya Anda harus mampu meminimalisir pengeluaran. Ketika Anda ‘terjebak’ di dalam toko dan tiba-tiba muncul keinginan untuk membeli sesuatu, maka pilihlah barang yang harganya paling murah. Ketika keluar dari toko, Anda tidak akan menyesal karena merusak stabilitas keuangan Anda. Cara ini juga dapat membantu Anda melepaskan diri dari kecenderungan ‘gila belanja’.

Artikel Terkait

Demikianlah artikel tentang tips mengendalikan keinginan belanja impulsif, semoga bermanfaat bagi Anda semua.



Cara Membuat Anggaran Sederhana
12 Aturan Keuangan yang Harus Dipahami oleh Anak-anak
Bagaimana Cara Menjadi Milyuner?
Pentingnya Literasi Keuangan Dan Cara Meningkatkannya
8 Kesalahan-kesalahan Merencanakan Keuangan Keluarga
6 Cara Mengelola Keuangan Keluarga Secara Efektif
Ajarkan Tip Keuangan Ini untuk Anak Anda
6 Alasan Kelas Menengah Tetap Kelas Menengah
5 Cara Ampuh Berhemat Saat Berwisata dengan Keluarga
Tip Hemat Agar Hidup Semakin Kaya


Bagikan Ke Teman Anda