Memahami Apa yang Dimaksud Fraud Triangle ‘Si Segitiga Penipuan’
Istilah fraud triangle mungkin masih terdengar asing untuk sebagian orang, akan tetapi dalam dunia bisnis dan pasar, istilah ini sangatlah familiar. Fraud triangle secara sederhana diartikan sebagai segitiga penipuan. Tetapi arti sesungguhnya jauh lebih luas dari pada hal itu. Untuk memahamimnya, mari kita ulas secara lebih dalam.
Pengertian dan Asal Muasal Fraud Triangle
Berbicara soal pengertian fraud triangle tidak akan lepas dari sosok sosiolog sekaligus kriminologi yang menjadi pencetus istilah ini. Berangkat dari situlah kemudian lahir berbagai pengertian yang menungkap atau mengupas secara lebih lanjut apa sebenarnya fraud triangle itu.
Fraud triangle pertama kali diperkenalkan oleh seorang sosiolog berkebangsaan Amerika yang bernama Donald R. Cressey. Selain itu ia juga dikenal aktif bekerja dalam bidang penelitian kriminolog serta kejahatan white-collar. Kejahatan inilah yang juga mencakup kasus penipuan meski tidak sepenuhnya.
Sebelum memperkenalkan tentang istilah tersebut, Cressey telah melakukan penelitian yang cukup mendalam. Dasar penelitiannya juga sangatlah sederhana, tetapi memang butuh pemahaman dalam. Menurutnya untuk bisa melawan kasus penipuan, orang tidak hanya perlu sekadar menyadarinya tetapi juga paham mengapa dan bagaimana bisa terjadi.
Di luar sana juga banyak ditemukan orang-orang yang pada mulanya tertarik dengan kasus penggelepan. Lalu lambat laun tergoda hingga akhirnya terlena. Atas dasar itulah Cressey kemudian menerbitkan sebuah penelitian yang berjudul “Other People’s Money: A Study in the Social Psychology of Embezzlement”.
Cressey mengungkap hipotesa-nya bahwa orang yang dipercaya bisa melakukan pengkhianatan apabila mereka berada dalam situasi yang menganggap bahwa dirinya memiliki masalah finansial. Sementara mereka juga merasa bahwa masalah tersebut tidak layak untuk dibagi kepada orang lain.
Alhasil orang tersebut akan melakukan upaya diam-diam untuk menyelesaikan masalah tersebut termasuk dengan melanggar kepercayaan. Cara yang ditempuh tidak lain adalah mempergunakan properti atau dana yang dipercayakan kepadanya. Hal ini yang kemudian banyak memicu orang besar melakukan tindak penggelapan dana termasuk penipuan.
Berdasarkan teori, hipotesa, hingga penelitian yang dikemukakan oleh Cressey lahir banyak pengertian tentang fraud triangle. Istilah yang juga dikenal sebagai segitiga penipuan ini merupakan kerangka kerja yang dibuat sedemikian rupa untuk bisa menjelaskan alasan di balik tindak penipuan yang dilakukan oleh pekerja di tempat kerjanya.
Fraud triangle ini biasa digunakan oleh para penyidik dalam proses audit untuk memaparkan motif penipuan yang dilakukan seorang pekerja. Ada tiga komponen utama yang berperan penting dalam menimbulkan kasus penipuan yaitu peluang (opportunity), insentif (incentive), serta rasionalitas (rationalization).
Pengertian Penipuan atau Fraud
Memahami pengertian penipuan (fraud) sangatlah penting sebelum mulai mengulas seputar fraud triangle. Penipuan ini adalah tindakan yang disengaja oleh individu atau kelompok demi mendapatkan keuntungan pribadi. Dengan begitu penipuan dapat dipandang sebagai perilaku ilegal sebab akan merugikan orang lain pada satu sisi.
Contoh sederhana adalah seorang karyawan kantor yang memiliki akses terhadap keuangan. Karyawan tersebut memanfaatkan situasi untuk mengambil dana tertentu. Hal itu tentu akan membuatnya untung pada satu sisi, akan tetapi pada sisi yang lain sangat merugikan perusahaan.
Komponen Fraud Triangle
Sebelumnya telah disebutkan bahwa ada tiga komponen utama yang menimbulkan terjadinya kasus penipuan. Ketiga komponen inilah yang membentu segitiga, sehingga disebut sebagai fraud triangle. Adapun ketiga komponen yang dimaksud adalah opportunity, incentive, dan rationalization.
Kasus penipuan memerlukan ketiga komponen tersebut untuk akhirnya bisa terlaksana. Menurut Cressey urutan ketiganya dimulai dari incentive atau juga bisa disebut sebagai tekanan dan motivasi, kemudian berlanjut ke opportunity atau peluang, dan berakhir pada rationalization yang merupakan pembenaran sikap.
Meski begitu beberapa pihak juga banyak yang berpendapat bahwa opportunity berada pada posisi pertama sebagai peluang. Baru setelah itu apabila pekerja menghadapi tekanan maka akan timbul motvivasi untuk melakukan penipuan. Dan agar motivasi tersebut bisa terealisasi diperlukan rationalization.
A. Opportunity atau Peluang
Opportunity merupakan peluang atau kesempatan untuk melakukan penipuan. Apabila ada sesuatu yang bisa dicuri, maka pasti ada cara untuk mencurinya. Berdasarkan fraud triangle peluang merupakan komponen yang paling sulit untuk dikenali, tetapi mudah dikendalikan seperti mengubah prosedur atau sistem dalam kantor.
Pada tahap ini pekerja menemukan celah untuk bisa melakukan penipuan terhadap perusahaan. Misalnya paham bahwa posisinya dalam kantor dapat disalahgunakan untuk memperoleh dana berlebih. Dengan begitu pekerja ini akan mencari cara untuk bisa mewujudkan peluang yang dilihatnya.
Komponen ini juga menjadi satu-satunya hal yang bisa dikendalikan secara penuh oleh perusahaan melalui kacamata fraud triangle. Ada beberapa hal dasar yang menjadi pemicu timbulnya peluang atau kesempatan bagi pekerja melakukan penipuan. Hal dasar tersebut dapat dibagi menjadi tiga jenis secara umum.
1. Kontrol Internal Perusahaan Bersifat Lemah
Kontrol internal perusahaan mencakup prosedur dan proses secara menyeluruh yang diterapkan dalam suatu perusahaan. Tujuan kontrol internal tidak lain demi memastikan integritas pihak yang terlibat di dalam. Tidak terkecuali untuk bidang akuntasi dan keuangan yang kerap memicu motivasi menipu.
Apabila kontrol internal ini lemah misalnya pengawasan yang kurang baik, dokumentasi keuangan yang sembarangan, atau bahkan pemisahan tugas antara setiap karyawan tidak jelas, maka hal itu bisa membuka peluang bagi para pekerja di dalam perusahaan untuk melakukan penipuan.
2. Manajemen Akuntasi Bersifat Buruk
Pihak yang berwenang dalam mengatur akuntasi atau catatan keuangan haruslah memiliki kualifikasi yang mumpuni. Ketika pada bagian ini keadaannya sudah buruk, maka karyawan lain memiliki peluang untuk menipu. Misalnya karyawan dengan mudah melakukan manipulasi data berupa angka untuk keuntungan pribadi.
3. Atasan Tidak Mencerminkan Integritas Baik
Atasan meliputi dewan direksi serta manajemen tertinggi dalam perusahaan. Bagian ini juga menjadi penentu seperti apa perilaku bawahannya. Saat atasan tidak memiliki integritas, sikap jujur, serta bersikap sewenang-wenang, maka sudah bisa dipastikan bahwa kasus penipuan oleh bawahan akan semakin berpeluang besar.
B. Incentive atau Tekanan
Incentive atau preassure merupakan tekanan yang menjadi sumber utama dari motivasi. Seseorang harus memiliki motivasi untuk melakukan tindak penipuan. Motivasi tersebut bisa saja datang dari keinginan pribadi yang butuh lebih banyak uang misalnya untuk mendukung kebutuhan penyalahgunaan narkoba atau tuntutan pasangan.
Tekanan juga bisa timbul dari kesenjangan antara kinerja yang diberikan terhadap tempat kerja serta imbalan yang diperoleh. Keadaan ini juga telah terbukti banyak memicu tindak penipuan. Ketika seorang pekerja merasa bahwa kesenjangan tersebut sudah bersifat tidak realistis.
Perlu juga digaris bawahi bahwa tekanan ini bersifat privat. Artinya si pekerja tidak bisa membagi kepada orang lain mengenai situasi apa yang tengah ia hadapi. Maka dari itu kebanyakan tekanan ini berasal dari sesuatu yang melanggar hukum. Berikut ini adalah pemetaan secara umum yang menjadi pemicu tumbuhnya tekanan.
1. Kinerja yang Didasarkan pada Metrik Keuangan
Sudah menjadi rahasia umum bahwa metrik keuangan sering dipakai sebagai standar penilaian kinerja karyawan. Apalagi kalau bonus yang diberikan juga mengacu pada hal ini. Akibatnya karyawan akan mengalami tekanan untuk bisa mencapai target tertentu, yang kemudian memicu timbulnya kasus penipuan.
2. Pandangan Investor dan Analis
Motivasi untuk terus berkembang merupakan sifat dasar seorang pekerja. Terutama jika dalam pekerjaannya ada pandangan atau harapan dari investor serta analis. Sayangnya motivasi yang terlalu berlebihan bisa berujung pada lahirnya tekanan psikis yang bisa berujung pada penipuan.
3. Inisiatif Pribadi
Inisatif pribadi untuk melakukan penipuan telah dijelaskan sebelumnya. Hal ini murni berasal dari dalam diri di pekerja. Rata-rata inisiatif pribadi yang menekan adalah keinginan untuk memiliki uang berlebih agar bisa memenuhi hasrat berjudi, berbelanja, tagihan, dan masih banyak lagi.
C. Rationalization atau Rasionalisasi
Ratinalization menjadi fase terakhir dalam fraud triangle atau segitiga penipuan. Pada tahap ini pekerja sudah memiliki motivasi serta peluang. Hanya tinggal satu langkah untuk mencapai tujuannya yaitu pembenaran terhadap oleh moral pribadinya untuk mendukung perilaku kejahatan yang akan dilakukan.
Biasanya pelaku penipuan menganggap diri mereka sebagai seorang korban keadaan pada tahap awal. Rasionalisasi ini sendiri bertumpu pada berbagai faktor eksternal yang menguatkan. Misalnya keharusan untuk mengurus keluarga serta anggapan bahwa penipuan yang ia lakukan tidak terlalu merugikan atasan yang kurang baik.
Ada dua aspek utama yang dibutuhkan dalam rasionalisasi. Pertama pekerja dalam hal ini penipu telah menyimpulkan bahwa keuntungan yang didapat dari tindak penipuan tersebut tidak memiliki peluang besar untuk diketahui. Dan kedua adalah pembenaran sebagaimana yang telah disebutkan.
Rasionalisasi ini dapat diketahui setelah mendengar penuturan atau tanggapan dari penipu. Mereka biasanya akan mengungkap alasan mengapa sampai melakukan tindakan tersebut. Berikut ini adalah bentuk pembenaran yang biasa dilakukan oleh seorang penipu untuk membulatkan tekad penipuannya.
1. Merasa Mendapat Perlakuan Tidak Adil
Seorang pekerja yang menganggap dirinya tidak diperlakukan dengan adil juga merupakan bentuk rasionalisasi untuk melakukan penipuan. Misalnya pekerja merasa hak yang diperoleh jauh dari seharusnya yang ia terima. Situasi ini biasa ditandai dengan ungkapan, “Atasan berlaku tidak adil terhadap saya.”
2. Atasan Juga Melakukan Hal Serupa
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa integritas dan sikap yang ditunjukkan oleh atasan sangat berpengaruh terhadap bawahan atau pekerjanya. Mengapa? Karena pekerja akan memberi pembenaran terhadap perilakunya berdasarkan apa yang dilihat dari atasan. Tidak peduli itu perilaku baik atau buruk.
Maka dari itu dikatakan bahwa atasan harus memberi contoh yang baik untuk bawahannya. Hal ini dapat dilihat dari rasionalisasi seorang pekerja untuk kasus penipuan yang ia lakukan. Ketika ditanya, maka biasanya pekerja akan menjawab bahwa, “Atasan saya juga melakukan hal yang sama.”.
3. Tidak Memiliki Solusi Lain
Sebenarnya selalu ada alternatif kedua dalam suatu permasalahan yang dihadapi. Hanya saja kadang hal tersebut tertutup sebab ketidakinginan untuk lebih membuka diri. Anggapan bahwa, “Saya tidak mempuyai solusi lain.” juga menjadi salah satu bentuk rasionalisasi seorang pekerja untuk penipuan yang ia lakukan.
Kata Kunci Setiap Komponen dalam Kasus Korupsi
Korupsi sebagai salah satu bentuk penipuan juga dapat diteliti berdasarkan teori fraud triangle. Dalam hal ini pengetahuan dasar yang diperlukan yaitu pemahaman tentang kata kunci yang dikatakan oleh pekerja atau penipu. Berikut ini adalah kata kunci dari ketiga komponen fraud triangle.
- Kata Kunci Opportunity
Beberapa kata kunci dari opportunity atau peluang yang diucapkan oleh penipu antara lain biaya fasilitas, biaya rilis, pembayaran yang tidak tepat, biaya serah terima atau pembayaran serah terima, uang diam, biaya proses, upah di luar buku, dan hanya uang tunai.
- Kata Kunci Incentive
Untuk memahami incentive atau tekanan, ada beberapa kata kunci saat penipu dinterogasi antara lain di bawah tekanan, takut, kehilangan pekerjaan saya, masalah, membuat kesepakatan, dipecat, memenuhi tenggat waktu, dan membuat nomor.
- Kata Kunci Rationalization
Beberapa kata kunci rationalization atau pembenaran terhadap tindak penipuan yaitu semua orang melakukannya, percayalah, mereka berhutang padaku, itu lazim terjadi, hanya kesalahan, atas mengatakan kepada saya untuk, tidak ada yang melihat, oleh karena itu, dan hanya kesalahan.
Menarik memang mengkaji teori fraud triangle atau segitiga penipuan ini. Ternyata tahapan seseorang untuk sampai ke tahap menipu itu ada beberapa langkah ya. Faktornya juga sangat beragam.
Artikel Terkait
- Perbedaan Antara Asuransi Term Life Dengan Whole Life
- Mengenal Asuransi Mobil ACA, Dari Jenis Polis Hingga Prosedur Klaim
- Ciri-Ciri Orang Dengan Mental dan Emosional Kuat
- 10 Negara Pengguna Ganja Terbesar
Demikianlah artikel tentang apa yang dimaksud fraud triangle ‘si segitiga penipuan’, semoga bermanfaat bagi Anda semua.