Alasan Orang Cina Lebih Makmur Ketimbang Sebagian Besar Orang Indonesia
Terkesan terjebak pada isu primordial dan sedikit rasis, tapi fenomena ini bukanlah isapan jempol belaka. Di tengah populasi orang Indonesia, mereka yang notabene keturunan Cina (baca: Tionghoa), berhasil menguasai perekonomian nasional. Di era Presiden Soeharto berkuasa, misalnya, keturunan Cina menguasai lebih dari 70 persen perekonomian negara dengan berhasil memonopoli dunia industri dan menentukan harga tenaga kerja. Pasca reformasi 1998, kondisi ini semakin membaik, dengan semakin meluasnya sektor perekonomian yang dikuasai oleh keturunan Cina.
Di sektor perkebunan, misalnya, Grup Sinarmas di bawah pimpinan Eka Tjipta Widjaja tercatat memiliki kekayaan setara 96,5 triliun rupiah di tahun 2015, dan berhasil masuk ke dalam daftar orang terkaya di dunia versi majalah Forbes. Di sisi lain, demokrasi dan kebebasan mengeluarkan pendapat ternyata memberi angin segar bagi Hary Tanoesoedibjo yang di tahun 90-an hanya memiliki 1 (satu) stasiun televisi, yakni RCTI. Sekarang, pria tersebut menjadi raja media terbesar di Asia Tenggara dengan total kekayaan mencapai 1,3 miliar dolar Amerika Serikat di tahun 2012. Lebih jauh lagi, yang bersangkutan memiliki sepak terjang politik yang tidak diragukan lagi dengan membidani sejumlah partai politik mulai dari Partai Hanura, Partai Nasdem, hingga partai yang dimilikinya sendiri: Perindo.
Apa sebenarnya yang membuat mereka yang keturunan Cina sukses di bidang ekonomi? Terlepas dari berbagai isu miring yang berkembang di tengah masyarakat, yang mana subyektif dan tidak dapat dipertanggungjawabkan, ada sejumlah hal yang berperan dalam kesuksesan tersebut. Berikut ini adalah penyebab kesuksesan mereka, para keturunan Cina.
1. Imigran cenderung lebih sukses dari penduduk asli
Hal ini berlaku mutlak untuk semua daerah, bukan hanya Indonesia, dan juga berlaku untuk semua bangsa atau suku bangsa, tidak hanya para keturunan Cina. Dengan menjadi seorang imigran alias pendatang baru di suatu daerah, satu-satunya cara agar berhasil dan sukses adalah dengan bekerja keras dan terus mengasah insting bertahan hidup. Imigran cenderung tidak pilih-pilih dalam mencari penghidupan; peluang apa yang tersedia di depan mata, itulah yang mereka jalani. Gengsi tidak ada dalam kamus seorang imigran. Begitu seseorang memelihara gengsi, maka tiada lain yang berada di ujung jalan kehidupan selain kehancuran.
2. Jaringan yang luas
Fakta bahwa orang Cina senang mengembara dan berpindah tempat menjadikan mereka memiliki jaringan yang luas. Dengan rajin berkeliling mengunjungi daerah lain, disokong oleh kuatnya sentimen persaudaraan sebagai sesama keturunan Cina, hal ini membuat orang Cina memiliki jaringan yang luas. Ini bukan sembarang jaringan yang sifatnya fisik belaka. Keberadaan jaringan yang luas meniscayakan lebih cepatnya arus informasi tersampaikan; dengan keabsahan informasi yang tidak perlu diragukan lagi.
3. Sistem kekeluargaan berbasis marga
Keluarga menempati posisi tinggi bagi seorang Cina. Penghormatan terhadap leluhur menjadi kekuatan terbesar mereka meski tidak lagi berada di tanah kelahiran. Tidak mudah bagi seorang keturunan Cina untuk melepaskan diri dari keluarga karena adanya sistem kekeluargaan yang berbasis marga. Sistem tersebut membawa keuntungan tersendiri. Salah satunya adalah mendekatkan mereka yang benar-benar asing sekalipun. Jika seorang keturunan Cina ‘terdampar’ di suatu tempat yang mana di sana dikuasai oleh mereka bermarga tertentu, dan kebetulan orang tersebut bermarga sama, maka kecil kemungkinan yang bersangkutan kelaparan dan cenderung bakal sukses di kemudian hari.
4. ‘Korban’ sejarah
Meski memiliki sejarah peradaban tinggi sejak lama, kondisi sosial politik daratan Cina kerap memihak mereka yang berada di kasta bawah. Adalah mereka yang berasal dari kasta bawah inilah yang memutuskan untuk keluar dari daratan Cina dan mengembara ke sana-sini untuk mencari penghidupan. Dan, adalah mereka yang berasal dari kasta bawah inilah yang berhasil menjadi penguasa ekonomi di daerah yang mereka datangi, termasuk yang ada di Indonesia.
Mengapa demikian? Karena daerah baru tidak menyediakan peluang bagi mereka selain menjadi kuli atau pedagang. Sistem perpolitikan dan kultur daerah baru kerap membuahkan kebijakan tertentu, salah satunya melarang orang Cina untuk bergerak di sektor selain perdagangan. Mau tak mau, ini membuat mereka hanya bisa berkutat di sektor perdagangan dan mengerti aliran barang dan jasa dari hulu hingga hilir, serta memiliki kemampuan lebih dalam menangkap pergerakan perekonomian suatu daerah.
5. Kebijakan ekonomi era Orde Baru
Salah satu orang yang paling berjasa dalam membuat para keturunan Cina berhasil menguasai perekonomian Indonesia adalah Soeharto. Selama pemerintahannya di era Orde Baru, Soeharto membuat sejumlah kebijakan ekonomi yang menguntungkan orang-orang keturunan Cina, terutama dalam bidang industri manufaktur dan proses hingga perbankan.
Artikel Terkait
- Saya Sudah MBA tetapi Tidak Kaya?
- Hal-hal Paling Berat yang Harus Dijalani Oleh Pengusaha
- Mengapa Emas Berharga? Apa Sebab Emas Bernilai?
- Buku yang Wajib Dibaca oleh Entrepreneur
Demikianlah artikel tentang alasan orang Cina lebih makmur ketimbang sebagian besar orang Indonesia, semoga bermanfaat bagi Anda semua.