Karakter Orang Indonesia Menurut Mochtar Lubis
Indonesia, negara kepulauan yang memiliki keanekaragaman hayati yang mengagumkan. Sumber daya alam yang melimpah, panorama alam yang eksotik, budaya dan suku bangsa yang beragam memiliki daya tarik tersendiri baik dari sudut pandang ekonomi, politik, sosial budaya, dan wisata. Tak heran jika Indonesia seakan memiliki kekuatan magis yang mampu menyedot perhatian warga dunia untuk berkunjung baik sebagai wisatawan, imigran, maupun investor.
Lantas, bagaimana dengan penduduknya? Penduduk Indonesia terkenal akan keramahtamahannya. Namun di balik itu, orang Indonesia memiliki karakter ‘khusus’ yang menjadi bagian dari keunikan negara khatulistiwa ini. Terbentang dari Sabang hingga Merauke, penduduk Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa dengan karakteristiknya masing-masing.
Meski beraneka ragam, namun karakter orang Indonesia memiliki kekhasan yang tak dimiliki oleh negara lain. Dari berbagai karakter orang Indonesia, terdapat beberapa yang menonjol sehingga dapat menggeneralisasi karakter manusia Indonesia pada umumnya. Setidaknya itulah menurut Mochtar Lubis, seorang budayawan, pengarang, sekaligus wartawan senior yang pernah ada bahkan melegenda di Indonesia.
Pemikirannya tentang karakter manusia Indonesia tentu saja bukan asal, tetapi hasil dari penelusuran dan observasi serta pengalamannya selama menjadi jurnalis yang telah menemui berbagai karakter manusia Indonesia. Meski menuai kontroversi, namun faktanya memang tak bisa terhindarkan. Berikut karakter orang atau manusia Indonesia menurut sang budayawan tersebut.
- Hipokritis atau munafik
Hipokritis atau munafik menjadi karakter pertama dari manusia Indonesia menurut Mochtar Lubis. Munafik dapat diartikan sebagai berpura-pura percaya atau setia kepada ajaran suatu agama, padahal sejatinya tidak. Selain itu, munafik juga dapat dipahami sebagai kecenderungan untuk mengatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan perbuatannya.
Bahkan dalam ajaran agama Islam, munafik memiliki ciri khusus yaitu jika berkata dusta, jika berjanji mengingkari, dan jika dipercaya atau diberi amanat berkhianat. Suka atau tidak suka bahkan diakui atau tidak, karakter ini melekat pada orang Indonesia. Jika ditarik ke sejarah Indonesia yang mengalami masa penjajahan yang demikian lama, salah satunya disebabkan oleh banyaknya orang munafik yang membantu para penjajah demi kepentingan dirinya sendiri.
Mengapa orang Indonesia memiliki karakter hipokritis atau munafik? Sistem feodal di masa lalu menindas orang Indonesia demikian lama, sehingga membelenggu keberanian untuk menyuarakan apa yang dikehendaki sesuai dengan hati nuraninya. Sebab itu, orang Indonesia cenderung bermuka dua, lain di depan lain di belakang, lain di bibir lain di hati, lain bicara lain pula tindakannya, dan lebih mencari aman ‘asal bapak senang’.
Kebaikan dan sikap alim yang ditunjukkan dalam kehidupan sosial hanya sering kali hanya sebatas casing luarnya saja guna mendapatkan penghormatan dan pengakuan dari lingkungannya. Namun, isi dalamnya tidaknya demikian. Tak heran banyak pejabat yang terkesan baik, ternyata koruptor, bahkan guru agama yang notabene paham akan dosa perbuatan buruk pun bertindak nista. Beberapa contoh kasus tersebut mengejutkan publik, karena tak menyangka orang-orang itu akan melakukan penyimpangan. Itulah gambaran nyata dari orang Indonesia yang memiliki karakter hipokritis alias munafik.
- Segan dan enggan bertanggung jawab
Berani berbuat tetapi enggan bertanggung jawab. Itulah karakter kedua dari orang Indonesia menurut Mochtar Lubis. Pernahkah Anda mendengar “bukan urusan saya”, “jangan tanya saya”, “bukan salah saya”, dan “saya tidak tahu tentang itu”, padahal notabene kalimat tersebut diucapkan oleh seorang pemimpin baik perusahaan bahkan negara sekalipun? Kalimat-kalimat tersebut merupakan contoh riil dari upaya penolakan atau ketidaksediaan untuk disalahkan atas perkataan, perintah, keputusan, atau kebijakan yang dibuatnya.
Meski karakter orang Indonesia ini telah disampaikan oleh Mochtar Lubis pada kurang lebih 42 tahun silam, namun hingga saat ini masih relevan. Banyak pimpinan yang ‘mengorbankan’ bawahan atas kesalahan yang dilakukannya. Hal ini tak hanya terjadi di jajaran instansi pemerintahan saja baik sipil maupun militer, tetapi juga instansi swasta dan masyarakat pada umumnya. Artinya, karakter ini tak hanya menjangkiti cluster masyarakat menengah atas saja, tetapi juga cluster masyarakat menengah ke bawah.
Lempar tanggung jawa seolah sudah menjadi karakter yang mendarah daging dalam masyarakat Indonesia. Jika keputusan yang diambil berbuah keberhasilan, maka mereka akan dengan senang hati mengakuinya dan mengatakan “itu karena saya”. Sebaliknya, jika keputusan yang dibuat menghasilkan kegagalan, maka mereka akan melempar tanggung jawab kepada pihak lain sembari mengatakan “bukan salah saya”.
- Berjiwa feodal
Feodal merupakan kata dasar dari feodalisme yang merupakan suatu sistem sosial atau politik yang memberikan kekuasaan dalam porsi besar kepada golongan bangsawan. Sistem ini lebih memprioritaskan dan mengagungkan jabatan daripada prestasi kerja. Jiwa feodal yang melekat pada manusia Indonesia menciptakan karakter gila hormat, jabatan, dan kekuasaan. Faktanya, banyak orang yang menghalalkan segala cara untuk memperoleh jabatan atau kekuasaan yang diinginkannya.
Kekuatan dan kekuasaan yang dimiliki tak jarang disalahgunakan untuk menekan golongan lemah yang tak berdaya. Mereka yang duduk dalam kekuasaan harus dihormati, sedangkan mereka yang tak memiliki kekuasaan harus tunduk dan mengabdi pada yang memiliki kekuasaan. Mau disangkal? Kenyataannya memanglah demikian.
Bahkan jiwa feodal ini berlaku untuk semua golongan yang tidak terlibat dalam hubungan kerja sekalipun. Sebagai contoh, bawahan diharuskan untuk menghormati atasan. Namun penghormatan tersebut berlaku pula untuk keluarga bawahan. Istri bawahan harus menghormati istri atasannya, termasuk pula anak dari bawahan harus menghormati anak dari atasannya.
- Percaya takhayul
Menurut Mochtar Lubis, kebudayaan dan tradisi Indonesia yang sejatinya animisme sebelum kenal dengan agama, menumbuhkan karakter percaya terhadap takhayul. Orang Indonesia sangat percaya kepada sesuatu yang dianggap memiliki kesaktian. Tak heran jika orang Indonesia begitu mudah percaya dengan hal-hal yang berbau mistis dan gaib, seperti penunggu tempat atau pohon keramat.
Meski teknologi semakin berkembang dan orang Indonesia pun sudah mampu mengadopsi teknologi digital dan komputerisasi, namun karakter percaya takhayul ini seolah tak bisa lepas dari mereka. Setinggi apapun jabatan yang diduduki, sebaik apapun pendidikan yang ditempuh, dan semodern apapun gaya hidup yang dijalani, orang Indonesia masih saja percaya dengan hal-hal yang berbau takhayul.
Buktinya begitu banyak orang yang mengaku sebagai paranormal dan membuka praktek ‘perdukunan’ dengan dalih konsultasi spiritual. Tak hanya itu, tak sedikit pula program televisi yang mempertontonkan acara mistis dan itu digandrungi oleh sebagian besar masyarakat Indonesia.
- Artistik
Dari enam karakter manusia Indonesia menurut Mochtar Lubis, karakter artistik menjadi satu-satunya karakter yang bernilai rasa positif. Paham animisme yang melekat pada orang Indonesia di satu sisi memberikan dampak positif sebab mendekatkan mereka dengan alam. Alhasil, daya artistik manusia Indonesia berkembang demikian signifikan.
Tingginya daya artistik manusia Indonesia salah satunya dibuktikan dengan adanya mahakarya berupa candi yang tersebar di sepanjang pulau Jawa. Bahkan yang terbesar yakni Candi Borobudur menjadi salah satu keajaiban dunia.
Tak hanya itu, kerajinan tangan orang Indonesia yang begitu beragam dan unik telah diakui dunia dan begitu banyak diminati oleh masyarakat internasional. Mulai dari gerabah, tembaga, kuningan, batik, tenun, patung kayu dan batu, dan berbagai lukisan serta ukiran. Manusia Indonesia memiliki daya imajinasi yang tinggi dalam berkreasi, sehingga memiliki pesona tersendiri.
- Berwatak atau berkarakter lemah
Meski Indonesia merupakan salah satu negara dengan populasi terbesar di dunia. Namun, populasi tersebut tak mencerminkan kekuatan karena pada dasarnya manusia Indonesia memiliki watak atau karakter yang lemah. Manusia Indonesia cenderung plin-plan karena daya tahan dan juang dalam mempertahankan prinsip dan keyakinan tergolong lemah, apalagi jika berada di bawah tekanan. Lemahnya karakter manusia Indonesia ini disebabkan oleh kungkungan kebebasan dan penindasan yang diterima sekian lama pada masa penjajahan.
Beragam karakter manusia Indonesia menurut Mochtar Lubis tersebut memang mampu mencerminkan watak manusia Indonesia pada umumnya. Namun, bukan berarti semua orang Indonesia demikian adanya. Dari karakter yang dikemukakan, ada yang memiliki sebagian tetapi ada pula yang memilikinya secara keseluruhan.
Artikel Terkait
- Apa itu Venture Capital (VC)?
- Syarat dan Cara Menukar Uang Rusak di Bank Indonesia
- Cara Berpikir Orang-orang Sukses
- Cara Negara Berkembang Supaya Jadi Negara Maju
Demikianlah artikel tentang karakter orang Indonesia menurut Mochtar Lubis, semoga bermanfaat bagi Anda semua.