Kami menyediakan berbagai simulasi kredit, dari kredit mobil, kredit rumah, kpr, kartu kredit dan lain-lain. Simulasi pinjaman bisa juga dilakukan di sini.

Kenapa Negara Miskin Tidak Mencetak Uang Terus-terusan supaya Kaya?

Bayangkan sebuah pizza berukuran sedang yang dibagi menjadi empat bagian. Sekarang bayangkan bila pizza tersebut dibagi menjadi delapan bagian. Mana pizza yang akan lebih membuat Anda kenyang?

Jawabannya: tidak ada. Salah satu pizza tidak akan membuat Anda lebih kenyang dari pizza yang lain. Anda perlu membeli pizza yang berukuran lebih besar untuk membuat perut Anda kenyang.

Sama halnya dengan uang. Perlu adanya pertumbuhan ekonomi yang lebih besar agar nilai uang meningkat. Sedangkan mencetak uang sendiri secara terus-menerus tanpa menumbuhkan nilainya justru akan membuat nilai uang Anda berkurang dari sebelumnya.

Mari kita lihat contoh lain. Bila hari ini Anda membeli sebotol air mineral seharga 1000 koin dan esok hari negara ini mencetak rupiah dua kali lipat lebih banyak, maka harga sebotol air tadi akan menjadi 2000 koin. Bila negara ini mencetak uangnya empat kali lebih banyak, maka harga sebotol air tadi akan menjadi 4000 koin. Inilah yang disebut dengan inflasi.

Bank pusat suatu negara selalu berusaha untuk menjaga agar harga sebotol air tadi tetap pada 1000 koin dan bila harga tersebut naik, kenaikannya akan terjadi sedikit seiring dengan pendapatan masyarakatnya. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga indeks konsumen dan daya beli.

Dua hal di atas merupakan analogi dan contoh hal yang biasa terjadi dalam suatu negara dari waktu ke waktu karena nilai mata uang berubah seusai dengan supply dan demand dari pasar. Ditambah, di setiap detik, nilai sebuah barang pun dapat memengaruhi perubahan harganya.

Anda harus mengingat bahwa pada dasarnya uang tidak memiliki arti (worthless). Uang hanyalah selembar kertas atau sebuah koin yang bertuliskan nilai tertentu. Nilai tersebut baru memiliki arti bila ia dapat memberikan Anda sesuatu: menukarnya dengan makanan, pakaian, dll.

Bila sebuah negara miskin ingin membeli sesuatu dari negara kaya, maka akan ada nilai tukar. Bila uang terus-terusan dicetak untuk membayar nilai tukar tersebut, maka akan terjadi inflasi (ingat contoh sebotol air tadi?) dan nilai uang tersebut akan berkurang dan nilai tukarnya akan menjadi amat jelek.

Inflasi

Inflasi berarti peningkatan harga dan jasa secara terus-menerus akibat meningkatnya suplai uang dan disirkulasikan dalam suatu negara. Pada dasarnya inflasi bukanlah hal buruk, inflasi merupakan pertanda bahwa ekonomi dalam negara tersebut produktif dan tumbuh dengan subur. Lebih banyak barang dan jasa yang diproduksi dan disalurkan, adanya peningkatan dalam lapangan pekerjaan sekaligus upah pekerja.

Namun bila inflasi tidak terkendali, yaitu ketika harga-harga barang dan kebutuhan pokok naik dan nilai mata uangnya menurun secara drastis, maka akan terjadi apa yang telah kami sebut dengan hiperinflasi. Kasus ekstrem ini muncul saat terjadi perubahan sistem mata uang maupun meningkatnya persediaan uang secara drastis dalam suatu negara.

Kondisi ini biasanya lekat dengan pasca peperangan, depresi ekonomi, serta kondisi sosial politik yang tidak stabil dalam suatu negara. Indonesia pun pernah mengalaminya di antara tahun 1963-1965. Pemerintah pada masa tersebut mencetak rupiah secara terus-menerus untuk membayar hutang negara sekaligus mendanai proyek-proyek mercusuar yang merupakan ambisi Presiden Soekarno. Hasilnya, Indonesia mengalami inflasi hingga 600% dan melakukan redenominasi alias pemotongan nilai rupiah pada akhir tahun 1965 sebagai salah satu solusi agar inflasi tersebut tidak berubah menjadi hiperinflasi.

Hiperinflasi di Jerman

Jerman disalahkan karena dianggap memulai Perang Dunia I, sehingga mereka harus membayar biaya kerusakan dan perbaikan yang dialami oleh musuh-musuhnya. Jumlahnya mencuat hingga $33 milyar dolar atau setara dengan 132 milyar mata uang Jerman.

Tentu Jerman tidak memiliki uang sebanyak itu. Lantas apa yang mereka lakukan? Mereka mencetak mata uangnya sebanyak mungkin dan inflasi besar-besar tidak dapat dihindari sesudahnya. Mata uang mereka menjadi tidak ada harganya. Pada masa tersebut, seseorang dapat membawa sekoper mata uang Jerman dan belum tentu sanggup menggunakannya untuk membeli roti.

Hiperinflasi di Zimbabwe

Antara tahun 2002-2005, Zimbabwe mengalami hiperinflasi akibat mencetak uang terus-menerus untuk membayar sebagian besar hutang negaranya dengan mata uang setempat. Anda bisa mencari gambar selembar uang kertas yang dicetak oleh pemerintah Zimbabwe pada masa tersebut dan Anda akan menemukan uang yang bertuliskan nilai 100 trilyun dolar Zimbabwe. Hal ini tentunya hanya meningkatkan inflasi dan menambah kekacauan pada negara tersebut. Bayangkan, untuk sekadar mengganti ban sepeda, seseorang akan dikenai biaya 300 trilyun dolar Zimbabwe.

Pencetakan uang ini membuat penduduk Zimbabwe menjadi sangat miskin. Pada tahun 2008, harga kebutuhan pokok meningkat setiap harinya dengan inflasi yang pada akhirnya mencapai 89,7 sextillion persen. Pada akhir tahun tersebut, dolar Zimbabwe hancur dan tidak dapat lagi dipergunakan karena mata uang tersebut tidak bernilai.

Satu-satunya cara agar negara miskin dapat menjadi kaya adalah dengan memroduksi nilai, baik nilai uang maupun nilai produksi. Mereka harus dapat mengukur populasinya dan bagaimana mereka dapat bekerja secara produktif untuk membuat hal ini terjadi. Dengan cara apa? Hal tersebut tentunya bergantung pada masing-masing negara, apa yang menjadi kekuatan negara mereka, apa komoditas terbesarnya, karakter masyarakatnya, dsb.

Artikel Terkait

Demikianlah artikel tentang kenapa negara miskin tidak mencetak uang terus-terusan supaya kaya, ssemoga bermanfaat bagi Anda semua.



Contoh Surat Balasan Magang
Contoh Surat Balasan Kunjungan
Surat Balasan Izin Observasi / Surat Keterangan Izin Observasi
Contoh Surat Izin Observasi
Contoh Surat Permohonan Izin Peminjaman Tempat
Contoh Surat Balasan Peminjaman Tempat
Contoh Surat Balasan Penawaran Barang
Contoh Surat Balasan Penawaran Jasa
Contoh Surat Balasan Penawaran Kerjasama
Contoh Surat Permohonan Izin Mengadakan Penelitian


Bagikan Ke Teman Anda