10 Mata Uang dengan Nilai Terendah di Dunia
Beberapa mata uang asing seperti pound sterling Inggris, yen Jepang, atau dolar Amerika mungkin sudah tidak asing di telinga masyarakat. Deretan mata uang tersebut juga masuk ke dalam mata uang terkuat di seluruh dunia.
Jika ada mata uang terkuat, tentu saja ada mata uang terlemah atau termurah di seluruh dunia. Mungkin banyak yang tidak tahu bahwa ada banyak negara di dunia yang niai mata uangnya sangat rendah dibandingkan dengan negara-negara lain.
Kekuatan mata uang sebuah negara menunjukkan perkembangan dan kestabilan ekonominya. Semakin kuat mata uang sebuah negara, maka semakin tinggi pula nilainya. Inilah daftar negara dengan mata uang terlemah di seluruh dunia.
1. Riyal Iran (1 IRR = Rp 0.42)
Riyal Iran adalah mata uang yang nilainya paling rendah di dunia. Ada banyak faktor yang mempengaruhi hal ini, antara lain perang yang berlangsung antara Iran dan Irak, ancaman Israel, serta ancaman nuklir misil dari pemerintah Iran menyebabkan banyak negara-negara di dunia membuat sanksi ekonomi dan politik.
Akibatnya, akses Iran terhadap pasar komidtas dunia menjadi sangat terbatas, yang pada akhirnya berdampak pada kemunduran siginifikan dalam perekonomiannya. Meski Iran awalnya adalah eksportir minyak besar dunia, mereka tidak bisa lagi melakukannya.
2. Dong Vietnam (1 VND = Rp 0.60)
Mata uang paling murah kedua di dunia adalah dong Vietnam. Negara Asia Tenggara ini masih berada dalam masa transisi ekonomi tersentralisasi ke ekonomi pasar, sehingga membuat mata uang negaranya bernilai sangat rendah. Namun menurut pemerintah Vietnam sendiri, mereka telah melakukan berbagai upaya untuk menguatkan ekonomi agar dapat mengejar ketertinggalan dengan negara-negara tetangganya.
3. Rupiah Indonesia
Negara kita masuk ke 3 besar negara dengan mata uang paling lemah. Meskipun Indonesia punya kondisi ekonomi yang cukup stabil bahakn terus tumbuh, rasio nilai tukar mata uangnya sangat rendah sehingga dianggap lemah.
Penyebabnya adalah tingginya nominasi rupiah. Meski pemerintah telah melakukan segala upaya untuk meningkatkan nilai tukar ini, nyatanya masih belum menunjukkan perubahan yang nyata. Itulah mengapa wacana denominasi nilai rupiah sering dicanangkan oleh pemerintah, sebagai upaya untuk menguatkan mata uang.
4. Franc Guinea (1 GNF = Rp 1.52)
Negara Afrika, Guinea, mengalami devaluasi nilai mata uang karena beberapa kondisi sosial dan ekonomi yang memprihatinkan. Misalnya rasio inflasi yang tinggi, kemiskinan yang terus terjadi, hingga keberadaan gangster di negara tersebut.
Padahal negara ini punya sumber daya yang melimpah seperti emas, aluminium, dan berlian, yang seharusnya bisa membuat negara ini menjadi salah satu negara terkaya di dunia. Selain itu, rendahnya tingkat pendidikan warga juga membuat negara ini menjadi salah satu negara miskin di dunia.
5. Kip Laos (1 LAK = Rp 1.58)
Kip atau lao kip adalah mata uang resmi yang diberlakukan di negara Laos sejak kemerdekaannya di tahun 1952. Sebelumnya, negara ini menggunakan mata uang piaster dari Prancis-Indochina.
Meski nilai mata uang ini meningkat, namun rasionya masih sangat rendah dan jalannya untuk menjadi mata uang yang kuat masih sangat panjang. Namun di luar hal itu, kip Laos terus menguat terhadap dolar Amerika dan nilainya terus naik.
6. Leone Sierra Leon (1 SLL = Rp 1.46)
Negara kecil di sebelah barat Afrika ini nama mata uang resminya adalah Leone. Rendahnya nilai mata uang Leone disebabkan orang perang saudara yang terjadi selama lebih dari sepuluh tahun di negara tersebut. Penyebab lainnya adalah serangan virus Ebola yang mematikan di Sierra Leone.
Akibatnya, terjadi hiperinflasi dan kegagalan ekonomi yang parah. Pada bulan Januari 2017, Leone menjadi mata uang terendah di benua Afrika.
7. Sum Uzbekistan (1 USZ = RP 1.48)
Mata uang Sum atau Som dari Uzbekistan baru diperkenalkan pada tahun 1993. Meski negara ini telah lama merdeka, mereka masih menggunakan ruble Rusia sebagai nilai tukarnya. Pada 1 Juli 1994, Sum versi modern dimasukkan ke dalam sirkulasi peredaran uang dengan perhitungan 1 sum sama dengan 1000 kupon-sum melalui Dekrit Presiden Uzbekistan.
8. Guarani Paraguay (1 PYG = Rp 2.17)
Di negara bagian Amerika Selatan, Paraguay masuk ke dalam kategoeri negara miskin kedua. Negara ini mengalami bencana ekonomi hebat yang menggoyahkan perekonomiannya secara signifikan, inflasi gabungan, korupsi, kualitas pendidikan yang rendah, banyaknya masyarakat miskin, pengangguran, dan masih banyak lagi.
Paraguay bukannya tidak memiliki sumber daya ekonomi yang memadai. Negara ini merupakan eksportir besar untuk kapas dan kacang kedelai. Meskipun demikian, kedua komoditas tersebut tidak cukup untuk menutupi kebutuhan impor yang jauh lebih besar.
9. Riel Kamboja (1 KHR = Rp 3.44)
Negara monarki di Asia Tenggara ini menggunakan riel Kamboja sebagai mata uangnya. Diresmikan pada tahun 1995 untuk menggantik piaster Indochina. Di awal kemunculannya, riel memiliki rasio nilai tukar yang sangat rendah dan tidak banyak digunakan oleh penduduk lokalnya sendiri. Mereka lebih suka menggunakan mata uang asing seperti dolar Amerika untuk melakukan transaksi. Hal ini menyebabkan nilai mata uang riel Kamboja semakin merosot tajam.
10. Shilling Uganda (1 UGX = Rp 3.77)
Mata uang shilling di negara Uganda diresmikan pada tahun 1996. Sebelumnya, negara miskin ini menggunakan mata uang shilling Afrika Timur, yang merupakan mata uang resmi di beberapa negara di wilayah tersebut. Meski menjadi salah satu mata uang terendah, shilling Uganda cukup stabil nilainya, karena tidak berkurang lebih dari 5% selama beberapa tahun terakhir.
Artikel Terkait
- 10 Mata Uang Termahal di Dunia Tahun 2019
- 10 Peranakan Anjing Termahal di Dunia
- 15 Negara Penghasil Timah Terbesar di Dunia
- 15 Negara Penghasil Ikan Terbesar di Dunia
Demikianlah artikel tentang 10 mata uang dengan nilai terendah di dunia, semoga bermanfaat bagi Anda semua.