Kami menyediakan berbagai simulasi kredit, dari kredit mobil, kredit rumah, kpr, kartu kredit dan lain-lain. Simulasi pinjaman bisa juga dilakukan di sini.

Apa itu Lifestyle Inflation?

Apa yang akan Anda lakukan jika penghasilan Anda bertambah, entah kenaikan gaji ataupun peningkatan omzet usaha? Menabung, investasi, atau justru menambah pengeluaran dengan membeli barang-barang baru yang sudah sejak lama diinginkan?

Seiring dengan semakin besarnya penghasilan, pengeluaran pun akan semakin besar. Ketika penghasilan meningkat, Anda membelanjakannya untuk membeli barang-barang yang diinginkan seperti baju, sepatu, ponsel, dan lainnya. Tak hanya itu, frekuensi Anda makan di restoran, nongkrong di kafe, dan liburan setiap akhir pekan pun semakin sering.

Alhasil, Anda tetap saja tak memiliki sisa uang lebih banyak di akhir bulan. Tidak terpikir oleh Anda menyisihkan tambahan penghasilan tersebut untuk tabungan atau investasi. Maka berhati-hatilah, sebab tanpa disadari Anda terjebak dalam lifestyle inflation.

Apa itu lifestyle inflation?

Lifestyle inflation atau inflasi gaya hidup secara sederhana dapat dipahami sebagai peningkatan pengeluaran seseorang saat penghasilannya mengalami kenaikan. Penghasilan yang semakin besar akan diikuti dengan pengeluaran yang semakin besar pula. Akibatnya, alih-alih jumlah simpanan semakin banyak tetapi tidak bertambah atau malah justru berkurang.

Seseorang cenderung mengalami lifestyle inflation ketika mendapat kenaikan gaji. Ekstra penghasilan ini seharusnya bisa digunakan untuk melunasi utang lebih cepat, menambah simpanan, atau berinvestasi. Namun faktanya tidaklah demikian, utang justru bertambah karena merasa memiliki uang ekstra untuk membayar cicilannya. Peningkatan gaya hidup inilah yang menyebabkan banyak orang terjebak dalam rutinitas kerja hanya untuk membayar tagihan utang.

Siapa pun bisa terjebak dalam lifestyle inflation

  • Karyawan baru

Orang-orang yang baru mendapatkan pekerjaan, seperti lulusan perguruan tinggi mudah sekali masuk dalam jebakan lifestyle inflation. Kok bisa? Peralihan status dari mahasiswa menjadi karyawan berpengaruh terhadap penghasilan yang diperolehnya.

Ketika masih berstatus mahasiswa, sumber penghasilan mereka sebagian besar dari orang tua. Bisa saja mereka memiliki sumber penghasilan lain, seperti bekerja paruh waktu misalnya. Meskipun demikian, mereka akan berusaha untuk mengelola keuangannya sehemat mungkin. Tinggal di kos yang sewanya murah, makan seadanya, bahkan menggunakan sepeda atau sepeda motor butut pun menjadi pilihan mereka.

Dengan beralih status menjadi karyawan, tentu akan diikuti dengan gaji yang besar, setidaknya cukup untuk membeli barang-barang yang sebelumnya mereka anggap ‘mewah’ untuk kantong mahasiswa. Praktis, pengeluaran pun meningkat.

Tinggal di tempat kos yang nyaman dan elite bahkan bisa jadi menyewa rumah, makan hidangan yang lezat dengan beragam menu, dan membeli motor baru bahkan mobil meski secara kredit jika gaji memungkinkan untuk membayar cicilannya.

  • Orang yang telah berkeluarga

Orang yang telah berkeluarga juga berpotensi masuk dalam jebakan lifestyle inflation. Sewajarnya orang yang telah berkeluarga memiliki tabungan sebagai persiapan di masa depan, atau sebagai dana cadangan saat mengalami krisis keuangan. Faktanya tak selalu demikian.

Banyak keluarga yang justru nilai utangnya lebih besar dibandingkan dengan tabungannya. Bahkan tak sedikit pula yang tidak memiliki tabungan sama sekali. Gaya hidup mereka meningkat seiring dengan naiknya penghasilan mereka. Akibatnya, mereka hidup dari gaji ke gaji, bahkan menambah utang untuk memenuhi ‘kebutuhannya’, membeli barang-barang elektronik, dan lainnya.

Jebakan lifestyle inflation bisa dialami oleh siapa saja, baik sudah maupun belum berkeluarga. Kebanyakan orang cenderung meningkatkan pengeluarannya setiap kali mendapat penghasilan lebih besar. Mereka merasa barang dan layanan yang mereka beli mampu memberikan kebahagiaan dan kepuasan batin.

Mereka abai dengan upaya untuk mencapai kemandirian finansial di masa mendatang, sehingga tidak menyisihkan penghasilan ekstranya untuk tabungan dan investasi. Padahal, jika saja mereka mampu menghindari jebakan lifestyle inflation, mereka bisa mencapai kemandirian finansial pada usia dini, sehingga memiliki finansial yang lebih fleksibel untuk dinikmati di masa tua.

Cara menghindari lifestyle inflation

Jebakan lifestyle inflation begitu halus, sehingga orang yang terjebak di dalamnya tidak merasakannya. Seolah berjalan dan mengalir apa adanya seiring dengan tuntutan ‘kebutuhan’ yang ingin segera diwujudkan. Tak heran jika ‘korban’ lifestyle inflation tidak menyadarinya, sehingga tak mampu mengatasinya. Lantas, bagaimana caranya menghindar dari jebakan lifestyle inflation?

  • Hindari utang

Jika mampu sebaiknya hindari utang. Akan jauh lebih baik menabung dan jika sudah terkumpul baru digunakan untuk membeli barang-barang yang dibutuhkan atau diinginkan. Namun, apabila terpaksa harus berutang, sebaiknya cicilannya tidak lebih dari 30% dari penghasilan yang dimiliki.

Jangan kebalikannya, justru sebagian besar gaji terpaksa dialokasikan untuk membayar tagihan utang.

Tanamkan dalam diri bahwa Anda mampu membeli tanpa berutang. Kalkulasi cicilan utang yang dapat Anda bayar tiap bulan untuk suatu barang tidak berarti Anda benar-benar mampu membelinya. Oleh sebab itu, mampukan diri Anda untuk membeli tanpa utang.

  • Buatlah anggaran

Anggaran merupakan kunci dari pengelolaan keuangan yang baik. Maka dari itu, buatlah anggaran setiap bulan untuk pengeluaran Anda. Dengan menyusun anggaran, di mana penghasilan dikurangi dengan pengeluaran rutin dan lain-lain dapat mencegah Anda hidup di luar kemampuan Anda. Tak hanya itu, penyusunan anggaran juga memungkinkan Anda untuk mengetahui secara persis porsi dari penghasilan yang bisa Anda belanjakan dan menjaga lifestyle inflation.

  • Alihkan penghasilan ekstra pada investasi

Apa pentingnya investasi? Investasi merupakan salah satu cara yang bisa ditempuh untuk mencapai kemandirian finansial di masa mendatang, yakni masa di mana Anda mengalami krisis ekonomi, masa di mana usia Anda sudah tak lagi muda sehingga tidak produktif dalam menghasilkan uang lebih banyak, masa di mana Anda bisa menikmati hidup tanpa dipusingkan dengan tekanan utang dan uang yang terbatas. Dengan investasi, penghasilan Anda berpotensi untuk meningkat setiap tahun selama jangka waktu investasi berlangsung.

  • Buatlah perubahan secara bertahap

Menikmati kenaikan gaji atau penghasilan tentu tidak ada salahnya. Hanya saja, lakukanlah secara bertahap. Membeli barang-barang yang dianggap ‘kebutuhan’ sekaligus di saat penghasilan meningkat, bukanlah tindakan bijak. Sesaat mungkin memberikan kebahagiaan dan kepuasan batin, tetapi sesudahnya justru bisa jadi menimbulkan penyesalan.

Artikel Terkait

Demikianlah artikel tentang apa itu lifestyle inflation, semoga bermanfaat bagi Anda semua.



Makan Makanan Sehat dengan Budget Rendah
7 Keuntungan Tak Terduga Saat Menerapkan Gaya Hidup di Bawah Kemampuan Sebenarnya
Menjalani Hidup Sesuai Kemampuan Finansial Kita
Perubahan Gaya Hidup yang Menghemat Uang
6 Tips Mengubah Gaya Hidup agar Lebih Hemat
Mengenal Gaya Hidup Minimalis
Ciri-Ciri Gaya Hidup Konsumtif
Apa itu Gaya Hidup “Creep” dan Bagaimana Menghindarinya
Contoh Surat Balasan Kunjungan
Surat Balasan Izin Observasi / Surat Keterangan Izin Observasi


Bagikan Ke Teman Anda