Apa Itu Scalping?
Dalam dunia investasi, selalu ada saja yang menarik untuk diperbincangkan dan dibahas lebih lanjut. Objeknya tentu tak lepas dari perdagangan saham sebagai instrumen investasi. Bicara tentang perdagangan saham, dikenal ada banyak strategi yang diterapkan dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan.
Setiap pedagang saham memiliki keleluasaan dan kebijakan tersendiri dalam menerapkan strategi trading. Maka dari itu, antara pedagang saham yang satu dengan yang lainnya bisa saja menerapkan strategi yang berbeda. Meski demikian, prinsipnya tetaplah sama, yakni untuk menghasilkan tingkat keuntungan yang diharapkan. Salah satu strategi perdagangan saham yang kerap dilakukan adalah scalping, di mana pelaku strategi ini disebut dengan scalper.
Apa itu scalping?
Scalping merupakan strategi perdagangan jangka pendek yang lebih menekankan pada keuntungan dari volume perdagangan yang ditempatkan, dibandingkan berfokus pada memaksimalkan keuntungan modal pada setiap perdagangan.
Strategi scalping umumnya diterapkan dalam perdagangan saham yang merepresentasikan gaya perdagangan jangka pendek. Artinya, pedagang keluar masuk pasar untuk mengambil keuntungan yang kecil dari seluruh ‘barang dagangan’ yang ditawarkannya.
Strategi scalping juga dikenal sebagai teknik day trading, yakni teknik perdagangan harian, di mana investor membeli dan menjual saham individu beberapa kali dalam satu hari yang sama. Sebenarnya scalping bukanlah strategi atau teknik perdagangan baru, tetapi sudah diterapkan sejak lama. Strategi ini menjadi populer karena memanfaatkan kenaikan harian pada suatu saham atau sektor.
Trader atau pedagang yang menggunakan strategi scalping disebut dengan scalper. Scalper dapat melakukan perdagangan di mana saja tanpa batas volume perdagangan dalam satu hari. Mereka selalu berusaha menghasilkan keuntungan kecil di setiap perdagangannya. Maka dari itu, strategi scalping cenderung berisiko rendah dibandingkan dengan strategi perdagangan lainnya.
Cara kerja scalping
Secara umum scalping bekerja seperti halnya teknik perdagangan saham lainnya, di mana pedagang akan menjual ketika harga tinggi, dan membeli ketika harga murah. Meski demikian, strategi scalping ternyata tidaklah sesederhana itu, karena strategi ini membutuhkan konsentrasi yang tinggi dalam mengamati pergerakan chart sekecil apa pun serta reaksi yang cepat agar dapat membuka dan menutup posisi saat perdagangan bergerak sesuai keinginan atau malah justru bergeser ke arah yang berlawanan.
Dalam perdagangan saham, volaititas harga saham tak bisa dihindarkan. Oleh sebab itu, perlu adanya kecermatan dalam mengamati setiap pergerakannya, agar scalper bisa memutuskan kapan waktu yang tepat untuk menjual, dan kapan pula waktu yang tepat untuk membeli.
Strategi scalping dalam praktiknya lebih berfokus pada pencapaian target jumlah keuntungan yang relatif kecil dalam tempo yang lebih singkat. Berbeda dengan strategi lainnya, scalping menuntut kemampuan analisis jangka pendek, di mana keputusan harus diambil dalam waktu 5 menit hingga 1 jam.
Sebab itu, scalping identik dengan perdagangan yang cepat dan singkat. Cepat mengacu pada eksekusi dalam setiap pembukaan dan penutupan order. Sementara singkat mengacu pada rentang posisi pembukaan berlangsung. Ketika selama berlangsungnya posisi pembukaan sudah mendapatkan keuntungan, maka sebisa mungkin untuk segera menutupnya, tanpa perlu menunggu pergerakan yang lebih banyak. Prinsipnya, scalper membuka perdagangan dengan intensitas yang sering, bukan memburu banyak keuntungan dalam sekali pembukaan perdagangan saja.
Analisis pasar untuk scalping
Seorang scalper cenderung mengandalkan analisis teknis dibandingkan dengan analisis fundamental. Analisis teknis berfokus pada pergerakan harga sekuritas di masa lalu, yang dapat diketahui dari bantuan grafik dan alat analisis data lainnya.
Dari informasi historis harga sekuritas, scalper dapat mengamati waktu harian dan pola penjualan. Selain itu, scalper juga dapat memprediksi pergerakan keamanan di masa mendatang, sehingga bisa menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan berdasarkan berdasarkan rata-rata pergerakan yang terjadi. Dari pergerakan tersebut, scalper dapat menentukan kapan waktu yang tepat untuk masuk dan keluar dari perdagangan.
Sementara analisis fundamental lebih mengandalkan pada laporan keuangan perusahaan sebagai dasar analisisnya. Meski bukan yang utama, namun analisis fundamental juga dibutuhkan oleh seorang scalper, untuk memahami nilai sebenarnya sebuah perusahaan, sehingga dapat membantunya mengelola risiko dan keluar dari posisi beli pada waktu yang tepat. Analisis fundamental cenderung lebih cocok digunakan untuk investasi jangka panjang.
Scalper bisa saja seorang pedagang diskresioner atau sistematis. Scalper diskresioner dapat membuat keputusan perdagangan dengan cepat berdasarkan kondisi pasar. Artinya, pedagang memiliki kebebasan untuk memutuskan parameter di setiap perdagangan yang dilakukannya baik waktu maupun target keuntungannya. Lain halnya dengan scalper sistematis yang mengandalkan naluri dalam melakukan perdagangan.
Menjalankan strategi scalping secara efektif
Penting untuk disadari oleh scalper bahwa perdagangan saham membutuhkan analisis yang cermat dan cepat agar bisa menghasilkan keuntungan. Untuk menerapkan strategi scalping secara efektif, scalper dituntut untuk mampu melihat dan menganalisis tren pasar, mengantisipasi kenaikan dan penurunan, serta memahami psikologi di balik pasar bull dan bear.
Seorang scalper yang efektif harus mampu membaca dan menafsirkan grafik jangka pendek. Dari hasil analisis data grafik saham tersebut, scalper harus berani membuat keputusan dalam interval 1 hingga 5 menit. Lagi-lagi harus disadari bahwa strategi scalping identik dengan cepat dan singkat.
Dalam membuat keputusan, scalper mencari indikator utama seperti moving average dan pivot point di pasar agar bisa menentukan dengan cepat terkait dengan dapat tidaknya melakukan perdagangan. Meski scalper sering kali menemukan perdagangan yang merugi, namun strategi dan disiplin scalping yang dilakukan secara efektif dapat membantu memaksimalkan keuntungan dan meminimalisir kerugian.
Terjun dalam perdagangan saham tentu bukanlah main-main, tetapi membutuhkan keseriusan. Tak hanya itu, scalper juga harus memiliki likuiditas dan modal yang memadai dalam portofolio yang akan diperdagangkan.
Selain itu, dalam melakukan perdagangan pun, scalper harus memiliki perangkat internet yang berkualitas baik dengan koneksi yang luar biasa lancar. Hal ini dimaksudkan agar dapat mencegah terjadinya kendala teknis yang justru berisiko menghancurkan strategi perdagangan yang telah diterapkan.
Artikel Terkait
- Apa Itu LPS (Lembaga Penjamin Simpanan)?
- Apa Itu Customer Due Diligence (CDD)
- Apa Itu Double Spending?
- Apa Itu Altcoin?
Demikianlah artikel tentang apa itu scalping, semoga bermanfaat bagi Anda semua.