Laba Usaha, Laba Kotor, dan Laba Bersih
Retno menatap buku tabungannya dengan seksama. Ia tak mengerti mengapa saldo yang tertera disana tidak seperti yang ia harapkan, padahal ia merasa bisnisnya mulai berkembang. Melihat hal tersebut Tito, teman Retno kemudian bertanya apakah ada yang keliru dengan saldo tabungannya.
“Saya cuma heran padahal bisnis saya mulai berkembang, tapi uang di tabungan saya malah minus” kata Retno
“Yang kamu cetak itu tabungan khusus untuk bisnis?” tanya Tito lagi
“Tidak. Saya hanya punya satu rekening untuk pribadi dan bisnis” Sahut Retno.
Tito menggelengkan kepalanya. Pantas saja Retno kebingungan, karena ia mencampur uang bisnis dan pribadinya dalam satu akun bank. Ia tidak bisa melihat dengan jelas cashflow dalam tabungannya.
“Penjualan bulan ini kira-kira 100 item” tambah Retno lagi. “Keuntungan sekitar 50 ribu tiap item, sehingga seharusnya saya mendapatkan 5 juta rupiah tambahan uang”
“Itu laba kotor atau laba bersih? Apa sudah dikurangi dengan biaya operasional?”tanya Tito
Melihat Retno yang menjawab ragu-ragu, Tito membatin bahwa Retno memanglah seorang wirausaha pemula yang harus diberi pengetahuan mengenai apa itu laba, laba bersih, dan laba kotor. Karena jika Retno masih buta mengenai hal ini, sampai kapanpun ia tidak akan pernah berhasil sebagai wirausahawan. Belum lagi keuangan pribadi yang ia campur dengan rekening bisnisnya.
Jika terus begini, lambat laun Retno pasti bangkrut.
Laba Usaha
Tito mulai menjelaskan pada Retno dimulai dari Konsep Laba. Di dalam dunia akuntansi Laba dapat diartikan sebagai selisih antara Total Hasil Penjualan dikurangi dengan Biaya Produksi. Atau secara awam orang menyebutnya sebagai keuntungan.
Biaya Produksi adalah biaya-biaya yang dikeluarkan dalam melakukan proses produksi. Atau biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mengubah suatu bahan mentah hingga menjadi produk jadi yang siap dijual.
Sebagai contoh:
Biaya produksi pembuatan pempek ditotal sebesar Rp.200.000. Biaya ini termasuk biaya pembelian ikan, biaya pembelian bumbu masakan, biaya pembelian minyak goreng, pembelian tepung dan lain-lain. Setelah jadi, ternyata dari Rp.200.000 tersebut dapat dihasilkan 300 butir pempek.
Sehingga jika kita ingin memperkirakan berapa harga pokok satu butir pempek, perhitungannya menjadi :
= Rp.200.000 : 300
= Rp.667 rupiah per butir
Namun menjual satu butir pempek dengan harga Rp.667 per butir, kita belum mendapatkan keuntungan.
Namun, jika kita menjual pempek dengan harga Rp.1000 rupiah per butir, maka keuntungan yang akan kita dapatkan adalah :
= Total Hasil Penjualan – Biaya Produksi
= (Rp1000 x 300) – Rp.200.000
= Rp.300.000 – Rp.200.000
= Rp.100.000
Jadi keuntungan atau laba yang akan didapatkan dari menjual pempek adalah sebesar Rp.100.000
Namun, dalam usaha yang lebih kompleks, diperlukan perhitungan laba secara lebih terperinci, karena ia terbagi lagi menjadi beberapa jenis, yaitu :
a. Laba Kotor
b. Laba Bersih
c. Laba Bersih sesudah pajak.
Laba Kotor
Yang dimaksud dengan laba kotor adalah selisih Total Penjualan dikurangi dengan Biaya Produksi tanpa memperhitungkan bahwa sebenarnya di dalam produksi suatu barang, kita memerlukan biaya tambahan yang besarannya bisa berubah-ubah.
Misalnya saja kita tidak memperhitungkan biaya listrik, biaya air, biaya transportasi, bahkan biaya telefon selular yang kita gunakan untuk menunjang aktivitas usaha kita.
Jika kita tilik kembali perhitungan keuntungan pada penjualan pempek sebelumnya, maka dapat kita katakan bahwa kita hanya menghitung laba kotor.
Hal ini karena kita hanya memperhitungkan laba dengan cara mengurangi total penjualan dengan biaya produksi.
= Total Hasil Penjualan – Biaya Produksi
= (Rp1000 x 300) – Rp.200.000
= Rp.300.000 – Rp.200.000
= Rp.100.000
Sedangkan biaya-biaya tetap dan biaya variabel lainnya kita abaikan.
Di dalam suatu usaha, perhitungan Laba Kotor belumlah memuaskan karena sejatinya semua biaya yang timbul dalam kegiatan usaha kita tidak bisa kita abaikan. Maka, setelah mengerti mengenai konsep laba kotor, kita juga harus mengenal konsep Laba Bersih.
Laba Bersih
Apa itu Laba Bersih? Laba bersih merupakan selisih Total Penjualan dikurangi dengan Biaya Produksi dengan memperhitungkan biaya-biaya lain yang timbul selama proses produksi tersebut.
Biaya-biaya tersebut yang disebut dengan biaya variabel, merupakan biaya yang besarannya dapat berubah seiring dengan meningkatnya produktivitas usaha kita. Biaya-biaya tersebut misalnya berupa biaya listrik, biaya air, biaya transportasi, biaya iklan, biaya pamflet (jika kita menyebarkan pamflet untuk promosi), biaya internet, hingga biaya telefon selular yang kita gunakan dalam aktivitas usaha kita.
Sehingga jika kembali ke perhitungan pembuatan pempek, diketahui bahwa ada biaya variabel yang menunjang proses produksi sebagai berikut :
– Biaya Air : Rp.10 ribu
– Biaya Listrik : Rp.15 ribu
– Transportasi : Rp.5000
– Biaya Telefon Selular : Rp.5000
————————————————
Total Biaya Variabel : Rp.35 ribu rupiah
Maka perhitungan Laba Bersih menjadi :
= Total Hasil Penjualan – (Biaya Produksi + Biaya Variabel)
= (Rp1000 x 300) – (Rp.200.000 + Rp.35.000)
= Rp.300.000 – Rp.235.000
= Rp.65.000
Sehingga laba bersih dari usaha pempek tersebut menjadi Rp.65.000
Laba Bersih Sesudah Pajak
Adalah laba yang kita dapatkan setelah mengurangi laba bersih dikurangi dengan pajak usaha yang dikenakan kepada usaha kita.
Dari sini, Retno menjadi mengerti bahwa di dalam menjalankan usaha, banyak hal harus kita perhitungkan agar kita benar-benar pasti mendapatkan keuntungan, dan bukan malah mendapat kebuntungan. Retno juga akhirnya paham pentingnya memisahkan rekening bisnis dengan rekening pribadi agar dalam penggunaannya kedua uang ini tidak tercampur dan menciptakan kebingungan dalam melihat cashflow usahanya.
Artikel Terkait
- Perbedaan antara Badan Usaha dan Perusahaan
- Mana yang Lebih Untung, Investasi Emas atau Reksa Dana?
- 4 Perbedaan Uang Kartal dan Uang Giral
- Perbedaan Pajak dan Retribusi
Demikianlah artikel tentang laba usaha, laba kotor dan laba bersih, semoga bermanfaat bagi Anda semua.