Memahami Teori High Risk High Return
Investasi penting untuk mempersiapkan masa depan finansial yang lebih baik. Tak heran jika banyak orang berusaha untuk melakukan investasi sedini mungkin, dalam arti saat masih berusia muda. Harapannya, kelak hasil investasi bisa dinikmati saat menginjak usia senja yang tak lagi produktif bekerja.
Berinvestasi bisa dibilang gampang-gampang susah. Tak hanya sekadar memiliki modal finansial saja, tetapi juga harus jeli dalam menentukan jenisnya. Sebagaimana diketahui bahwa investasi memiliki beragam jenis, sebut saja reksa dana, deposito, obligasi, saham, dan lainnya. Setiap jenis investasi pasti memiliki tingkat risiko dan pengembalian yang berbeda. Ada yang tingkat risikonya rendah, tetapi tingkat pengembaliannya juga rendah (low risk low return).
Sebaliknya, ada yang tingkat risikonya tinggi, namun tingkat pengembaliannya tinggi pula. Nah, yang demikian dikenal dengan prinsip high risk high return.
Apa itu high risk high return? Prinsip high risk high return digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan dalam perencanaan keuangan, utamanya investasi. Investasi sendiri dapat dipahami sebagai tindakan penanaman modal pada suatu perusahaan dengan harapan memperoleh keuntungan di masa mendatang. Dalam berinvestasi tentu tak hanya semata-mata ada pengembalian atau keuntungan saja, tetapi juga ada risiko yang umumnya merepresentasikan kondisi yang tidak diharapkan yakni kerugian.
Risiko (Risk)
Risiko memiliki konotasi negatif yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan sebagai akibat yang kurang menyenangkan (merugikan, membahayakan) dari suatu perbuatan atau tindakan. Dalam konteks perencanaan keuangan khususnya investasi, risiko dapat dipahami sebagai berkurang atau bahkan hilangnya modal yang ditanamkan pada suatu bisnis atau perusahaan, di mana hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan harapan yang diinginkan untuk masa mendatang.
Mau tidak mau ataupun suka tidak suka, risiko akan selalu ada dalam dunia bisnis dan investasi. Oleh sebab itu, kemungkinan adanya risiko dalam investasi tidak bisa dihindari. Meski demikian, kemungkinan timbulnya risiko bisa diminimalisir dengan penerapan strategi yang tepat. Itulah sebabnya investor tak hanya dituntut untuk memiliki modal saja, tetapi juga pengetahuan dan keterampilan yang memadai tentang investasi, bahkan insting. Semua hal tersebut dibutuhkan investor agar dapat menentukan langkah dan strategi yang tepat guna meminimalisir risiko.
Tingkat pengembalian/keuntungan (Return)
Tingkat pengembalian merupakan keuntungan yang diharapkan di masa mendatang atas tindakan penanaman modal yang dilakukan. Wujud dari pengembalian investasi ini bisa berupa bunga maupun dividen, tergantung pada jenis investasi yang dilakukan.
Terdapat dua jenis pengembalian dalam investasi, yaitu pengembalian yang diharapkan (expected return) dan pengembalian yang sebenarnya (realized return). Keduanya jelas memiliki perbedaan, yakni harapan versus aktual. Investor bisa saja memprediksi faktor-faktor atau variabel-variabel ekonomi yang bisa mempengaruhi investasinya sehinga mereka berharap memperoleh tingkat pengembalian yang tinggi.
Namun, prediksi bisa saja meleset karena ada pula faktor atau variabel eksternal yang tak bisa dikendalikan seperti inflasi, mekanisme pasar, dan lainnya. Adanya ketidakpastian tersebut terkadang menyebabkan timbulnya perbedaan antara tingkat pengembalian yang diharapkan dengan yang diterima secara aktual. Artinya, tingkat pengembalian aktual atau yang sebenarnya bisa lebih tinggi atau bahkan lebih rendah dari yang diharapkan.
Korelasi antara risiko dengan tingkat pengembalian
Meski tampak bertentangan, namun risiko (risk) dengan pengembalian (return) memiliki korelasi yang signifikan dalam investasi. Bagaimana tidak? Dalam dunia bisnis ada ketidakpastian yang disebabkan oleh banyak faktor seperti inflasi, pertumbuhan ekonomi, mekanisme pasar, dan lain sebagainya. Maka dari itu, di samping potensi keuntungan ada pula risiko kerugian yang harus siap dihadapi oleh para investor.
Risk dan return pada prinsipnya merupakan kondisi yang dialami investor dalam merencanakan keuangannya dalam bentuk investasi. Hanya saja, risk merepresentasikan kondisi yang tidak diharapkan, sedangkan return kebalikannya yakni kondisi menguntungkan yang diharapkan.
Walau bertentangan, namun risk dan return memiliki korelasi yang searah atau bersifat linear. Semakin tinggi risiko, maka semakin tinggi pula tingkat pengembaliannya (high risk high return). Demikian pula sebaliknya, semakin rendah risiko, makin rendah pula tingkat pengembaliannya (low risk low return).
Teori high risk high return termanifestasi secara nyata dalam instrumen investasi. Bicara tentang instrumen investasi banyak ragamnya, mulai dari yang risikonya rendah hingga tinggi. Sebut saja deposito, obligasi, dan saham yang masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut.
- Deposito
Deposito merupakan instrumen investasi yang diterbitkan oleh lembaga perbankan. Mirip tabungan, hanya saja dana yang disimpan atau ditanamkan sebagai modal ke bank tidak bisa ditarik sewaktu-waktu, tetapi harus dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan dengan pihak bank. Atas penanaman modal ini, investor akan memperoleh return dari bunga dari deposito. Mengingat risiko yang rendah, tingkat pengembalian yang diperoleh dari jenis instrumen investasi ini juga rendah.
- Obligasi
Obligasi hampir sama dengan deposito, hanya saja tidak diterbitkan oleh lembaga perbankan tetapi oleh pemerintah atau perusahaan. Instrumen investasi ini merupakan surat utang berjangka panjang dan bisa diperjualbelikan di pasar modal. Pengembalian investasi dari obligasi sama dengan deposito yakni berupa bunga. Obligasi memiliki tingkat risiko yang sedang dengan tingkat pengembalian yang sedang pula.
- Saham
Saham merupakan jenis instrumen investasi yang menjadi primadona bagi para investor. Meski memiliki tingkat risiko yang tinggi, namun banyak investor yang menanamkan modalnya pada jenis investasi yang satu ini. Hal ini tak lepas dari potensi tingkat pengembalian saham yang juga tinggi. Diterbitkan oleh perusahaan, saham diperdagangkan di pasar modal.
Dalam setiap pengambilan keputusan akan selalu diiringi dengan risiko, termasuk dalam hal perencanaan keuangan di masa depan, khususnya investasi. Namun perlu disadari pula, risiko bukanlah suatu kondisi yang harus dihindari, karena jika selalu dihindari maka tidak akan ada pencapaian perkembangan dan kemajuan yang berarti. Risiko justru harus dihadapi atau setidaknya diminimalisir agar tidak menimbulkan suatu kerugian yang besar. Yakinlah bahwa di balik risiko yang tinggi, ada potensi keuntungan yang tinggi pula.
Artikel Terkait
- Cara Menghitung Current Ratio
- Bagaimana Cara agar Sukses dalam Politik Kantor (Office Politics)?
- Apa itu Elastisitas Permintaan dan Penawaran?
- Apa itu Aktiva Bersih? Berikut Penjelasan dan Penggunaannya
Demikianlah artikel tentang teori high risk high return, semoga bermanfaat bagi Anda semua.