Teori Inovasi Laba Schumpeter
Banyak teori ekonomi yang bermanfaat dalam menambah khazanah ilmu ekonomi. Salah satunya adalah teori inovasi laba (The Innovation Theory of Profit) yang dikemukakan oleh Joseph A. Schumpeter. Schumpeter adalah seorang ahli ekonomi yang berasal dari Austria. Dalam teorinya, Schumpeter berpendapat bahwa seorang wirausahawan adalah orang yang kreatif dan inovatif, sehingga mampu menghasilkan banyak kombinasi baru dalam berproduksi.
Memahami teori inovasi laba Schumpeter
Sebagai seorang ahli ekonomi, Joseph A. Schumpeter percaya bahwa seorang wirausahawan dapat memperoleh keuntungan ekonomi dengan memperkenalkan inovasi yang sukses. Teori ini mengungkapkan bahwa fungsi utama seorang wirausahawan adalah memperkenalkan inovasi yang bermanfaat kepada khalayak. Seiring dengan berjalannya waktu, inovasi tersebut akan mendatangkan keuntungan sebagai reward atas kinerjanya.
Apa itu inovasi? Inovasi mengacu pada setiap kebijakan baru yang dilakukan wirausahawan untuk mengurangi biaya produksi secara keseluruhan atau meningkatkan permintaan produk. Berkenaan dengan hal tersebut, inovasi dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori:
- Semua kegiatan yang mengurangi biaya produksi secara keseluruhan. Inovasi dalam kategori ini mencakup pengenalan metode atau teknik produksi baru, pengenalan mesin baru, metode inovatif pengorganisasian produksi, dan lainnya.
- Semua kegiatan yang meningkatkan permintaan produk. Inovasi dalam kategori ini meliputi pengenalan komoditas baru atau barang berkualitas baru, terbukanya pasar baru, penemuan sumber bahan baku baru, varian atau desain produk baru, dan lain sebagainya.
Permintaan yang dinamis dan senantiasa berubah, mendukung dan memberikan penghargaan kepada para wirausahawan sekaligus inovator yang sukses. Inovasi menunjukkan adanya keberanian untuk mencoba sesuatu yang baru, yang sangat diperlukan untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi. Inovasi yang sukses memberikan stimulus yang besar untuk investasi baru, bahkan bisa jadi mengarah pada pertumbuhan industri skala besar.
Fokus utama dalam teori inovasi laba
Berinovasi memang tidaklah mudah. Oleh sebab itu, mereka yang mampu berinovasi adalah orang-orang yang kreatif dan memiliki imajinasi tinggi serta pantang menyerah. Meski tak semuanya, namun wirausahawan bisa termasuk dalam golongan inovator apabila mampu membuat ‘perubahan’ yang mampu menurunkan biaya produksi dan meningkatkan permintaan produknya.
Dalam teori inovasi laba dinyatakan bahwa wirausahawan memperoleh keuntungan apabila inovasinya berhasil dengan baik dalam mengurangi biaya produksi secara menyeluruh atau meningkatkan permintaan atas produknya. Meski demikian, tidak ada yang bisa menghitung probabilitas numerik bahwa sebuah perusahaan atau sekelompok perusahaan akan mendapatkan keuntungan atau kerugian di masa depan.
Dunia bergerak secara dinamis, yang ditandai dengan perubahan terus-menerus dalam selera dan preferensi pembeli dan kemajuan teknologi. Selain itu, perubahan kebijakan pemerintah, keberhasilan atau kegagalan perusahaan di masa lalu, tidak bisa digunakan sebagai patokan atau tolok ukur dari keberhasilan atau kegagalan perusahaan di masa mendatang. Maka dari itu, keuntungan harus diperlakukan sebagai imbalan atas keberanian mengambil risiko yang tidak dapat diasuransikan.
Peran laba telah ditekankan oleh Schumpeter sebagai insentif yang diperlukan untuk inovasi. Secara prinsip, inovasi mengacu pada penciptaan sesuatu yang baru, yang mampu memberikan manfaat lebih atau fungsi yang berbeda dari sebelumnya. Namun dalam perkembangannya, inovasi tak hanya berhubungan dengan produk saja, tetapi juga metode atau teknik yang mampu menciptakan proses produksi yang lebih efektif dan efisien. Inovasi didorong oleh prospek keuntungan besar.
Kendala yang dihadapi dalam teori inovasi laba
Teori inovasi keuntungan menyatakan bahwa wirausahawan memperoleh keuntungan apabila inovasinya berhasil dalam mengurangi biaya produksi secara menyeluruh atau meningkatkan permintaan atas produk. Sayangnya, kreativitas dan keuletan yang menghasilkan inovasi tak selalu memberikan hasil sesuai dengan harapan. Berikut beberapa kendala yang dihadapi dalam teori inovasi laba.
- Durasi keuntungan pendek
Menjadi inovator bahkan pioner dalam menghasilkan suatu produk baru yang memberikan banyak manfaat kepada konsumen tentu memberi suatu kebanggaan tersendiri. Cepat atau lambat, kinerja wirausahawan dalam menciptakan suatu karya produk yang fungsional tentu akan diikuti dengan pundi-pundi uang alias keuntungan.
Sayangnya, keuntungan yang diperoleh inovator sering kali hanya berdurasi pendek, karena kompetitor meniru inovasinya. Adanya tiruan tersebut menyebabkan inovasi untuk menjadikan suatu produk menjadi sesuatu yang baru di pasaran seketika terhenti.
Jika sebelum ada produk inovasi tiruan, wirausahawan sekaligus inovator bisa menikmati posisi sebagai ‘pemegang’ monopoli di pasar, karena inovasi hanya terbatas pada ruang usahanya saja, sehingga potensi keuntungan yang bisa diraup akan lebih besar. Namun seiring berjalannya waktu, di mana inovasi mulai tersebar dan terdistribusi ke ruang publik, maka akan ada bermunculan produk-produk atau layanan tiruan yang membanjiri pasar. Alhasil, produk yang dikembangkan oleh wirausahawan atau inovator awal tak lagi inovatif. Akibatnya, keuntungan mulai surut bahkan menghilang tak berbekas.
- Risiko pendapatan menurun
Wirausahawan atau inovator bisa saja mendapatkan keuntungan lebih besar untuk durasi yang lebih lama apabila hukum mengizinkan untuk mematenkan inovasinya. Paten ini bertujuan untuk mencegah orang lain meniru inovasinya. Inovasi yang dipatenkan bisa berupa desain produk, produk dengan fungsi baru yang belum pernah ada, atau yang lainnya.
Dengan adanya hak paten, maka orang lain tak bisa sembarangan meniru inovasi tersebut. Jika mereka ingin mengadopsi inovasi yang sudah dipatenkan, maka mereka harus meminta izin terlebih dahulu kepada pemegang hak paten. Di sini, wirausahawan atau inovator yang memegang hak paten, bisa saja memberikan lisensi dengan perjanjian tertulis untuk menggunakan paten.
Seiring dengan berjalannya waktu, persediaan faktor produksi tetap sama, tetapi harga faktor produksi mengalami kenaikan karena biaya produksi yang meningkat. Namun peningkatan biaya produksi tersebut tidak diikuti dengan tren tingkat permintaan produk yang selalu naik, sehingga memaksanya untuk menurunkan harga produk. Hal ini mengakibatkan biaya per unit produk meningkatkan, tetapi pendapatan per unit produk justru menurun.
Artikel Terkait
- Apa Itu Force Majeure?
- Apa Itu Employee Stock Option Program?
- Apa Itu Antitrust Law?
- Tipe-Tipe Bond (Obligasi)
Demikianlah artikel tentang teori inovasi laba Schumpeter, semoga bermanfaat bagi Anda semua.