Mengapa Jepang Banyak Utang?
Siapa yang tak mengenal Jepang? Negara yang awalnya miskin dengan sumber daya yang terbatas baik dari luas wilayah maupun kekayaan alamnya, namun berhasil menjadi negara maju yang diakui dunia. Bahkan, Jepang dikenal sebagai pusat peradaban teknologi canggih. Namun anehnya, Jepang juga dikenal sebagai negara dengan rasio utang terbesar di dunia. Kok bisa? Sebagai negara maju, tentu Jepang memiliki perekonomian yang baik dengan pertumbuhan yang positif dan tinggi. Faktanya, Jepang memang memiliki utang yang terhitung sangat besar.
Jepang tercatat sebagai negara dengan rasio utang terbesar
Pemerintah Jepang saat ini tercatat sebagai debitur terbesar di dunia. Utang pemerintah Jepang lebih dari dua kali ukuran ekonominya, sehingga dinilai lebih berisiko dibandingkan dengan Italia dan Spanyol. Dari tahun ke tahun, utang Jepang melonjak semakin tinggi yang diperkirakan mencapai 220% dari produk domestik brutonya.
Tingginya rasio utang Jepang disebabkan oleh meningkatnya beban jaminan sosial seiring dengan bertambahnya usia penduduk setiap tahunnya. Beban utang Jepang pada dekade sebelumnya yakni di tahun 2011 bahkan telah mencapai $ 12 triliun, lebih dari dua kali lipat dari ukuran ekonominya yang hanya sebesar $ 5 triliun. Pemerintah Jepang sendiri bukannya tidak berusaha untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonominya, bahkan mereka telah mencoba merangsang sekonomi selama dua dekade tetapi pertumbuhan lamban dan deflasi.
Dengan terus bertambahnya nilai utang Jepang, IMF memprediksi bahwa rasio utang negeri sakura ini mencapai 300% dari PDB-nya, yang artinya nilainya sudah menembus ¥ 1 kuadriliun pada akhir tahun 2030. Tingginya rasio utang negara yang dikenal pula dengan julukan negeri samurai ini merupakan kompilasi dari banyak hal. Salah satunya adalah deflasi yang cukup parah, di mana untuk mengatasi masalah tersebut, pemerintah harus mengeluarkan banyak uang untuk mendorong perekonomian. Pada situasi tersebut, utang menjadi satu-satunya solusi yang memungkinkan untuk dilakukan, agar bisa mendanai program-program guna mendongkrak perekonomiannya bertumbuh.
Selain deflasi, nilai utang Jepang yang meningkat juga disebabkan oleh konsekuensi menuanya populasi yang ada. Artinya, Jepang harus mengeluarkan dana untuk jaminan sosial yang lebih besar dalam bentuk tunjangan kesehatan. Kondisi perekonomian Jepang semakin parah karena sempat mengalami stagnasi, di mana ekonomi tidak mengalami pertumbuhan sama sekali, bahkan kemudian menurun. Stagnasi ekonomi ini berdampak pada berkurangnya pendapatan baik dari pajak maupun non-pajak.
Tingginya rasio utang Jepang tak seburuk kelihatannya
Dilihat dari rasio dan nilainya, utang Jepang memang dinilai banyak kalangan cukup mengkhawatirkan dan bisa menimbulkan dampak keguncangan ekonomi seperti yang pernah dialami oleh Yunani dan Amerika Serikat. Namun, membandingkan masalah utang Jepang dengan kedua negara tersebut tidak sepenuhnya tepat.
Ada perbedaan utama antara Jepang dengan Yunani dan Amerika Serikat. Pada kasus utang Yunani, negara tersebut menggantungkan pihak asing untuk membeli obligasi pemerintah. Demikian pula dengan Amerika Serikat yang mengandalkan bantuan dari luar negeri, yaitu Cina dan Jepang.
Kelebihan Jepang dibandingkan dengan Yunani dan Amerika Serikat dalam masalah utang adalah memiliki aset keuangan pribadi yang diperkirakan mencapai $ 1,450 triliun. Tak hanya itu, Jepang tidak mengantungkan asing untuk membeli obligasinya, karena sebagian besar obligasinya dibeli oleh warganya sendiri. Di satu sisi, Jepang adalah negara dengan rasio utang terbesar di dunia, tetapi di sisi lain juga membantu memberi pinjaman kepada Amerika Serikat. Sebab itu, Jepang memiliki aset asing yang menjadi sumber pendapatannya.
Kebijakan ekonomi Jepang yang mempertahankan suku bunga relatif rendah juga memiliki andil dalam menangkis dampak buruk rasio utang yang terlalu tinggi. Padahal, pasar obligasi Jepang merupakan yang terbesar di dunia, namun tidak sampai menjangkau pasar internasional. Sebab, sebagian besar surat berharga pemerintah Jepang yang mencapai 96% dipegang oleh investor domestis, sehingga tidak ada kekhawatiran modal dilarikan ke luar negeri. Jadi, kecil kemungkinan investor domestik akan membuang kepemilikan obligasi mereka.
Uniknya, sebagian besar kekayaan investasi di Jepang dipegang oleh manula yang kurang melek finansial dan lebih memprioritaskan stabilitas dibandingkan return atau pengembalian. Mereka membeli surat berharga pemerintah untuk menempatkan kelebihan tabungannya dalam jumlah besar. Sebab, obligasi dalam mata uang yen dipandang sebagai tempat berlindung yang aman di masa ekonomi sulit dan proporsi yang dipegang oleh lembaga atau investor asing sangatlah rendah. Hal inilah yang menjadikan Jepang lebih kuat dan tidak rentan terhadap tekanan eksternal, baik dari kedaulatan maupun finansial.
Selain sebagai debitur, Jepang juga merupakan kreditur bagi negara-negara lain, termasuk Amerika Serikat. Dalam waktu yang bersamaan, Jepang berstatus sebagai debitur sekaligus kreditur terbesar di dunia. Negara ini memegang aset bersih lebih dari $ 3 triliun dalam cadangan mata uang asing dan investasi langsung di luar negeri.
Jepang lihai mengelola utang
Meski memiliki rasio utang terbesar di dunia, namun Jepang tidak mengalami keguncangan bahkan depresi ekonomi yang menghancurkan perekonomiannya. Sebaliknya, perekonomian Jepang tetap bertumbuh meski tidak mencapai target yang ditentukan. Mengherankan bukan?
Mengapa perekonomian Jepang tidak kolaps padahal memiliki banyak utang? Sebab, Jepang lihai dalam mengelola utangnya. Selama bertahun-tahun, Jepang telah mengelola beban utangnya yang demikian besar, dan iinvestor yang membeli obligasinya bersedia meminjamkan uang kepada pemerintah dengan tingkat bunga yang rendah, bahkan terendah di dunia.
Sebagaimana telah disampaikan sebelumnya bahwa sebagian besar utang Jepang disimpan di dalam negeri. Obligasi pemerintah dibeli oleh warganya sendiri, sehingga Jepang tidak mudah mendapat tekanan luar yang mungkin menyebabkan gagal bayar.
Artikel Terkait
- Mengenal Pandemic Fatigue, Gejala, dan Cara Mengatasinya
- Apa Itu Buyback Dalam Saham?
- Cara Membiasakan Hidup Sederhana
- Contoh Depresiasi dan Rumus Perhitungannya
Demikianlah artikel tentang mengapa Jepang Banyak Utang, semoga bermanfaat bagi Anda semua.