Kami menyediakan berbagai simulasi kredit, dari kredit mobil, kredit rumah, kpr, kartu kredit dan lain-lain. Simulasi pinjaman bisa juga dilakukan di sini.

Sebagian Besar Orang Sebenarnya Bangkrut! Mengapa?

Kehidupan ibarat roda yang selalu berputar. Kadang di atas, terkadang pula di bawah. Jika memungkinkan, setiap orang pasti menginginkan kehidupan selalu berada di atas. Namun, siapa yang tahu dan bisa memastikan? Sudah menjadi rumus kehidupan yang mau tidak mau atau suka tidak suka harus dijalani setiap orang.

Muda berkarya, tua bersahaja. Setidaknya itulah kondisi ideal yang mungkin dijalani untuk kehidupan yang lebih baik. Namun lagi-lagi tak semua orang bisa merasakannya. Banyak orang yang justru terlena saat berada di zona nyaman, tanpa menyadari ‘ancaman’ yang akan datang. Saat ini bisa jadi hidup berkalang harta, tetapi besok kehilangan harta yang dibangga-banggakan karena mengalami kebangkrutan. Faktanya, banyak orang yang telah mengalaminya.

Bagaimana orang-orang bisa mengalami kebangkrutan? Bangkrut dapat dipahami sebagai suatu kondisi di mana seseorang mengalami kerugian yang amat besar sehingga kehilangan banyak harta dan jatuh miskin. Secara sederhana, bangkrut juga dapat diartikan sebagai kegagalan seseorang dalam mengelola finansialnya dengan baik. Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya kebangkrutan. Berikut beberapa di antaranya.

  • Besar pasak daripada tiang

Anda tentu tidak asing dengan pepatah yang bermakna besar pengeluaran daripada pemasukan. Seperti diketahui bahwa harga-harga komoditas baik untuk kebutuhan primer, sekunder, maupun tersier setiap tahun mengalami kenaikan. Kenaikan harga tersebut umumnya dipengaruhi oleh banyak faktor seperti harga faktor produksi yang juga meningkat, pajak, dan tentunya tingkat laba yang diinginkan produsen.

Sayang, kenaikan harga barang sering kali tak berbanding lurus dengan pendapatan yang diperoleh. Misalnya seseorang memiliki pendapatan sebesar Rp 6 juta sebulan. Dari pendapatan tersebut, tentu cukup untuk memenuhi kebutuhan dasarnya, bahkan terdapat cukup banyak sisa untuk ditabung. Merasa mampu secara finansial tak jarang memicu timbulnya keinginan untuk memiliki berbagai barang kebutuhan seperti kendaraan baik motor ataupun mobil dan juga rumah. Oleh sebab itu, banyak yang mengambil keputusan mengajukan kredit pembelian kendaraan dan rumah, karena merasa mampu membayar cicilannya.

Terlena dengan kemudahan kredit, segala sesuatu dibeli dengan sistem kredit. Tanpa disadari, cicilan yang harus dibayar setiap bulan justru melebihi pendapatan yang dimiliki. Di sinilah besar pasak daripada tiang. Pendapatan yang dimiliki tak cukup untuk membayar semua cicilan kredit. Lantas, bagaimana solusinya? Banyak yang tetap memaksakan diri dengan menggali lubang baru, yakni berutang lagi, sehingga hidupnya disulitkan dengan gali lubang tutup lubang. Selain itu, tak sedikit pula yang menjual aset berupa motor, mobil, atau rumah baik yang sudah lunas maupun yang masih dalam jangka waktu kredit. Hidup mereka kembali dari nol, tanpa gelimang aset yang dulunya menjadi kebanggaan bahkan simbol kesuksesan semu.

  • Menjadikan utang sebagai gaya hidup

Ada kalimat bijak yang mengatakan, “Jagalah dirimu dari utang!”. Pada kalimat bijak tersebut tersirat makna janganlah mudah tergiur dengan utang. Sekali berutang, Anda akan terlena dengan rasa manis, selanjutnya Anda akan lebih berani dan akhirnya terjerat sehingga menjadikannya sebagai gaya hidup. Manisnya utang hanya akan Anda rasakan di awal saja, berikutnya hanya rasa pahit yang tersisa.

Kesalahan orang yang mengalami kebangkrutan karena menjadikan utang sebagai gaya hidup. Sadar bahwa pendapatan yang dimiliki tidaklah mampu mencukupi semua kebutuhan dan keinginannya. Namun, rayuan utang seolah begitu merdu terdengar di telinga. Ingin travelling keliling dunia, makan di restoran mewah, atau membeli barang-barang bermerek nan eksklusif tak perlu menunggu tabungan terkumpul, toh bisa utang dulu bayarnya belakangan, yang penting bisa eksis dan dipandang sebagai orang kaya.

Orang-orang yang hanya mengejar materi dan status sosial memiliki potensi yang besar untuk mengalami kebangkrutan. Bagaimana tidak? Mereka akan dengan mudah tergiur pada kehidupan berbiaya mahal hanya untuk mengejar pengakuan dari orang-orang di lingkungan sekitarnya sebagai orang yang modern, keren, kaya, kekinian, dan sebagainya. Penebusan pengakuan yang begitu mahal tersebut sering kali tidak diimbangi dengan kemampuan secara finansial. Oleh sebab itu, berutang, lagi, dan lagi menjadi satu-satunya pilihan untuk mendapatkan pengakuan tersebut.

  • Tidak kreatif dan produktif, tetapi justru konsumtif

Kreativitas dan produktivitas akan mendatangkan income yang dapat digunakan untuk melakukan kegiatan konsumsi terkait dengan pemenuhan kebutuhan. Sayangnya, kebanyakan orang mengalami kegagalan finansial yang bermuara pada kebangkrutan disebabkan oleh kurangnya atau bahkan tidak ada kreativitas dan produktivitas, tetapi berlaku konsumtif. Bangkrut tidak selalu dialami oleh mereka yang memiliki perusahaan saja, tetapi mereka yang bekerja sebagai karyawan pun juga bisa mengalaminya.

Misalnya ketika terjadi resesi ekonomi, tak sedikit perusahaan yang melakukan pengurangan karyawan melalui PHK (Pemutusan Hubungan Kerja). Jika karyawan yang di-PHK tidak kreatif dan produktif, maka mereka tidak akan bisa membangun dan merintis bisnisnya sendiri. Dengan kata lain, mereka tidak memiliki sumber pendapatan pengganti gaji yang dulunya diterima setiap bulan. Dampaknya, mereka tidak memiliki dana untuk memenuhi kebutuhan hidupnya bahkan keluarganya. Padahal, perilaku konsumtif selama masih memiliki pendapatan bulanan sulit diredam apalagi dihilangkan. Kondisi seperti inilah yang akan mendorong orang untuk berutang dan terus berutang.

Lain ceritanya jika orang-orang memiliki kreativitas dan produktivitas yang tinggi. Mereka akan membangun bisnisnya sendiri meski dalam skala kecil, berusaha menciptakan sesuatu yang bisa dijual dan menghasilkan uang. Faktor kreatif dan produktif ini jika dikembangkan akan menumbuhkan kemandirian finansial.

  • Tidak melakukan perencanaan finansial

Tahukah Anda bahwa kebanyakan orang berlaku boros hingga bangkrut karena tidak pernah membuat perencanaan finansial? Mereka tidak suka dipusingkan dengan membuat anggaran untuk setiap pengeluaran kebutuhannya. Bagi mereka, uang yang dimiliki merupakan harta likuid yang bisa dibelanjakan kapan saja dan di mana saja. Padahal, tidak adanya perencanaan finansial berupa anggaran pengeluaran, justru menyulitkan saat ingin mengecek dan melacak pengalokasian dana yang ada. Risikonya, penggunaan dana menjadi tanpa batas sehingga terjadilah pemborosan. Sikap boros yang dibiarkan tentu akan menjadi suatu kebiasaan yang sulit untuk dihilangkan. Mereka seolah tidak menyadari bahwa sikap boros tersebut berpotensi menjadi benih kebangkrutan.

Perencanaan finansial dianggap sebagai beban berat sehingga tak perlu dilakukan. Dalih yang umum dikemukakan, membelanjakan uang sendiri kok dibatasi. Oleh sebab itu, mereka tak hanya membelanjakan uangnya untuk membeli barang-barang yang dibutuhkan saja, tetapi juga yang diinginkan meski sebenarnya tidak membutuhkan. Pengeluaran yang tidak terkontrol jelas membahayakan kesehatan finansial. Dengan tidak adanya rencana anggaran, mereka tidak bisa memperkirakan dan memperhitungkan dana yang telah dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan dan lainnya. Tak heran jika mereka sering kali mengalami defisit atau kehabisan uang padahal waktu gajian masih lama. Akhirnya, berutang menjadi solusi terbaik untuk mendapatkan suntikan dana.

Pada prinsipnya kebangkrutan disebabkan oleh ketidakmampuan mengelola keuangan dengan baik. Meski perekonomian sedang lesu, jika sebelumnya aset yang dimiliki dialokasikan untuk investasi, maka risiko bangkrut bisa diminimalisir bahkan dihindari. Selain itu, banyak orang mengalami kebangkrutan karena memilih untuk menerapkan gaya hidup mewah, berlaku boros dan konsumtif, serta menjadikan utang sebagai sumber dana untuk membiayai kehidupannya.

Artikel Terkait

Demikianlah artikel tentang penyebab orang mengalami kebangkrutan, semoga bermanfaat bagi Anda semua.



Penyebab Asuransi Jiwasraya Gagal Bayar
Alasan Mengapa Tidak Banyak Orang Memulai Bisnisnya
Benarkah Mencetak Uang Terlalu Banyak Secara Langsung Jadi Penyebab Inflasi?
Siapa Orang Paling Kaya Sepanjang Jaman?
Penyebab Krisis Energi di Inggris
Apa Penyebab Inflasi?
Orang-orang yang Bertanggung Jawab Karena Menyebabkan Krisis Ekonomi
Harga Emas Cenderung Naik, Apa Penyebabnya?
Mengenal Tuna Grahita, Cici-ciri, Penyebab dan Cara Mengatasi
Apa Penyebab Utama Kemiskinan?


Bagikan Ke Teman Anda