Kami menyediakan berbagai simulasi kredit, dari kredit mobil, kredit rumah, kpr, kartu kredit dan lain-lain. Simulasi pinjaman bisa juga dilakukan di sini.

Cara Menyiapkan Anak Menjadi Seorang Dokter

Setiap orang tua pasti menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya, termasuk profesi anak di masa yang akan datang. Siapa orang tua yang tidak bangga jika anaknya menjadi seorang dokter? Tentu semua orang tua merasa bangga. Namun, menjadikan anak sebagai seorang dokter tidaklah mudah. Selain anak harus memiliki kemampuan secara akademis, orang tua dituntut untuk mampu memberikan dukungan baik secara psikologis dan finansial.

Meski tidak mudah, bukan berarti tidak bisa. Orang tua perlu menyiapkan sejak dini agar anak dapat meraih cita-cita menjadi seorang dokter. Persiapan sejak dini tentu saja berkenaan dengan kemampuan akademis sang anak dan juga finansial dari orang tua. Sebab, untuk masuk ke jurusan kedokteran dibutuhkan kecerdasan berpikir dan mengelola emosi. Hal ini tentu saja tidak bisa diperoleh secara instan, tetapi harus melalui proses belajar yang cukup panjang. Oleh sebab itu, anak perlu dipersiapkan sejak dini agar memiliki kedua jenis kecerdasan tersebut.

Tentu menjadi tantangan tersendiri bagi orang tua untuk menyiapkan anak menjadi seorang dokter. Lantas, bagaimana caranya? Berikut cara yang umum dilakukan orang tua untuk menyiapkan anaknya menjadi seorang dokter.

1. Perkenalkan dunia medis sejak dini

Tak kenal maka tak sayang. Pepatah ini pun berlaku untuk menumbuhkan minat dan bakat anak di bidang kedokteran. Bagaimana anak bisa memiliki minat menjadi seorang dokter, apabila tidak mengetahui apalagi mengenal bidang tersebut. Di sinilah peran orang tua dimainkan.

Salah satu cara untuk menyiapkan anak menjadi seorang dokter adalah dengan memperkenalkan sains dan dunia medis sejak usia dini. Ajak anak untuk melakukan eksperimen sains yang tak hanya menyenangkan dan mengasyikkan, tetapi juga menambah pengetahuan. Misalnya es yang mencair karena dipanaskan, air sabun yang menghasilkan gelembung, lilin yang meleleh karena terkena api, dan lain sebagainya.

Selain dengan praktik langsung, Anda juga bisa memperkenalkan dunia medis kepada anak saat santai sambil menikmati es krim atau makanan favorit anak Anda. Dimulai dari yang paling sederhana, misalnya tugas dokter yang tak lepas dari kemanusiaan karena membantu banyak orang hingga syarat untuk menjadi seorang dokter.

Dokter merupakan pilihan karier yang sangat populer, namun persaingannya begitu ketat. Oleh sebab itu, Anda perlu menanamkan sejak dini dalam benak anak untuk rajin belajar, agar bisa masuk dan diterima di universitas fakultas kedokteran.

2. Kembangkan keterampilan hidup

Menjadi dokter tidaklah mudah. Tak hanya dibutuhkan kecerdasan secara akademik tetapi juga mental yang kuat. Kekuatan mental ini berkaitan dengan keterampilan hidup yang mencakup tiga hal, yaitu ketahanan, keseimbangan, dan kegigihan. Anda harus mampu mengembangkan keterampilan hidup anak Anda.

  • Ketahanan merepresentasikan kualitas hidup yang memungkinkan anak Anda lebih mudah mengelola hidupnya. Seorang mahasiswa kedokteran dituntut untuk mampu menghadapi serangkaian sikap, gaya komunikasi, dan temperamen dari kolega dan pasiennya. Tak jarang, seorang dokter harus menerima teriakan dari pasien yang emosional dengan pelayanan dan penanganan medis yang diberikan.
  • Keseimbangan berkenaan dengan kemampuan menyeimbangkan aktivitas akademisi, pribadi, dan ekstrakurikuler, yang masing-masing membutuhkan waktu dan perhatian. Dalam hal ini, peran Anda sebagai orang tua dibutuhkan untuk membantu anak agar mampu menentukan prioritas atas setiap skedul aktivitasnya. Hal ini penting agar selain melakukan aktivitas akademisi, anak juga dapat meluangkan waktu untuk berolahraga, menyalurkan hobi, merawat diri, dan lain sebagainya. Ke depannya, anak akan terbiasa menentukan prioritas dalam hidupnya, yang jika dimanifestasikan dalam karier kedokteran, anak bisa mengidentifikasi pasien yang membutuhkan penanganan lebih dulu, berdasarkan penyakitnya.
  • Kegigihan berkaitan dengan semangat pantang menyerah untuk mewujudkan kesuksesan karier sebagai seorang dokter, meski dalam kondisi sulit dan banyak rintangan sekalipun. Besarnya tantangan yang dihadapi dan kekecewaan yang dirasakan justru berpotensi menciptakan kecerdasan emosional.

3. Bimbing anak dalam membuat keputusan terbaik

Demi kesuksesan karier anak di masa depan, orang tua memang harus all out untuk mempersiapkannya. Orang tua dituntut untuk ikut aktif memberikan pendampingan kepada anak, termasuk dalam membimbing agar anak dapat membuat dan mengambil keputusan terbaik yang menempatkannya pada jalur untuk sukses di sekolah kedokteran.

Bantu anak Anda untuk mengidentifikasi minat dan bakatnya. Jika anak memang berminat dan berbakat di bidang kedokteran, maka dukung setiap aktivitasnya yang berhubungan dengan minat tersebut. Tak hanya itu, Anda juga perlu membantunya untuk meningkatkan keingintahuan intelektual dan mengembangkannya secara akademis.

Dorong anak Anda untuk terlibat dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan yang berhubungan dengan kedokteran selama di sekolah. Misalnya dokter kecil, Palang Merah Remaja (PMR), relawan atau aktivis sosial yang tentunya di bagian kesehatan, dan lain sebagainya. Keterlibatan dalam berbagai kegiatan yang berkaitan dengan kesehatan dan medis, akan memberikan pengalaman yang bermanfaat bagi kehidupan anak baik di masa kini maupun masa yang akan datang.

4. Latihlah untuk terbiasa menghadapi tekanan

Mendidik anak tak harus selalu dengan lemah lembut, tetapi ada kalanya tegas bahkan menekan. Hal ini perlu dilakukan agar anak memiliki karakter yang kuat dan tangguh, sehingga mampu menghadapi berbagai kondisi, terutama yang tidak menyenangkan. Pendidikan di bidang kedokteran memang tidak seperti militer, namun bukan berarti lepas dari tekanan.

Perlu diketahui bahwa dokter bukanlah pilihan karier sembarang yang bisa diwujudkan dengan mudah. Dokter merupakan pilihan karier yang harus ditempuh dengan pendidikan khusus yang baik, bahkan tak jarang membutuhkan pengorbanan. Sekolah kedokteran membutuhkan waktu yang cukup lama, sehingga harus mengorbankan waktu bersantai dan bersenang-senang dengan keluarga dan teman-teman, karena dituntut untuk belajar.

Tak hanya pengorbanan waktu, karier sebagai seorang dokter juga sering kali menimbulkan kelelahan baik secara emosional dan fisik karena jam kerja yang tidak selalu teratur. Ada kalanya dokter harus melakukan operasi pada pasien yang menghabiskan waktu hingga belasan jam. Tak hanya disibukkan dengan urusan medis, dokter juga disibukkan dengan urusan administrasi guna memenuhi prosedur birokrasi terkait dengan jaminan kesehatan pasien.

Begitu banyaknya tekanan yang dihadapi seorang dokter. Bagaimana Anda mengharapkan anak menjadi seorang dokter jika mentalnya lemah?

5. Jangan terlalu sering memberikan pujian

Idealnya orang tua akan memberikan pujian kepada anak di saat melakukan hal-hal yang baik. Pujian ini dimaksudkan agar anak selalu termotivasi untuk melakukan kebaikan secara berkesinambungan. Namun, jika Anda ingin mempersiapkan anak menjadi seorang dokter, hal tersebut tidak perlu dilakukan. Anda justru ‘dilarang’ untuk sering memberikan pujian.

Seorang dokter harus memiliki mental yang tangguh. Dipuji tidak terbang, dicaci tidak tumbang. Begitulah gambaran ketangguhan mental seorang dokter. Sebab, tidak ada yang akan memuji dokter ketika memberikan resep yang mujarab untuk meredakan sakit hingga sembuh, atau berhasil melakukan operasi yang cukup rumit. Dokter juga tidak menunggu pujian atas keberhasilannya.

Prinsipnya, Anda tidak perlu memberikan pujian atas setiap kebaikan dan keberhasilan yang dilakukan oleh anak Anda. Dengan begitu, anak Anda akan terbiasa melakukan kebaikan tanpa mengharap pujian dari siapapun.

6. Meminimalkan waktu istirahat

Kebanyakan orang sukses di dunia ini hanya menggunakan sedikit waktunya untuk tidur, selebihnya digunakan untuk melakukan aktivitas yang bermanfaat. Prinsip ini harus Anda terapkan saat menyiapkan anak menjadi seorang dokter.

Dalam pandangan orang, dokter merupakan profesi yang menyenangkan, terkesan kerjanya santai, tetapi gajinya besar. Namun sebenarnya tidaklah demikian. Dokter dituntut untuk selalu siaga bahkan dalam 24 jam. Oleh sebab itu, latih anak untuk peka terhadap segala sesuatu sehingga membuatnya tetap terjaga. Hal ini bukan berarti tidak boleh istirahat dan tidur sama sekali, hanya meminimalkan waktunya.

Ketika bertugas, seorang dokter harus siaga dan siap sedia jika sewaktu-waktu dibutuhkan. Tidur tidak selalu di tempat yang nyaman, sering kali hanya bersandar pada kursi atau menunduk pada meja di ruang jaga. Di saat kondisi darurat mengundang, dokter harus sigap untuk segera memberikan bantuan dan penanganan kepada pasien. Sebab kedaruratan tidak bisa menunggu dokter untuk sekedar menggeliat meregangkan otot atau mencuci muka dulu ketika bangun tidur. Waktu istirahat yang minimal akan meningkatkan kepekaan dan kesiagaan yang dibutuhkan seorang dokter.

7. Berdayakan untuk melakukan tugas-tugas rumah

Menjadi seorang dokter memang membutuhkan kesiapan akademis yang memadai. Namun, bukan berarti orang tua menuntut anaknya untuk belajar secara terus-menerus tanpa henti. Selain mengembangkan kemampuan akademik, orang tua juga perlu mengajarkan anak untuk sigap dan cermat dalam melakukan pekerjaan kepada anak. Caranya adalah dengan memberdayakan mereka untuk melakukan tugas-tugas rumah.

Kebersihan, ketelitian, kecermatan, dan ketangkasan anak bisa dilihat ketika mereka melakukan pekerjaan rumah seperti menyapu, mengepel, mencuci piring atau baju, merapikan kamar tidur, memotong rumput, dan lain sebagainya. Apa hubungannya?

Ketika anak terbiasa melakukan pekerjaan rumah, anak akan memiliki tanggung jawab terhadap setiap pekerjaan yang diamanahkan kepadanya. Dia akan memastikan hasil pekerjaan tersebut bersih, rapi, dan benar sesuai dengan kaidah yang semestinya. Bukankah dokter selalu dituntut untuk bersih dan steril? Bukankah dokter dituntut untuk benar dalam mendiagnosa penyakit pasien agar bisa dilakukan penanganan yang tepat?

8. Jadilah influencer bagi anak

Tak bisa dipungkiri bahwa orang tua merupakan influencer terbesar bagi anak-anaknya. Oleh sebab itu, jadilah influencer bagi anak Anda. Caranya adalah dengan mempraktikkan setiap perkataan Anda dalam perbuatan yang bisa ditiru oleh anak. Dengan kata lain, orang tua harus memastikan bahwa perbuatan yang mereka lakukan sesuai dengan perkataannya.

Anak akan melihat setiap tindakan orang tua, mulai dari cara dan gaya bicara, bersikap, hingga berpenampilan sejak mereka kecil. Oleh sebab itu, tunjukkanlah hal-hal yang positif di hadapan anak Anda. Sebab, segala sesuatu yang Anda perlihatkan kepada anak akan berpengaruh terhadap dirinya, bahkan membekas dalam benaknya hingga mereka tumbuh dewasa.

Sebagai contoh, orang tua yang berselisih di hadapan anak, tentu akan mengganggunya secara psikologis. Mereka akan berpikir orang tuanya tidak saling menyayangi, tetapi bermusuhan. Padahal tidaklah demikian, karena perselisihan diantara orang tua merupakan hal yang wajar, hanya saja jangan sampai terjadi di hadapan anak.

Sebaliknya, ketika keluarga dibangun dalam suasana yang harmonis dan kondusif, maka anak akan merasakan kenyamanan yang berpengaruh positif pada psikologi dan emosionalnya. Anak akan tumbuh menjadi pribadi yang penuh kasih dan lebih percaya diri. Anak akan lebih mudah memahami bagaimana suatu hubungan itu bekerja, baik dalam lingkup keluarga, kehidupan sosial, maupun kehidupan kerja.

9. Menjadi role model bagi anak

Pernahkah Anda mendengar kisah di mana dalam suatu keluarga menekuni profesi yang sama secara turun-temurun? Sebut saja keluarga dokter, keluarga polisi, keluarga tentara, keluarga pengusaha, dan lain sebagainya. Bagaimana seorang anak yang berprofesi sebagai dokter memiliki orang tua yang juga dokter, bahkan kakek atau nenek yang juga menekuni profesi sama? Jawabannya adalah role model atau permodelan peran.

Cara ini bisa dilakukan jika Anda sebagai orang tua juga berprofesi sebagai seorang dokter. Role model bisa dilakukan mulai dari Anda yang diturunkan kepada anak, kemudian anak kepada cucu, dan seterusnya. Ketika anak memiliki orang tua yang berprofesi sebagai dokter, maka dia telah akrab dengan peralatan dan lingkungan medis sejak kecil. Anak melihat cara orang tuanya bekerja. Jika kesan yang terbangun dalam diri anak adalah positif, maka dia akan tertarik untuk menekuni profesi di bidang yang sama. Demikian pula sebaliknya.

Anda bisa melibatkan anak ketika bekerja, meski hanya sekadar mengajaknya melihat cara Anda bekerja. Untuk membangun minat anak terhadap dunia medis, jelaskan padanya bahwa menjadi dokter adalah pekerjaan yang menyenangkan dan mengasyikkan, serta bisa menolong banyak orang. Dokter pekerjaan yang mulia karena berkaitan erat dengan kemanusiaan.

Citra positif yang dibangun mengenai profesi dokter akan menumbuhkan minat anak untuk menekuni bidang yang sama. Jika minat tersebut telah muncul, anak akan termotivasi untuk melakukan segala sesuatu yang mendukungnya agar bisa masuk ke sekolah kedokteran.

10. Dukung minat dan bakat anak

Jika anak Anda memang berminat dan berbakat untuk menekuni dunia medis, maka Anda akan lebih mudah mengarahkan dan mempersiapkannya. Meski Anda memiliki kendala secara finansial, Anda jangan pernah mencoba untuk mengecilkan minatnya. Anda bisa mengarahkannya untuk tekun belajar sehingga bisa memperoleh beasiswa guna membiayai sekolah kedokteran.

Jangan patahkan semangat anak dengan alasan keterbatasan orang tua. Tak hanya anak yang berusaha, tetapi juga orang tua. Tugas orang tua adalah mendukung minat anak untuk menjadi dokter dan berusaha mewujudkannya. Jika orang tua memiliki kemampuan finansial, maka fasilitasi anak untuk mewujudkan minat dan bakatnya tersebut. Sebab, anak merupakan investasi bagi orang tuanya di masa depan.

Artikel Terkait

Demikianlah artikel tentang cara menyiapkan anak menjadi seorang dokter, semoga bermanfaat bagi Anda semua.



4 Sebab Anak dari Keluarga Kaya Lebih Pintar daripada Anak dari Keluarga Miskin
Cara Mengajari Anak Menabung
Bagaimana Cara Mencegah Overspending?
Cara Mendapatkan Pelanggan Untuk Bisnis Baru
10 Cara Berhemat yang Salah
Cara Alokasi Dana Darurat yang Bijak
Pengertian dan Cara Menghitung Depresiasi
Cara Mengantisipasi dan Mencegah Pembobolan Kartu Kredit
Rumus Pendapatan Per Kapita, dari Pengertian Hingga Cara Menghitungnya
Bagaimana Menyiapkan Keuangan Pribadi Saat Menghadapi Resesi?


Bagikan Ke Teman Anda