Isu Resesi Menyeruak Akibat Pandemi Corona, Ini 6 Tandanya!
Dana Moneter Internasional atau yang lebih dikenal dengan IMF (International Monetary Fund), menyatakan bahwa pandemi virus corona (covid-19) telah mendorong ekonomi global ke dalam jurang resesi. Oleh sebab itulah, negara-negara terdampak harus segera tanggap dengan mempersiapkan pengeluaran stimulus dalam jumlah besar untuk menghindari kebangkrutan dan gagal bayar utang.
Apa itu resesi?
Resesi adalah suatu istilah dalam bidang ekonomi makro. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) resesi berarti kelesuan dalam kegiatan industri, dagang, dan sebagainya (seolah-olah terhenti); menurunnya (berkurangnya, mundurnya) kegiatan dagang (industri) di berbagai aspek.
Sementara itu, National Bureau of Economic Research (NBER) menyatakan bahwa, definisi resesi merupakan periode jatuhnya aktivitas ekonomi yang tersebar di seluruh bidang ekonomi. Periode ini berlangsung selama lebih dari beberapa bulan lamanya.
Adapun tanda-tanda awal resesi bisa terlihat melalui lima indikator ekonomi, di antaranya data pendapatan, pekerjaan, manufaktur, penjualan ritel, dan produk domestik bruto (PDB) secara riil.
Dampak terhadap Indonesia jika ekonomi dan keuangan mengalami krisis global
Menurut para ekonom, krisis ekonomi dan keuangan global cepat atau lambat sudah pasti turut memengaruhi perekonomian di Indonesia. Sektor yang pertama kali terpukul oleh krisis tersebut adalah sektor produksi dan pengeluaran perekonomian. Hal ini mengakibatkan konsumsi hingga daya beli masyarakat ikut terimbas jika tidak segera diantisipasi oleh pemerintah.
Padahal, konsumsi rumah tangga di sepanjang tahun 2020 ini diperkirakan masih menjadi pendorong utama dalam pergerakan roda perekonomian negara. Namun, laju pertumbuhannya bakal melambat. Demikian juga dengan daya beli masyarakat yang cenderung menurun jika mengingat hampir seluruh sektor ekonomi terkena dampak cukup signifikan dari virus corona.
Penurunan tingkat konsumsi dan daya beli masyarakat yang paling dalam diyakini terjadi di daerah-daerah yang mengandalkan sektor pariwisata sebagai pendapatan utamanya. Nah, penurunan sisi produksi ternyata juga turut memengaruhi kondisi pasar keuangan Indonesia. Mulai dari arus kas dan kinerja keuangan sebagian besar perusahaan, khususnya yang memiliki eksposur valuta asing.
Jadi jangan heran, jika ada peningkatan risiko kredit perbankan yang terdorong akibat adanya penurunan produktivitas sektor riil di Indonesia. Hal ini terindikasi dari peningkatan NPL (Non Performing Loan).
Isu resesi global 2020
Di tahun 2019 lalu, isu resesi global cukup santer terdengar. Resesi diprediksi bakal terjadi di tahun 2020 yang diperkuat dengan adanya peringatan dalam laporan United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD).
Saat itu, UNCTAD menilai adanya tanda-tanda resesi yang terlihat dari memanasnya tensi perdagangan, utang korporasi, dan pergerakan mata uang dunia. Selain itu, ada pula kurva yield obligasi AS yang terbalik disertai brexit tanpa adanya kesepakatan.
Dan ternyata, resesi global di tahun 2020 bukan hanya sekadar isu setelah merebaknya virus corona yang mengacak-acak perekonomian dunia.
Probabilitas resesi global di tahun 2020
Tak bisa dipungkiri, investor semakin takut menghadapi resesi global. Setidaknya, hal ini terlihat dari berbagai survei yang dilakukan terhadap aset manajemen besar di dunia.
Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Absolute Strategy Research peluang terjadinya resesi mencapai 52%. Riset ini dilakukan pada lebih dari 200 lembaga yang mengelola aset gabungan senilai US$ 4,1 triliun.
Diketahui, prospek kepercayaan bisnis dan pendapatan perusahaan telah meredup. Bahkan, tingkat pengangguran AS juga diprediksi mengalami peningkatan di sepanjang tahun ini.
Pun UBS yang melakukan survei terhadap 360 kantor keluarga global dengan kekayaan keluarga rata-rata sekitar US$ 1,2 miliar. Hasilnya, sebanyak 55% di antaranya memprediksikan terjadinya resesi di tahun 2020 ini. Ada 45% responden sudah menyesuaikan portofolio mereka termasuk beralih ke obligasi dan properti untuk memitigasi risiko tersebut. Sementara sisanya, meningkatkan cadangan dana kas.
Para pakar ekonomi mengatakan, dalam teori ekonomi, kecemasan awal pelaku pasar akan resesi benar-benar bisa memicu terjadinya resesi. Sebab, pelaku pasar yang berpikir negatif akan cenderung menahan konsumsi sehingga permintaan akan turun dan ekonomi melambat.
Tanda-tanda resesi global
Resesi juga bisa dikatakan sebagai kontraksi ekonomi yang ditandai dengan adanya penurunan pertumbuhan signifikan setidaknya selama enam bulan atau dua kuartal berturut-turut. Banyak pihak mengatakan, resesi global terjadi ketika tingkat pertumbuhan PDB negatif atau negative growth muncul dalam dua kuartal berturut-turut atau lebih.
Dari sejumlah analisis ekonom dan pelaku pasar, setidaknya ada beberapa hal yang menjadi tanda-tanda terjadinya resesi, yakni sebagai berikut:
- Indeks ketidakpastian kebijakan ekonomi meningkat
Indeks Ketidakpastian Kebijakan Ekonomi atau Economic Policy Uncertainly Index (EPU) adalah suatu indeks yang dirancang khusus untuk mengukur kekhawatiran terkait kebijakan di seluruh dunia. Pada bulan Juni lalu, EPU mencapai level tertinggi sepanjang masa, yaitu di angka 342.
Indeks EPU mampu melacak berapa kali artikel surat kabar menggunakan kata kunci yang terkait dengan ketidakpastian politik dan ekonomi. Selain itu, hal ini bertujuan mengukur spektrum ketidaksepakatan di antara para ekonom. Semakin banyak perbedaan pendapat yang muncul, maka semakin tinggi indeks berjalan.
- Kondisi ekonomi di Amerika Serikat, Jepang, Eropa, dan Cina melemah
Pertumbuhan ekonomi di beberapa negara seperti, Amerika Serikat, Eropa, Cina, dan Jepang diperkirakan melambat pada tahun 2020. Hal itu menyebabkan terhambatnya pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang.
- Kontraksi manufaktur
Para Agustus tahun lalu, pertumbuhan industri manufaktur Amerika Serikat melambat ke level terendah sejak 10 tahun terakhir. PMI manufaktur AS mengalami penurunan mencapai 49,9 dari angka 50,4. Angka ini berada di bawah ambang batas netral untuk pertama kalinya sejak September 2009 silam.
- Kondisi ekonomi makro domestik
Badan Pusat Statistik telah merilis pertumbuhan ekonomi pada kuartal III 2019 berada di level 5,02 persen. Angka ini terbilang lebih rendah ketimbang kuartal III 2018 yang tercatat sebesar 5,17 persen. Rupanya, pertumbuhan tersebut mengalami kelambatan karena kondisi perekonomian yang diliputi ketidakpastian. Tentu saja, hal ini berdampak pada ekonomi kawasan, baik di negara maju ataupun negara berkembang.
- Laba bersih korporasi mengalami penyusutan
Salah satu tanda-tanda resesi global juga terlihat dari pertumbuhan laba bersih berbagai perusahaan asal Amerika Serikat yang turun drastis di tahun ini. Pada akhir Desember 2019 lalu, para analis memperkirakan earnings growth S&P 500 berada di angka 7,6 persen.
Nah, saat ini, angka tersebut hanya sekitar 2,3 persen saja. Bahkan, Goldman Sachs dan Citigroup Strategist telah memangkas sejumlah estimasi laba bersih untuk perusahaan di indeks S&P 500, sesuai dengan perlambatan ekonomi dan devaluasi mata uang yang terjadi.
- Terjadinya yield kurva terbalik Amerika Serikat
Kurva imbal hasil obligasi yang terbalik atau disebut juga dengan inverted yield curve bisa dijadikan tanda awal resesi ekonomi global. Kurva imbal hasil terbalik menandakan bunga obligasi pemerintah jangka pendek yang lebih tinggi daripada bunga obligasi jangka panjang.
Dalam ekonomi yang sedang tumbuh, tingkat pengembalian yang lebih tinggi diperlukan sebagai bentuk kompensasi bagi investor. Hal ini berfungsi untuk menahan uang mereka dalam jangka waktu lebih panjang. Namun, saat kurva imbal hasil berada di posisi terbalik, investor akan menganggap prospek ekonomi jangka panjang tak lagi menarik.
Sejak tahun 1955 silam, setiap resesi yang terjadi di Amerika Serikat selalu didahului oleh kurva imbal hasil terbalik. Hal ini menyebabkan yield obligasi sepuluh tahun AS jatuh di bawah imbal hasil obligasi dua tahun pada Agustus lalu untuk pertama kalinya sejak 2007.
Tak heran, jika akhirnya banyak investor yang cemas ini semua merupakan tanda-tanda terulangnya resesi. Credit Suisse mengatakan, umumnya resesi terjadi sekitar 22 bulan setelah terjadinya inversi rata-rata.
Investasi menghadapi resesi ekonomi global
Anda tak perlu khawatir, meski nantinya resesi ekonomi global benar-benar terjadi. Bahkan, tak menutup kemungkinan Anda bisa meminimalisir dampaknya. Caranya mudah kok, Anda hanya perlu berinvestasi mulai dari sekarang.
Berikut ini beberapa aset dan instrumen investasi terbaik yang bisa Anda pilih sebelum menghadapi resesi ekonomi secara global.
- Deposito
Deposito merupakan jenis investasi paling tepat jika kamu lebih suka bermain produk keuangan yang diterbitkan oleh perbankan. Aset deposito terbilang cukup aman selama dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Bahkan, jika terjadi resesi global di tahun 2020 ini.
Perlu Anda ketahui, batas maksimal deposito adalah Rp 2 miliar per orang pada tiap bank yang ada di Indonesia.
Selain itu, menggunakan deposito sebagai investasi berarti nilai pokok dari uang yang Anda setorkan akan terjaga dengan baik. Itulah mengapa deposito yang berjangka dianggap lebih baik ketimbang instrumen investasi lainnya, seperti saham dan obligasi. Kedua investasi tersebut pada dasarnya memiliki risiko yang memengaruhi nilai pokok dana awal yang dimiliki dan mungkin akan berkurang.
Nilai pokok dari obligasi sendiri sangat tergantung pada perubahan atau pergerakan suku bunga yang sedang terjadi. Kata lainnya, jika suku bunga mengalami kenaikan, maka harga obligasi akan menurun. Begitu juga dengan saham yang tergantung dari pergerakan kondisi pasar.
- Dollar AS
Instrumen investasi lain yang menguntungkan dan cukup efektif dalam melawan inflasi besar-besaran adalah dollar AS, mengingat Amerika adalah negara dengan kondisi ekonomi terbaik di dunia. Tak hanya itu, nilai tukar dollar terhadap rupiah juga terus mengalami kenaikan cukup signifikan sekitar 47,4 persen dalam satu dekade terakhir.
Dollar pun jauh dari risiko terkena devaluasi. Artinya, jika saat ini Anda memiliki uang sejumlah 100 USD, maka uang yang akan Anda miliki nantinya tetap berjumlah 100 USD. Tentu saja, hal ini berbeda jauh dengan rupiah. Jika Anda menyimpan uang sebesar 10 juta, maka beberapa bulan ke depan, nilainya bisa dipastikan berubah tergantung kurs yang berlaku.
- Logam mulia
Pilihan investasi berikutnya untuk melawan resesi global adalah logam mulia, seperti emas. Alasannya cukup sederhana, karena sejak dulu emas memang selalu dijadikan pelindung harta untuk melawan inflasi. Saat inflasi mengalami kenaikan, harga emas juga cenderung naik. Sementara kelebihan lainnya, emas mudah disimpan dan dijual kembali.
Investasi emas bisa dibilang sangat berbeda dengan investasi lain yang memerlukan modal cukup banyak. Perlu Anda ketahui, investasi emas ternyata bisa dilakukan dengan modal yang sangat kecil disesuaikan dengan kemampuan Anda. Contoh sederhananya, program tabungan emas yang memungkinkan Anda memiliki emas dengan berat minimum 0,01 gram saja sehingga sangat ringan untuk diwujudkan.
- Surat Berharga Negara (SBN)
Salah satu jenis investasi yang juga bisa Anda coba sebelum menghadapi resesi global adalah Surat Berharga Negara (SBN). Jenis investasi satu ini mampu melawan resesi sekaligus membantu negara. Surat utang yang diterbitkan oleh negara seperti ini, tergolong instrumen investasi yang sangat aman karena dijamin oleh negara. Bahkan, penjaminan ini tercantum pada UU Surat Utang Negara (UU SUN). Sekadar informasi, SBN ini bisa Anda beli mulai dari Rp 1 jutaan saja.
- Reksa dana non-saham
Ada berbagai jenis reksa dana, namun yang dinilai paling kuat menahan resesi adalah reksa dana non-saham. Mulai dari reksa dana pendapatan tetap, reksa dana proteksi, sampai reksa dana pasar uang.
Demikian ulasan mengenai tanda-tanda resesi ekonomi global yang sangat mungkin terjadi di tahun 2020 ini. Isu ini pun kian merebak ketika virus corona menyerang hampir di 200 negara di dunia. Oleh sebab itu, Anda patut tahu apa saja tanda-tanda resesi sehingga bisa lebih waspada. Sebab, Indonesia juga dipastikan sebagai salah satu negara terdampak.
Artikel Terkait
- 9 Sektor Industri yang Tersungkur Akibat Hantaman Virus Corona
- Siapa yang Bakal Terdampak Akibat Adanya Lock Down?
- Apa yang Akan Berbeda Setelah Adanya Corona Virus
- Kegiatan yang Bisa Dilakukan Bersama Anak-Anak Selama Karantina di Rumah
Demikianlah artikel tentang 6 tanda isu resesi menyeruak akibat pandemi corona, semoga bermanfaat bagi Anda semua.