Kesalahan-kesalahan yang Kerap Dilakukan Startup
Sebagai sebuah usaha awalan, startup pun tak luput dari kegagalan. Bisa dilihat dari sejumlah startup yang sempat muncul dan kemudian menghilang setelah beberapa tahun menyediakan jasa mereka kepada konsumen.
Kegagalan ini bisa terjadi dalam skala global maupun lokal. Untuk skala global bisa dilihat dari mundurnya Foodpanda dan Rakuten dari persaingan mendapatkan pasar di Indonesia. Dua startup asal luar negeri itu menarik diri dari Indonesia, namun di level internasional jasa keduanya masih banyak digunakan dan usahanya tetap berjalan.
Jika ditelisik lebih lanjut, ada sejumlah faktor yang membuat sebuah startup gagal berkembang. Berikut beberapa faktor utama yang kerap jadi penyebab startup akhirnya harus tumbang.
1. Tidak memenuhi kebutuhan konsumen
Para pelaku startup kerap lupa bahwa apapun produk yang disediakan haruslah yang dibutuhkan oleh masyarakat. Banyak startup yang harus menerima kegagalan akibat tidak mampu menyediakan produk yang memang dibutuhkan masyarakat.
Banyak startup lebih fokus untuk menyelesaikan masalah yang mereka alami sendiri. Bukan masalah yang dihadapi masyarakat dan kemudian menyediakan solusinya. Ini biasanya dipengaruhi oleh mindset yang salah yang dimiliki para pelaku startup.
Mereka cenderung berpikir dengan analisis yang buruk mengenai hal-hal yang tengah dibutuhkan masyarakat. Menurut data CBInsights, mayoritas startup yang mengalami kegagalan adalah karena tidak bisa memberi apa yang dibutuhkan pasar. Sekitar 42 persen dari 1000 tulisan para founder startup menyebutkan hal ini sebagai faktor utama kegagalam mereka.
Para pelaku startup yang gagal cenderung fokus untuk menyelesaikan masalah yang menarik untuk diselesaikan. Mereka justru kurang memerhatikan masalah dan kebutuhan seperti apa yang ada di pasar atau masyakarat.
Gojek bisa menjadi startup yang melejit di Indonesia karena memang memberikan solusi dari kebutuhan masyarakat. Tertuma bagi mereka yang tinggal di kota besar dengan tingkat mobilitas yang tinggi.
2. Manajeman investasi yang buruk
Mayoritas startup mengembangkan bisnis mereka dengan sokongan dana dari investor. Jumlahnya bisa tidak terbatas. Tergantung dari value startup itu sendiri saat dilihat para investor. Bahkan, sokongan dana ini tidak hanya berhenti pada satu atau dua investor saja. Saat startup tersebut mengalami perkembangan usaha yang baik, maka investor lain pasti akan berdatangan.
Namun, itu hanya berlaku bagi mereka yang mampu mengelola dana investasi dengan baik. Bagi startup yang kemampuan dalam mengelola sokongan dana dari investor sangat buruk, dapat dipastikan umur mereka tidak akan panjang.
Sebuah hasil riset menunjukkan bahwa 29 persen startup sudah kehabisan dana di tengah perjalanan. Mereka kemudian gagal mendapatkan sokongan dana baru karena value dari usaha yang dilakukan belum besar dan menarik di mata investor.
Biasanya hal ini terjadi karena para pelaku startup salah melakukan perhitungan terkait modal yang didapat. Bisa juga mereka terlalu jorjoran memasarkan produk tanpa melihat kualitas yang dihasilkan. Akibatnya, produk mereka tidak diserap pasar dan hanya membuang dana tanpa mendapatkan timbal balik yang mencukupi.
3. Satu orang untuk banyak tugas
Startup memang sebuah usaha yang relatif efisien dalam penggunaan sumber daya manusia. Facebook saat masih menjadi startup pun dimulai oleh segelintir orang saja. Namun, ketika usaha mereka berkembang maka harus ada penambahan sumber daya manusia. Baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Inilah yang kerap dilupakan para pelaku startup.
Hal ini biasanya dialami oleh pelaku startup yang dimotori oleh satu orang founder. Memang dengan melakukan banyak tugas, sang founder ini akan punya pengetahuan dan kemampuan baru. Tapi ini justru menjadi kendala saat akan mengembangkan usahanya.
Dengan visi dan misi yang hanya dipegang oleh sang founder, mitra kerjanya justru akan bekerja tanpa arahan yang jelas. Akibatnya mereka pun bekerja dengan seadanya.
Saat sang owner sakit atau mempunyai kepentingan lain di luar usahanya, maka dapat dipastikan pergerakan bisnisnya menjadi stagnan. Sebuah startup yang terlalu didominasi oleh satu orang dalam melakukan banyak hal, cenderung akan mengakhiri usaha mereka lebih cepat.
4. Terlalu fokus mendapatkan investor
Model bisnis startup ini memang lebih banyak mengandalkan dana dari para investor. Para pelaku startup pun selalu berusaha menyiapkan proposal yang mampu menarik minat para investor untuk mengucurkan dana. Tapi justru inilah yang kerap menjadi penyebab kegagalan pelaku startup.
Mereka menjadi lebih sibuk merancang proposal usaha dan melakukan presentasi cantik di hadapan investor. Sejumlah ide-ide gemilang dimunculkan demi mendapatkan sokongan dana yang melimpah. Kesibukan ini membuat mereka lupa untuk mengembangkan bisnis yang dijalani.
Bahkan ini tetap dilakukan ketika usaha startup mereka sudah mulai berjalan. Akibatnya, usaha yang dijalankan pun tak berkembang sesuai harapan. Kesalahan fokus ini cukup banyak dilakukan para startup yang pada awalnya ingin mendapatkan dana untuk mengembangkan usaha. Tapi pada praktiknya ternyata lupa untuk mengembangkan usaha mereka.
Artikel Terkait
- Apa Beda Startup dan UKM?
- Saran-saran dalam Berbisnis
- Bisnis yang Bisa Dilakukan Secara Online dengan Modal Sedikit
- Ini Dia 7 Kebiasaan Agar Bisnis Anda Sukses
Demikianlah artikel tentang kesalahan-kesalahan yang kerap dilakukan startup, semoga bermanfaat bagi Anda semua.