10 Negara Ini Paling Berbahaya untuk Perempuan Traveling Sendirian
Tahun 2018, Thomson Reuters Foundation menerbitkan sebuah penelitian tentang negara-negara yang dianggap berbahaya bagi perempuan. Penelitian tersebut melibatkan 548 peneliti ahli di bidang gender yang berasal dari negara-negara di lima benua. Enam isu yang menjadi topik penelitian adalah kesehatan, ekonomi, kekerasan seksual dan nonseksual, tradisi atau budaya, serta women trafficking (perdagangan perempuan).
Di bawah ini adalah hasil penelitian Thomson Reuters Foundation tentang 10 negara paling berbahaya untuk perempuan dimulai dari peringkat ke 10.
- Amerika Serikat
Dalam survey sebelumnya di tahun 2011, Amerika Serikat tidak masuk ke dalam negara yang berbahaya untuk kaum perempuan. Namun perkembangan politik AS belakangan ini membuat responden merasa was-was. Meskipun kekerasan yang diakibatkan konflik militer atau perang tidak terjadi, namun perempuan di AS rentan mengalami kekerasan seksual, pelecehan, dan seks paksa. Dalam lima tahun terakhir sejumlah kampanye anti kekerasan seksual dilakukan di AS sebagai tanda berkurangnya komitmen dalam kegiatan perlindungan terhadap perempuan.
- Nigeria
Negara federal ini termasuk cukup mapan secara ekonomi di antara negara-negara di Afrika Barat. Namun konflik antarsuku dan perebutan kekuasaan politik menjadikan negara ini rentan bagi keamanan perempuan. Terlebih penduduknya cukup padat dan sebagian besar bekerja di sektor informal seperti pertanian, pertambangan, dan manufaktur. Perempuan berperan pasif dalam ekonomi sehingga mudah menjadi sasaran kekerasan domestik, di luar risiko terekspos pada keributan antarsuku.
- Yaman
Dalam indeks korupsi, Yaman berada di lima besar negara terkorup di dunia. Kemiskinan dan konflik politik berkepanjangan membuatnya masuk ke dalam Negara Rentan versi Global Data yang diterbitkan oleh American Funds for Fragile Countries (Pendanaan Amerika untuk Negara Rentan). Yaman dianggap negara gagal yang tidak lagi mampu bertanggung jawab atas keamanan dan ekonomi penduduknya. Akibatnya, risiko yang diterima kaum perempuannya semakin parah. Kekerasan domestik dan kekerasan seksual akibat perang tak terelakkan, ditambah perempuan Yaman juga cenderung pasif dalam kegiatan ekonomi.
- Republik Demokratik Kongo
Keadaan di RD. Kongo tak jauh berbeda dari Nigeria, Yaman, dan negara-negara di Afrika lainnya. Negara-negara miskin dan berkembang yang belum lama merdeka atau transisi biasanya mengalami turbulensi tinggi akibat perebutan kekuasaan. Wilayah geografis dan topografi juga berpengaruh pada kondisi internal penduduknya. DI Kongo sebagian besar penduduk berada di bawah garis kemiskinan. Perempuan di Kongo menghadapi kesulitan dalam akses makanan dan air bersih cukup sulit. Selain itu, tingkat women trafficking (perdagangan perempuan) juga cukup tinggi, menambah risiko bagi perempuan yang bepergian sendirian.
- Pakistan
Pakistan dulunya adalah pecahan dari India. Konflik sosial dan agama saling bertaut menimbulkan perang sipil yang berujung pada referendum. Pakistan yang mayoritasnya muslim secara legal tidak lagi menganut sistem kasta seperti yang berlaku di India. Namun akar budayanya masih terasa. Ditambah lagi banyak penduduknya yang menganut Islam fundamentalis. Akibatnya posisi perempuan makin terjepit, terutama jika dia mulanya berasal dari garis kasta rendah di India.
- Saudi Arabia
Negara yang kaya akan minyak dan devisa pariwisata ini ternyata sangat ketat peraturannya mengenai perempuan. Bahkan ada aturan perempuan dilarang menyetir mobil sendiri. Ketika bepergian, perempuan harus didampingi oleh wali laki-laki yang merupakan salah satu dari kerabatnya. Misalnya suami, paman, adik atau kakak, bahkan anak. Dalam aturan pendidikan pun, mahasiswa dari luar Saudi Arabia harus memiliki suami sebelum menempuh pendidikan di sana.
- Somalia
Konflik antarsuku dan sekte di Somalia membuat kekerasan seolah menjadi tradisi yang wajar. Perempuan berada di titik paling rentan karena secara fisik cenderung tidak bisa membela diri dibandingkan kaum laki-laki. Relasi gender di Somalia juga sangat timpang karena sebagian besar masyarakatnya menganut Islam fundamentalis yang punya aturan ketat bagi perempuan di ranah publik.
- Suriah
Posisi Suriah sebagai urutan ke tiga negara paling berbahaya untuk perempuan disebabkan terbatasnya sistem dan fasilitas kesehatan akibat perang sipil berkepanjangan. Hal ini menjadi isu kerentanan sendiri bagi perempuan yang hamil dan akan melahirkan. Keterbatasan dukungan fasilitas kesehatan mendorong tingginya angka kematian bayi dan ibu melahirkan. Selain itu, tradisi masyarakat sangat terbuka dengan pernikahan usia dini.
- Afghanistan
Kondisi pemenuhan hak-hak perempuan makin parah sejak Afghanistan sempat dikuasai Taliban. Perempuan mendapatkan akses lebih sedikit untuk mendapat pendidikan. Ditambah dengan konflik yang tak kunjung surut, perempuan di Afghanistan sangat rentan terhadap kekerasan domestik dan kekerasan ekonomi. Afghanistan sendiri situasinya memang tidak kondusif untuk traveling, apalagi bagi perempuan jika sendirian. Keamanan wilayah harus menjadi perhatian utama bagi turis yang akan berkunjung.
- India
Meningkatnya kesadaran atas kesetaraan gender dan hak-hak perempuan telah menyibak aib India sebagai negara dengan kasus kekerasan terhadap perempuan tertinggi. Tercatat di tahun 2017 hingga 2016, kekerasan terhadap perempuan, baik seksual maupun nonseksual meningkat hingga 83%. Skor India sebagai negara paling bebahaya untuk perempuan juga diperkuat dengan kasus perkosaan yang dipublikasi tahun 2012. Seorang turis asing yang mengendarai sebuah bus di New Delhi diperkosa oleh penumpang-penumpang pria dan sopirnya hingga meninggal akibat luka parah. Ditambah tradisi lokal yang sangat patriarki, para perempuan India dan turis asing harus ekstra hati-hati dalam menjaga keamanan diri.
Secara umum kesepuluh negara di atas dapat dimasukkan ke dalam 3 klaster: Klaster India (India, Pakistan, Afghanistan), Klaster Afrika (Nigeria, Kongo, Somalia), dan Arab (Arab Saudi, Yaman, Suriah). Amerika Serikat adalah satu-satunya negara barat yang masuk ke dalam daftar ini sekaligus untuk pertama kalinya. Jakarta sendiri sempat masuk ke dalam daftar kota yang tidak aman untuk perempuan karena tingginya tingkat kriminalitas dan pelecehan seksual terhadap perempuan. Namun secara keseluruhan Indonesia masih di peringkat belasan. Faktor ekonomi dan keamanan menjadi faktor yang paling menentukan karena mempengaruhi faktor-faktor lain. Karenanya daftar tersebut seringkali terisi oleh negara-negara miskin dan berkembang.
Artikel Terkait
- Modus Baru Pembobolan ATM Lewat Struk, Jangan Buang Sembarangan
- Contoh-Contoh Kasus Pencurian Identitas
- Apa Itu Pencurian Identitas
- Metode-Metode Money Laundry
Demikianlah artikel tentang 10 negara ini paling berbahaya untuk perempuan traveling sendirian, semoga bermanfaat bagi Anda semua.