Apa itu Aset Goodwill?
Bicara tentang laporan keuangan tentu tak lepas dari berbagai jenis laporan mulai dari neraca, laba rugi, aliran kas, jurnal, dan lain sebagainya, di mana pada masing-masing laporan keuangan tersebut menampilkan jenis-jenis akun yang berbeda. Tak bisa dipungkiri bahwa laporan keuangan mampu memberikan informasi mengenai kondisi finansial suatu perusahaan. Sebab itu, setiap perusahaan apalagi yang telah go public wajib untuk mempublikasikan laporan keuangannya setiap tahun.
Laporan keuangan tersusun atas akun-akun. Akun pendapatan dan beban menjadi dasar penyusunan laporan laba rugi, di mana laporan ini memberikan informasi yang berkenaan dengan profitabilitas perusahaan, yakni kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan. Selain laporan laba rugi, neraca keuangan menjadi laporan keuangan yang tak kalah fenomenal dan memiliki peran signifikan dalam pengambilan keputusan keuangan.
Neraca keuangan menunjukkan keseimbangan antara harta atau aset dengan kewajiban dan modal. Kemampuan perusahaan dalam mengelola aset ini dapat tercermin dari besarnya modal dan kewajiban. Aset dalam akuntansi disebut sebagai aktiva yang dibedakan menjadi empat, yakni aktiva lancar, aktiva tetap, investasi jangka panjang, dan aktiva tetap tidak berwujud.
Aktiva tetap tidak berwujud merupakan hak istimewa yang dimiliki perusahaan. Meski tak berwujud, namun jenis aktiva ini memiliki nilai. Ada banyak jenis aktiva tak berwujud yang dimiliki oleh perusahaan, seperti hak paten, hak cipta, merek dagang, franchise, dan goodwill.
Anda mungkin sering mendengar tentang hak paten atau hak cipta, namun istilah goodwill seakan masih terasa asing di telinga. Bagi mereka yang telah berkecimpung di bidang akuntansi tentu sudah familiar dengan istilah goodwill. Namun bagi mereka yang awam, mungkin masih bertanya-tanya apa itu goodwill.
Apa itu goodwill?
Goodwill merupakan bagian dari aset dalam neraca keuangan yang termasuk dalam kategori aktiva tak berwujud. Sebagai aset yang tak berwujud, nilai goodwill sulit untuk diukur, diidentifikasi, dan ditentukan secara pasti. Meski sulit diukur, namun manfaat goodwill dapat dirasakan seperti nama besar perusahaan, merek dagang yang terkenal bahkan merajai pasar sehingga dikenal banyak kalangan, tingkat strategis dari produk atau perusahaan, dan lain sebagainya.
Identifikasi terhadap goodwill umumnya dilakukan di saat terjadi merger atau akuisisi. Dalam proses merger atau akuisisi, di mana suatu perusahaan dibeli oleh perusahaan lain, pihak pembeli biasanya membayar lebih tinggi dari nilai pasar atas aset dan liabilitas perusahaan yang dibeli. Selisih atau kelebihan tersebut dikenal sebagai goodwill.
Goodwill tak selalu bernilai positif. Artinya, harga yang dibayarkan oleh suatu perusahaan untuk mendapatkan perusahaan lain tak selalu lebih tinggi dari nilai pasar seluruh aset setelah dikurangi liabilitasnya. Ketika pihak pengakuisisi membeli perusahaan dengan harga di bawah nilai wajarnya, maka goodwill negatif.
Banyak faktor yang menyebabkan goodwill negatif. Beberapa diantaranya dapat disebabkan oleh faktor-faktor berikut.
- Adanya kesulitan bagi pihak perusahaan yang akan diakuisisi untuk mengidentifikasi dan menentukan harga atau nilai seluruh aset dan liabilitasnya.
- Perusahaan target tidak dapat menegosiasikan harga yang wajar untuk aset yang akan diakuisisi, karena berada dalam kesulitan keuangan.
- Adanya risiko perusahaan target yang sebelumnya sukses kini diambang kebangkrutan. Ketika ini terjadi, investor mengurangi goodwill dari penentuan residual equity Apabila perusahaan target berada di ambang kebangkrutan, maka nama besar yang sebelumnya dinikmati perusahaan tak lagi memiliki nilai jual.
Dalam proses jual beli perusahaan baik merger maupun akuisisi, goodwill tidak sama dengan aset tak berwujud lainnya. Goodwill dapat dipahami sebagai premi yang dibayarkan atas nilai wajar selama transaksi, di mana goodwill tidak bisa dibeli atau dijual secara independen. Lain halnya dengan hak paten atau lisensi yang bisa dibeli atau dijual secara terpisah atau mandiri, tanpa melepas seluruh aset perusahaan.
Goodwill dalam akuntansi berkaitan dengan hak yang dapat dimanfaatkan dan dinilai secara finansial, seperti merek dagang, basis pelanggan yang kuat, hubungan pelanggan dan antar-karyawan yang baik, dan teknologi hak milik. Sementara di luar akuntansi, goodwill umumnya merujuk pada nilai-nilai yang dibangun dalam perusahaan, seperti manajemen yang unik, tim kerja yang solid, dan lainnya. Meski demikian, goodwill tidak terkait dengan kombinasi bisnis dan tidak dapat direkam atau dilaporkan pada neraca perusahaan.
Perlu diketahui bahwa berkenaan dengan goodwill ini, perusahaan diharuskan untuk meninjau nilai goodwill pada laporan keuangannya minimum setahun sekali, sehingga dapat dicatat setiap penurunan atau bahkan kenaikan nilai. Sebagai aset tak berwujud, goodwill tak memiliki keterbatasan manfaat. Lain halnya dengan aset tak berwujud lainnya, yang rata-rata memiliki masa manfaat yang terbatas.
Pentingnya goodwill dalam akuntansi
Sebagai aset tidak berwujud dan sulit untuk diidentifikasi serta diukur nilainya, lantas apa pentingnya goodwill? Itulah istimewanya akuntansi. Disiplin ilmu ini tak hanya sekadar mencatat laporan keuangan saja, tetapi juga memperhitungkan segala sesuatu yang bernilai finansial, yang mampu memberikan nilai tambah bagi perusahaan. Goodwill sebagai aset tidak berwujud memiliki kontribusi yang signifikan terhadap nilai perusahaan secara finansial.
Sebuah perusahaan ketika mulai dibangun, tumbuh, dan berkembang hingga mencapai kesuksesan pastilah memiliki identitas yang melekat kuat sehingga mudah dikenal oleh masyarakat luas. Misalnya saja seperti identitas merek, nama baik atau nama besar perusahaan, kepuasan staf, hubungan pelanggan, loyalitas pelanggan, dan lain sebagainya. Berbagai faktor tak kasat mata tersebut turut menentukan nilai perusahaan ketika dilakukan akuisisi bisnis. Artinya, goodwill berperan untuk memastikan bahwa pembelian perusahaan target dilakukan dengan harga yang wajar.
Dalam akuisisi bisnis, goodwill menjadi bagian yang dipertimbangkan dalam menentukan nilai atau harga yang wajar. Namun, perlu diketahui bahwa goodwill merupakan aset tak berwujud yang tidak dapat dijual atau dibeli secara terpisah, sebab ia melekat kuat pada perusahaan. Goodwill tidak mempertimbangkan aset yang dapat diidentifikasi seperti kontrak, hak hukum atau aset lain yang dapat dipisahkan, dibagi, ditransfer, atau dijual.
Goodwill perlu dipertimbangkan dan dinilai ketika terjadi sesuatu dalam perusahaan yang justru memicu turunnya nilai wajar perusahaan di bawah nilai buku saat ini. Adapun faktor pemicu jatuhnya nilai wajar perusahaan umumnya berhubungan dengan peristiwa sebagai berikut.
- Wanprestasi yang disebabkan oleh pelanggaran kontrak, pelanggaran atau gangguan peluang bisnis, dan lainnya.
- Penggabungan atau pemisahan praktik bisnis.
- Kebangkrutan yang diakibatkan oleh permasalahan finansial atau reorganisasi.
- Konversi atau perubahan arah bisnis.
Sebaliknya, goodwill dapat ditingkatkan dengan membangun itikad baik secara internal, misalnya dengan melatih sfat, mempertahankan dan meningkatkan hubungan baik dengan klien, serta menumbuhkan basis pelanggan. Itikad baik bisnis ini hanya dapat dicatat setelah perusahaan benar-benar berhasil mendapatkannya. Sebab itulah, goodwill memainkan peran besar dalam harga akuisisi bisnis. Goodwill dapat mengurangi risiko penurunan profitabilitas perusahaan setelah berpindah tangan.
Jenis-jenis goodwill
Berdasarkan subjek kepemilikan, goodwill dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, yakni goodwill yang bersifat kelembagaan dan profesional.
- Goodwill kelembagaan, adalah nilai yang tidak berwujud yang akan terus melekat pada bisnis atau perusahaan tanpa menitikberatkan atau dipengaruhi oleh pemilik tertentu.
- Goodwill profesional, adalah nilai tidak berwujud yang muncul oleh upaya atau reputasi pemilik bisnis.
Perbedaan dari kedua jenis goodwill tersebut jelas karena melekat pada subjek, di mana goodwill kelembagaan tidak akan mengalami perubahan atau penurunan nilai meski dipindahtangankan, sedangkan goodwill profesional bisa jadi mengalami perubahan baik menurun atau justru mengalami kenaikan ketika berpindah tangan, tergantung reputasi pemilik bisnisnya.
Sementara jika didasarkan pada nilainya, goodwill juga dibedakan menjadi dua jenis, yaitu goodwill yang dibeli dan inheren.
- Goodwill yang dibeli digambarkan sebagai perbedaan antara nilai yang dibayarkan untuk suatu perusahaan sebagai suatu entitas usaha dengan jumlah aset yang dikurangi jumlah kewajibannya, di mana masing-masing item diidentifikasi dan dinilai secara terpisah.
- Goodwill inheren merupakan nilai bisnis yang melebihi nilai wajar dari aset bersih yang dapat dipisahkan. Jenis goodwill ini dihasilkan secara internal dan muncul selama periode waktu tertentu yang disebabkan oleh adanya reputasi bisnis yang baik.
Secara umum nilai goodwill dapat meningkat lebih cepat apabila perusahaan mampu menjalankan bisnis dengan baik, menjual produk yang luar biasa, dan memberikan layanan yang sangat baik secara konsisten dan berkesinambungan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi goodwill
Tak bisa dipungkiri bahwa goodwill memiliki peran penting dalam menentukan harga wajar suatu perusahaan dalam akuisisi bisnis. Sebab itu, perusahaan harus senantiasa menjaga bahkan meningkatkan produk dan layanannya agar reputasinya di mata pelanggan semakin baik. Terkait dengan hal itu, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi goodwill.
- Kualitas produk
Ketika perusahaan menjual produk yang berkualitas sehingga dapat meningkatkan kepuasan pelanggan, maka akan meningkatkan penjualan dan keuntungan. Hal ini secara otomatis akan mendongkrak nilai goodwill.
- Efisiensi manajemen
Setiap gugus tugas dan kepentingan yang ditangani dengan baik umumnya dapat memberikan manfaat efisiensi dan produktivitas yang tinggi, sehingga akan meningkatkan nilai goodwill.
- Lokasi yang strategis
Suatu bisnis atau perusahaan yang terletak di lokasi yang strategis cenderung mampu menarik lebih banyak pelanggan sehingga volume penjualan dan laba mengalami peningkatan. Hal ini pada gilirannya pun akan mampu meningkatkan nilai goodwill.
- Kondisi pasar
Ketika bisnis yang dijalankan mampu merajai pasar sehingga memonopoli, maka persaingan akan sangat terbatas. Secara lebih lanjut hal ini akan berpengaruh pada lebih banyaknya keuntungan yang bisa diraup.
- Kemudahan akses ke persediaan
Suatu bisnis dapat menjalankan operasionalnya dengan lancar apabila terdapat kecukupan pasokan atau persediaan. Sebab itu, kemudahan akses pada persediaan, di mana pasokan senantiasa terjamin turut mempengaruhi tercapainya goodwill yang positif.
- Keuntungan khusus
Bisnis atau perusahaan yang inovatif senantiasa menghasilkan produk-produk baru yang memberikan fungsi dan manfaat lebih pada pelanggannya. Perusahaan yang demikian tak jarang memiliki keunggulan pada merek dagang, citra merek, hak paten, dan manfaat eksklusif lainnya. Hal ini menjadi keuntungan khusus bagi perusahaan, sehingga dapat meningkatkan nilai goodwill menjadi lebih tinggi.
- Sumber daya eksternal
Dalam menjalankan kegiatan usahanya, suatu perusahaan tentu tak hanya sekadar memproduksi dan menjual barang atau jasa, tetapi juga ada layanan purna jual, penelitian dan pengembangan, efektivitas iklan, pasokan listrik, lisensi impor, kontrak jangka panjang terkait penyediaan pasokan bahan baku, dan lain sebagainya. Berbagai sumber daya eksternal tersebut dapat meningkatkan nilai goodwill.
Cara menghitung goodwill
Goodwill memang sulit untuk diukur nilainya, tetapi bukan berarti tidak bisa dihitung sama sekali. Perhitungan goodwill dapat dilakukan dengan mengurangi harga pembelian suatu perusahaan dengan nilai pasar wajar dari aset dan liabilitas yang dapat diidentifikasi. Berkenaan dengan hal tersebut, perhitungan goodwill dapat diformulasikan sebagai berikut.
Goodwill = P – (A + L)
Di mana:
P = harga pembelian perusahaan target
A = nilai pasar wajar dari aset
L = nilai pasar wajar dari liabilitas
Goodwill dapat dinilai dengan menggunakan analisis residual dengan bersumber dari informasi keuangan laporan neraca keuangan. Dalam penilaiannya, goodwill merupakan sisa atau selisih dari nilai bisnis keseluruhan dan aset tidak berwujud yang diidentifikasi dalam perusahaan bisnis. Berikut tahapan dalam menghitung nilai goodwill.
- Mulailah dengan menghitung nilai buku seluruh aset di neraca keuangan.
- Selanjutnya tentukan nilai wajar dari aset-aset tersebut baik yang termasuk aktiva lancar, aktiva tetap, investasi jangka panjang, maupun aktiva tetap tidak berwujud.
- Hitunglah penyesuaian nilai wajar yang merupakan perbedaan antara harga yang dibayarkan untuk mendapatkan target bisnis dengan nilai buku bersih dari aset-aset tersebut.
- Hitung kelebihan dari harga pembelian dengan mengambil selisih antara harga yang dibayarkan untuk memperoleh target bisnis dengan nilai buku bersih dari aset.
- Terakhir, hitunglah goodwill dengan mengambil harga pembelian yang berlebih dengan mengurangi penyesuaian nilai wajar.
Untuk memberikan gambaran perhitungan goodwill secara lebih jelas, dapat dicontohkan dengan kasus sebagai berikut.
Perusahaan A akan mengakuisisi perusahaan B dengan harga pembelian sebesar Rp 300 miliar. Dalam proses akuisisi tersebut, diketahui bahwa total nilai aset perusahaan B yang dapat diidentifikasi adalah sebesar Rp 225 miliar. Perusahaan B memiliki liabialitas dengan total sebesar Rp 30 miliar. Berapa nilai goodwill dari perusahaan B?
Diketahui:
P = Rp 300 miliar
A = Rp 225 miliar
L = Rp 30 miliar
Jawaban:
Goodwill = P – (A + L)
= Rp 300 miliar – (Rp 225 miliar + Rp 30 miliar)
= Rp 300 miliar – Rp 255 miliar
= Rp 45 miliar
Jadi dalam proses akuisisi perusahaan B oleh perusahaan A, nilai goodwill adalah sebesar Rp 45 miliar.
Artikel Terkait
- Apa itu CAPEX?
- 2 Tipe Pemimpin Perusahaan: Teori X dan Teori Y
- 5 Fungsi Elemen Manajemen
- Apa Efek Resesi?
Demikianlah artikel tentang aset goodwill, semoga bermanfaat bagi Anda semua.