Kami menyediakan berbagai simulasi kredit, dari kredit mobil, kredit rumah, kpr, kartu kredit dan lain-lain. Simulasi pinjaman bisa juga dilakukan di sini.

Apa itu Bank Gagal Berdampak Non-Sistemik?

Bank adalah institusi keuangan yang harus ada dalam suatu sistem perekonomian negara. Bank berfungsi sebagai badan yang menghimpun, mengelola dan juga menyalurkan kembali dana rakyat untuk membangun perekonomian nasional dan memperbaiki taraf kehidupan rakyat. Tanpa sistem perbankan yang baik dan sehat, maka negara akan kesulitan dalam mengatur aliran dana yang telah dihimpun dan memanfaatkannya untuk pembangunan infrastuktur dan sektor-sektor lainnya.

Selain bertindak sebagai pengawas jalannya sektor usaha perbankan, baik yang milik pemerintah maupun yang milik swasta, pemerintah juga bertindak sebagai pelindung badan usaha perbankan di suatu negara. Peran pelindung ini membuat pemerintah berkewajiban menjadi salah satu pengambil keputusan jika terjadi kasus bank gagal. Tepatnya melalui kementrian keuangan dan juga berdasarkan data dari Bank Indonesia sebagai pertimbangan. Oleh karena itu, dalam pelaksanaanya penyelamatan bank gagal oleh pemerintah dibagi menjadi dua kategori yaitu bank sistemik dan non-sistemik berdasarkan skala kerusakan yang ditimbulkan oleh gagalnya bank tersebut terhadap keuangan negara.

Sistemik sendiri berasal dari kata sistem yang merujuk pada dampak dari gagalnya bank tersebut terhadap sistem perekonomian yang sedang berjalan di suatu negara. Bank-bank yang digolongkan dalam kategori sistemik dipercaya dapat menyebabkan hilangnya kepercayaan terhadap sistem keuangan dan perekonomian nasional baik oleh masyarakat di dalam negeri maupun lembaga-lembaga keuangan dan investor luar negeri apabila terjadi kegagalan. Sedangkan bank-bank yang digolongkan dalam kategori non-sistemik dinilai memiliki efek yang relatif jauh lebih kecil dari pada bank sistemik dan tidak akan terlalu berpengaruh pada perekonomian nasional bila terjadi kegagalan.

Perbedaan skala dan efek yang dapat ditimbulkan oleh bank tersebut akan berdampak terhadap penanganan yang diberikan oleh pemerintah dalam menghadapi kegagalan suatu bank. Dalam artikel ini, akan dibahas lebih dalam mengenai bank gagal berdampak non-sistemik sehubungan dengan karakteristik, efek yang ditimbulkan terhadap perekonomian negara dan juga tindakan pemerintah dalam menanggulangi kerusakan yang diakibatkannya.

Kriteria Bank Non – Sistemik

Kriteria umum yang sering digunakan oleh bank negara, dalam hal ini Bank Indonesia dalam menentukan apakah suatu bank termasuk sistemik atau non-sistemik tentu saja berdasarkan aset fisik bank tersebut. Bank yang memiliki aset dan nasabah yang besar, serta nilai transaksi dan jumlah cabang yang banyak tersebar di seluruh Indonesia tentu akan berdampak sangat besar terhadap perekonomian negara jika terjadi kegagalan. Maka bank-bank yang memiliki karakteristik tersebut biasanya akan dikategorikan sebagai bank sistemik. Sedangkan bank-bank yang memiliki aset lebih kecil, transaksi terbatas dan memiliki cabang sedikit atau hanya berpusat di daerah tertentu tentu saja akan masuk kategori bank non-sistemik.

Kriteria lain yang juga cukup berpengaruh adalah interaksi atau keterkaitannya terhadap bank-bank atau lembaga keuangan lainnya. Interaksi ini bisa berupa alur simpan-pinjam, agen investasi atau kepemilikan terhadap bank-bank lainnya. Bank yang memiliki sedikit interaksi dengan lembaga keuangan yang lain tentu akan dikategorikan sebagai bank non-sistemik karena kegagalannya tidak akan berdampak langsung terhadap jalannya sistem perbankan secara keselurahan dalam suatu negara. Di samping itu, penetapan kriteria ini juga selalu dievaluasi secara berkala oleh pemerintah. Karena itulah status sistemik dan non-sistemik dari suatu bank bisa berubah-ubah sesuai dengan kondisi dan situasi keuangan negara yang bersangkutan.

Karena itu, apabila terjadi kegagalan pada bank non-sistemik yang mengakibatkan kebangkrutan, maka efek yang dihasilkan pastinya tidak akan sampai melukai situasi perekonomian nasional hingga, misalnya, menimbulkan potensi krisis atau kekacauan moneter. Tentu saja jika ada bank yang gagal, tidak mungkin tanpa diikuti oleh dampak negatif bagi pihak-pihak tertentu. Yang mengalami kerugian paling signifikan tentu saja pihak nasabah yang telah mempercayakan dana mereka untuk dikelola bank tersebut dalam bentuk deposito atau tabungan dan juga jajaran pemegang saham yang dirugikan. Oleh karena itu, pemerintah tetap diharapkan untuk turun tangan apabila terjadi kegagalan terhadap bank non-sistemik.

Tindakan pemerintah terhadap bank gagal non-sistemik

Sebenarnya, yang membuat kategori sistemik dan non-sistemik ini begitu signifikan adalah tindakan dan kewajiban pemerintah apabila terjadi kegagalan pada bank tersebut. Pada bank gagal berdampak sistemik, maka pemerintah berkewajiban menyelamatkan bank tersebut dan memberikan suntikan dana agar bank tersebut beroperasi kembali. Lain halnya dengan bank gagal berdampak non sistemik dimana pemerintah bisa memilih untuk menutup atau menyelamatkan bank tersebut. Jadi dalam kasus kegagalan bank berdampak non-sistemik, pemerintah akan mengkaji aset-aset, sistem kerja, dan interaksi keuangan bank yang bersangkutan.

Apabila kerusakan yang ditemukan terlalu parah dan kompensasi yang harus diberikan lebih kecil daripada suntikan dana yang harus diberikan untuk menyelamatkan bank tersebut, maka tentu saja pemerintah akan memutuskan untuk menutup bank yang bersangkutan. Menyelamatkan bank yang gagal bukanlah keputusan yang sepele dan apabila tidak dipertimbangkan dengan baik, bisa cukup besar merugikan keuangan negara. Contohnya dalam kasus kegagalan Bank Century yang akhirnya diputuskan sebagai bank sistemik dan malah menimbulkan kerugian yang tidak sedikit bagi negara.

Pemilik maupun pemegang saham dari suatu bank pun selalu berusaha menjadikan bank yang dikelolanya masuk dalam daftar bank berdampak sistemik. Pasalnya kategori ini akan memberikan jaminan yang lebih karena jaring pengaman yang diberikan oleh pemerintah. Disisi lain, pengawasan pemerintah terhadap bank-bank ini juga lebih ketat dan terorganisir untuk mengelimasi semua potensi masalah yang bisa memicu kegagalan. Terlebih, sekarang pemilik, pemegang saham, dan kreditur juga dituntut untuk ikut bertanggung jawab atas kegagalan yang terjadi, sehingga kerugian yang harus ditanggung tidak seluruhnya menjadi tanggung jawab pemerintah.

Artikel Terkait

Demikianlah artikel tentang Bank gagal berdampak non-sistemik, semoga bermanfaat bagi Anda semua.



Kartu Kredit BII Maybank
Apa itu Bank Investasi? Definisi Bank Investasi
Kartu Kredit dari BCA
Mengapa Orang Pintar Gagal Mengembangkan Potensi Mereka?
Bagaimana Modus Penipuan Nasabah Bank
Bank Teraman di Dunia
Bank yang Memberikan Hadiah Handphone 2020
Gagal Buat Startup? Bikin Startup Baru Lagi Saja!
Kartu Kredit Danamon
Mengenal Bank Digital dan Regulasinya


Bagikan Ke Teman Anda