Apa itu Depresi & Great Depression?
Perekonomian tak bisa lepas dari kehidupan baik dalam lingkup mikro maupun makro. Bahkan perkembangan dan kemajuan suatu negara diukur dari tingkat atau laju pertumbuhan ekonominya.
Tak heran jika setiap negara seolah berlomba untuk mendongkrak pertumbuhan ekonominya. Namun, sebaik-baiknya kebijakan pemerintah suatu negara menjaga kestabilan ekonominya, ada kalanya mengalami keguncangan yang mengakibatkan perekonomiannya luluh lantak dalam sekejap.
Depresi
Dalam keguncangan ekonomi dikenal pula istilah resesi, yakni kondisi di mana produk domestik bruto mengalami penurunan atau pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal berturut-turut atau lebih dari satu tahun.
Depresi selalu didahuli oleh resesi. Resesi yang berkepanjangan akan menyebabkan ekonomi semakin melambat dan krisis ekonomi yang lama. Resesi ekonomi yang lama dan berkepanjangan inilah yang disebut depresi.
Great Depression
Karena perlambatan ekonomi yang tajam, mempengaruhi berbagai bidang, pengangguran banyak, krisis perbankan, krisis kredit, maka sektor ekonomi nyaris lumpuh. Kelumpuhan ekonomi yang panjang dan lama ini akan menyebabkan depresi ekonomi semakin parah. Depresi ekonomi yang parah inilah yang disebut Great Depression.
Great Depression suatu negara besar akan menyebabkan guncangan dahsyat dalam bidang ekonomi yang dampaknya tak hanya dirasakan oleh negara yang mengalaminya, tetapi juga negara-negara lain di dunia.
Dengan kata lain, Great Depression berimbas pada perekonomian dunia. Tak hanya menghancurkan negara berkembang, Great Depression juga memporak-porandakan perekonomian negara industri. Sebab volume perdagangan menurun drastis, demikian pula dengan pendapatan masyarakat, pajak, dan keuntungan perusahaan.
Dahsyatnya krisis ekonomi pada level Great Depression tak hanya berdampak pada kota-kota besar yang membangun gedung-gedung tinggi, tetapi perekonomian di wilayah pedesaan pun tak luput dari hantamannya. Harga komoditas pertanian anjlok. Bahkan tak sedikit komoditas pertanian yang membusuk di lahan karena ketiadaan dana operasional untuk memanennya.
Istilah Great Depression muncul ketika Amerika Serikat mengalami krisis ekonomi berkepanjangan selama satu dekade yakni pada tahun 1929 hingga 1939. Krisis ekonomi yang menghantam negara adidaya tersebut justru terjadi di saat perekonomian justru sedang mengalami perkembangan yang begitu pesat di tahun 1920. Perkembangan ekonomi yang pesat memicu spekulasi besar-besaran di pasar saham. Inilah yang kemudian menjadi titik balik terjadinya Great Depression.
Great Depression di negeri Paman Sam ini diawali dengan turunnya harga saham pada September 1929. Puncaknya pada 24 Oktober 1929 dilakukan penjualan saham besar-besaran dalam waktu sehari. Hal ini mengakibatkan indeks saham anjlok pada level yang mengkhawatirkan. Peristiwa ini kemudian dikenal dengan istilah Black Tuesday.
Penjualan saham secara masif berakibat pada hilangnya kepercayaan terhadap pasar saham. Pasca jatuhnya pasar saham, daya beli menurun, investasi menyusut, dan sektor industri goyah. Efek domino lainnya jumlah pengangguran merebak bak jamur di musim hujan. Tak hanya sampai di situ saja. Banyaknya pengangguran jelas menyebabkan peningkatan jumlah kredit macet, sehingga penyitaan terhadap aset sebagai agunan kredit pun meningkat. Akibatnya, tuna wisma melajalela dan kelaparan melanda.
Great Depression meluluhlantakkan sendi-sendi ekonomi rakyat dan negara, termasuk perbankan. Pada tahun 1930, terjadi rush money oleh masyarakat yang telah kehilangan kepercayaannya terhadap perbankan. Rush money merupakan aksi penarikan simpanan baik berupa tabungan ataupun deposito secara besar-besaran. Hal ini mengakibatkan kacaunya aliran kas bank, sehingga bank mengalami kekurangan kas. Tahun 1933 merupakan puncak dari krisis perbankan, di mana setengah dari lembaga-lembaga perbankan di Amerika Serikat dinyatakan bangkrut dan tutup.
Great Depression merupakan mimpi buruk dalam sejarah ekonomi Amerika Serikat dan dunia. Sulit untuk bangkit apalagi keluar dari krisis. Negara adidaya sekelas Amerika Serikat membutuhkan waktu kurang lebih sepuluh tahun untuk memulihkan kondisi perekonomiannya. Program New Deal yang digagas oleh Franklin D. Roosevelt, presiden Amerika Serikat yang menggantikan Herbert Hoover.
Perbedaan Depresi vs Resesi
Meski sama-sama memberikan dampak buruk terhadap perekonomian masyarakat dan negara, namun resesi berbeda dengan depresi.
Berikut perbedaannya.
- Ukuran penurunan PDB (Produk Domestik Bruto)
Produk Domestik Bruto dijadikan sebagai ukuran kondisi ekonomi suatu negara. Jika PDB meningkat atau stabil, artinya perekonomian negara tersebut tidak mengalami gangguan. Namun, apabila menurun menandakan adanya suatu masalah. Kondisi ekonomi suatu negara disebut memasuki masa resesi apabila nilai PDB mengalami penurunan tidak lebih dari 10%. Jika penurunan PDB lebih dari 10%, artinya kondisi ekonomi negara masuk dalam depresi ekonomi.
- Masa atau jangka waktu krisis
Baik resesi maupun depresi merupakan krisis ekonomi yang sering kali tidak menguntungkan bagi perkembangan perekonomian. Ditinjau dari masa atau jangka waktu krisisnya, resesi berjangka pendek, sedangkan depresi berjangka panjang. Umumnya, resesi ekonomi ditandai dengan penurunan PDB selama minimal 6 bulan berturut-turut dan maksimal tidak lebih dari tiga tahun. Sementara depresi ekonomi, masa krisisnya lebih panjang minimal tiga tahun.
- Dampak yang ditimbulkan
Dampak yang ditimbulkan oleh depresi ekonomi cenderung lebih parah dibandingkan dengan resesi ekonomi. Meski mengalami kelesuan, namun dampak dari resesi masih bisa diminimalkan dan upaya untuk keluar dari krisis lebih mudah. Sebaliknya, dampak dari depresi ekonomi menghantam berbagai sendi ekonomi, tak hanya level individu dan perusahaan, tetapi juga negara bahkan perekonomian dunia. Krisis ekonomi yang berlangsung lebih lama pada depresi ekonomi mengakibatkan sulitnya untuk bangkit dari keterpurukan.
Indikator negara yang memasuki masa Great Depression
Tidak ada satu pun negara di dunia ini yang berharap mengalami Great Depression. Namun, pertumbuhan dan perkembangan perekonomian dipengaruhi oleh banyak faktor yang tak semuanya bisa dikendalikan.
Sejarah mencatat Great Depression yang dialami Amerika Serikat tahun 1929 justru terjadi ketika perekonomian negara tengah berkembang begitu pesatnya.
Lantas, apa yang menjadi indikasi suatu negara telah memasuki masa Great Depression? Suatu negara dikategorikan telah mulai memasuki masa Great Depression apabila muncul tanda-tanda seperti berikut.
- Penurunan tingkat belanja konsumen
Dalam kasus Great Depression yang melanda Amerika Serikat sebelumnya dimulai dengan resesi ekonomi terlebih dahulu. Dalam kondisi ekonomi yang lesu, tingkat belanja konsumen mengalami penurunan, sehingga banyak barang yang tidak habis terjual yang mengakibatkan penumpukan barang. Adanya penumpukan barang tersebut mendorong para produsen untuk mengurangi volume produksi dan memperlambat laju produksi.
- Penjualan saham secara masif
Meski mengalami resesi, harga saham justru mengalami peningkatan yang signifikan bahkan tak bisa diperkirakan. Hal ini mendorong investor untuk menjual sahamnya secara masif. Tindakan ini bukannya semakin memperkuat dan mendongkrak harga saham, tetapi justru menjadikannya merosot tajam, bahkan tidak berharga. Akibat lebih lanjut, indeks saham turun drastis sehingga menimbulkan ketidakpercayaan konsumen.
- Penurunan produksi barang hingga 50%
Kelesuan ekonomi berdampak pada lambatnya laju produksi dan bermuara pada penurunan produksi barang hingga 50%. Daya beli yang rendah, mendorong produsen untuk mengambil strategi agar bisa tetap survive. Sebab itulah, pemutusan hubungan kerja menjadi opsi yang mau tidak mau harus dipilih. Akibatnya, tingkat pengangguran semakin tinggi yang jelas semakin memperparah rendahnya daya beli masyarakat.
- Perbankan mengalami kegagalan yang berdampak sistemik
Bank sebagai salah satu sendi yang menopang perekonomian negara mengalami kegagalan yang berdampak sistemik akibat kelesuan ekonomi yang terjadi. Banyaknya masyarakat yang mengambil simpanan secara besar-besaran mengakibatkan bank mengalami defisit kas. Selain itu, banyaknya pengangguran juga berdampak pada kinerja keuangan bank, karena tingkat kredit macet menjadi tinggi.
Great Depression merupakan krisis ekonomi pada level yang lebih parah. Dampaknya tak hanya lingkup perekonomian dalam negeri tetapi juga dunia. Sebab berimbas pada perdagangan internasional yang melibatkan banyak negara.
Jangka waktu keterpurukannya cenderung lebih lama, bahkan bisa mencapai puluhan tahun. Namun, bukan tak mungkin untuk dipulihkan, hanya saja membutuhkan waktu yang cukup lama.
Artikel Terkait
Demikianlah artikel tentang depresi / great depression dan indikator suatu negara memasuki depresi / Great Depression, semoga bermanfaat bagi Anda semua.