Kami menyediakan berbagai simulasi kredit, dari kredit mobil, kredit rumah, kpr, kartu kredit dan lain-lain. Simulasi pinjaman bisa juga dilakukan di sini.

Benarkah Mencetak Uang Terlalu Banyak Secara Langsung Jadi Penyebab Inflasi?

Tak bisa dipungkiri, masih banyak negara berkembang di dunia ini yang penduduknya mengalami krisis ekonomi alias kekurangan uang. Daya beli pun terlampau kecil karena nilai penghasilan cenderung rendah. Lantas muncul pertanyaan, kenapa negara-negara tersebut tidak mencetak uang lebih banyak?

Pasti kamu memikirkan pertanyaan yang sama, bukan? Bahkan, tak sedikit pula orang yang berpikir semakin banyak uang dicetak, maka artinya negara tersebut semakin banyak memiliki uang. Alhasil, negara yang dimaksud bisa jadi suatu negara yang kaya.

Namun siapa sangka, faktanya tak seindah yang dibayangkan. Ternyata faktor yang menentukan kekayaan suatu negara bukan berapa banyak uang yang akan dicetak. Melainkan, berharga atau tidak uang yang mereka miliki.

Terlalu Banyak Cetak Uang Bisa Sebabkan Inflasi

Perlu kamu ketahui, sebenarnya ada negara di dunia yang pernah melakukan cetak uang dalam jumlah terlampau banyak. Ambil contohnya Zimbabwe. Saat itu, mereka membagikan uang tersebut kepada masyarakat dengan tujuan untuk menyelamatkan kondisi perekonomian.

Namun siapa sangka, mencetak uang sedemikian banyak bukan jadi solusi terbaik justru berpotensi memicu krisis yang berujung pada inflasi. Mengapa hal semacam itu bisa terjadi?

1. Nilai tukar mata uang anjlok

Ketika suatu negara memutuskan untuk mencetak uang dalam jumlah berlimpah, maka akan memengaruhi nilai tukar dari mata uang itu sendiri. Alhasil, nilai kurs merosot atau anjlok. Jumlah uang yang telah diedarkan pun memengaruhi nilai tukar mata uang asing.

2. Meningkatkan inflasi

Sejalan dengan anjloknya nilai mata uang, daya beli masyarakat yang memiliki banyak uang jelas meningkat. Jika hal tersebut terjadi, pasti memicu inflasi cukup tinggi. Bahkan, harga barang meningkat karena menyesuaikan dengan keadaan. Alhasil, nilai mata uang bakal tergerus karena saking banyaknya yang beredar di pasaran.

Zimbabwe merupakan salah satu negara yang sempat mencetak uang berlebihan hingga mengalami inflasi cukup parah. Saat itu dikabarkan, nilai inflasi di Zimbabwe nyaris menyentuh angka 231 juta persen di tahun 2008 silam.

Saking tingginya inflasi yang terjadi, Zimbabwe terpaksa melakukan redenominasi nilai mata uang. Caranya dengan menyederhanakan pecahan uang ZWD 10 miliar menjadi ZWD 1 atau menghilangkan sekitar sepuluh angka nol.

Penyebab Lain Inflasi

Selain mencetak uang dalam jumlah berlebihan, inflasi secara langsung juga bisa terjadi karena utang nasional. Ketika suatu negara memiliki peningkatan nilai utang, maka hanya ada dua opsi yang bisa diambil oleh pemerintah. Opsi pertama adalah menaikkan pajak dan opsi kedua adalah mencetak uang lebih banyak demi melunasi utang.

Tentu saja, kenaikan tarif pajak bakal membuat bisnis bereaksi sehingga harga pun turut melonjak guna mengimbanginya. Nah, jika pemerintah memilih opsi terakhir jelas akan mengacu pada peningkatan jumlah uang yang beredar. Seperti yang telah dikatakan di atas, peningkatan jumlah uang tersebut mengarah pada kenaikan harga sekaligus devaluasi nilai mata uang.

Selain itu, inflasi juga bisa berasal dari berbagai sumber eksternal. Contohnya seperti kenaikan harga minyak mentah maupun komoditas impor lain. Inilah yang kemudian disebut sebagai imported inflation.

Beberapa alasan tersebut di atas yang ternyata membuat negara-negara kecil dan berkembang tak bisa mencetak uang seenaknya. Sebab, tindakan tersebut nyatanya sangat memengaruhi kondisi perekonomian negara itu sendiri. Atas dasar alasan itu pula suatu negara lebih memilih untuk mengajukan utang ketimbang mencetak uang berlebihan.

Mencetak Uang Terlalu Banyak Tak Sebabkan Inflasi

Mengingat berbagai fakta mengenai inflasi yang telah di bahas sebelumnya, ternyata ada satu negara di dunia yang bisa mencetak uang tanpa masalah apapun. Negara tersebut adalah Amerika Serikat alias negara yang dikenal mampu memainkan situasi politik dunia.

Hal semacam ini memang bisa terjadi, karena hampir semua barang berharga di dunia ini selalu diperjualbelikan dalam nilai Dollar Amerika atau USD. Dengan kata lain, jika AS ingin membeli barang lebih banyak, mereka cukup mencetak uang dalam jumlah lebih banyak pula. Akan tetapi, jika dicetak berlebihan, maka harga barang yang dibanderol dalam USD otomatis jadi melonjak tinggi.

Oleh sebab itulah, negara besar seperti AS juga turut menjaga regulasi nilai mata uangnya dengan sangat baik.

Terlalu Banyak Uang, Terlalu Cepat Anjlok

Setiap negara di dunia ini hanya mampu mencetak uang berdasarkan nilai mata uangnya masing-masing. Tak ada satupun yang bisa mencetak uang dalam bentuk USD.

Ketika suatu negara mencetak uang berlebihan dalam waktu relatif singkat, pasti harga barang turut mengalami kenaikan. Dengan demikian, nilai mata uang bakal mengalami penurunan secara drastis atau bahkan tak berharga sedikitpun. Situasi tersebut bisa memicu terjadinya proses jual beli melalui sistem barter. Bisa juga pembayaran dilakukan dengan nilai mata uang dari negara lain, khususnya USD. Tentu saja, hal tersebut masih bisa dicegah.

Caranya dengan penetapan harga rendah di setiap barang kebutuhan pokok. Namun pada akhirnya nanti, barang-barang tersebut juga ludes di pasaran dan negara kekurangan stok bahan pokok.

Mencetak Uang Harus Dilakukan Saat Kondisi Tertentu

Mencetak uang dalam jumlah banyak patut dilakukan saat suatu negara memang benar-benar kekurangan uang. Jika peredaran uang dianggap tidak mencukupi, maka bisnis di dalam negara tersebut tak akan bisa berjalan dengan baik. Tanpa adanya bisnis, tidak akan ada produksi. Alhasil, para pegawai tak akan mendapat penghasilan. Artinya, rakyat juga tak akan bisa mendapat pinjaman dari pihak perbankan.

Di situasi seperti itulah, negara harus mencetak uang lebih banyak untuk mendukung perputaran roda perekonomian. Inilah yang kemudian jadi tugas dari bank sentral. Saat negara membutuhkan uang dalam jumlah besar, bank sentral akan mencetak, kemudian mendistribusikan sebagaimana mestinya. Dengan begitu, kondisi perekonomian negara pun cenderung stabil.

Artikel Terkait

Demikianlah artikel tentang alasan mencetak uang terlalu banyak jadi penyebab inflasi, semoga bermanfaat bagi Anda semua.



Syarat dan Cara Menukar Uang Rusak di Bank Indonesia
Kegiatan Menarik Ketika Tidak Punya Uang Lagi
Mengenal Tuna Grahita, Cici-ciri, Penyebab dan Cara Mengatasi
15 Cara Terbaik Mengajari Anak tentang Uang
Tip Mengelola Uang Agar Cepat Kaya
Apakah Memiliki Banyak Uang Akan Membuat Kita Bahagia?
Dampak Uang Elektronik Terhadap Uang Tunai
Mengapa Kamu Gagal Mengelola Uang?
Harga Emas Cenderung Naik, Apa Penyebabnya?
13 Cara Membuang-membuang Uang


Bagikan Ke Teman Anda