Dampak Invasi Rusia ke Ukraina pada Kondisi Perekonomian Dunia
Serangan militer Rusia ke Ukraina diperkirakan akan memiliki dampak yang luas pada kondisi perekonomian di Asia. Rusia merupakan salah satu kunci utama pertumbuhan ekonomi Asia. Selain itu, Rusia juga salah satu dari 10 partner dagang China.
Biarpun begitu, menurut analis ekonomi dampaknya tidak sepenuhnya buruk. Pasti ada yang menang dan ada yang kalah dalam situasi ekonomi mendatang. Lantas bagaimana dampak invasi Rusia ke Ukraina pada bidang ekonomi?
Produk yang Diperkirakan Mengalami Kenaikan Harga
Dalam kondisi konflik, biasanya diperparah dengan kenaikan harga. Inilah yang tampaknya sudah pasti terjadi sebagai eskalasi Rusia ke Ukraina. Minyak dan gas sudah diperkirakan pasti naik kalau konflik kedua negara ini terus berlanjut. Kalau harga kedua hal ini naik, pastinya akan berpengaruh ke banyak harga barang lainnya. Tapi tak berhenti di sini saja.
Rusia sudah dikenal sebagai eksportir gandum terbesar di dunia. Bersama Ukraina, Rusia menguasai pasar ekspor gandum sebesar 29%. China juga mengimpor jagung dari Rusia. Bahkan di tahun 2021 yang lalu, Rusia menggantikan posisi Amerika Serikat sebagai pengekspor jagung untuk China. Produk makanan dan minuman lain yang pasti naik juga adalah barley.
Rusia dan Ukraina juga merupakan penyedia metal seperti tembaga dan nikel. Jadi berbagai negara yang mendapatkan metal serta berbagai bahan makanan dan minuman dari kedua negara yang sedang berkonflik ini sudah pasti akan mengalami kesulitan.
Ukraina bahkan dijuluki sebagai “breadbasket of Europe”, karena banyaknya gandum dan jagung yang berasal dari sana. Secara khusus, produksi roti di Eropa mungkin akan mengalami penurunan kualitas atau harganya naik.
Secara umum, bisa diartikan bahwa Eropa akan sangat terdampak jika kedua negara tak kunjung berdamai. Diperkirakan Jerman akan terkena dampak paling besar di Eropa.
Perkembangan Rusia – Ukraina
Melihat perkembangan konflik antara Rusia dan Ukraina, sepertinya belum ada tanda keduanya akan segera berdamai. Justru belakangan ini ketegangan semakin mencapai puncaknya. Terutama setelah Vladimir Putin memerintahkan pasukan Kremlin masuk ke 2 wilayah separatis pro Rusia yang letaknya ada di timur Ukraina. Sebelumnya Putin menyatakan akan mengakui kemerdekaan Donetsk dan Luhansk.
Saat ini, pasukan militer Rusia bahkan sudah mengepung ibukota Ukraina, Kiev. Ini adalah kota dengan populasi terbesar di Ukraina. Menurut presiden Amerika Serikat, Joe Biden, aksi ini merupakan permulaan invasi Rusia ke Ukraina.
Risiko Jika Konflik Berkelanjutan
Berikut ini adalah dampak yang diperkirakan akan terjadi jika invasi Rusia ke Ukraina terus berlanjut:
- Persediaan makanan
Ukraina memproduksi gandum, gandum hitam dan barley. Eropa sangat bergantung pada Ukraina untuk ketiga bahan ini. Ukraina juga merupakan produsen jagung yang besar. Memang musim panen masih beberapa bulan lagi, tapi kalau konflik berlanjut jelas Eropa akan mengalami kekurangan bahan untuk membuat roti. Dampak lainnya adalah harga roti yang naik di musim gugur.
Roti merupakan makanan utama bagi banyak negara di Eropa. Tapi yang terdampak untuk bidang ini bukan hanya Eropa saja. Ternyata ada banyak negara di Timur Tengah dan Afrika yang bergantung pada Ukraina untuk bahan pembuatan roti, seperti gandum dan jagung. Disrupsi pada suplai keduanya bisa sangat berpengaruh pada persediaan makanan di banyak negara tersebut.
Saat ini saja harga gandum dan jagung sudah meningkat. Harga gandum di Chicago sudah melompat sebanyak 12% sejak awal tahun. Diperkirakan ke depannya akan naik hingga 14.5%. Kalau harga bahan pangan sudah naik, tak bisa dihindari harga produk lainnya juga akan meningkat.
- Ekspor metal dan bahan mentah lainnya
Dalam beberapa tahun terakhir, Ukraina secara stabil telah meningkatkan ekspornya. Bahkan saat ini sudah menjadi penyedia bahan mentah produk kimia, hingga alat transportasi. Selain itu, Ukraina juga penyedia besar mineral dan komoditi penting lainnya.
Dengan Rusia yang terus mendesak Ukraina, nilai mata uang Ukraina mengalami kemerosotan. Ini jelas akan berpengaruh pada nilai ekspor, karena Ukraina akan menaikkan harga ekspor. Mau tak mau, berbagai negara yang mendapatkan berbagai bahan mentah dari Ukraina harus membayar lebih mahal jika ingin tetap mendapat suplai yang cukup.
Rusia juga mengontrol sekitar 10% tembaga di dunia. Negara ini juga merupakan produsen nikel dan platinum yang besar. Nikel adalah bahan mentah yang sangat penting untuk pembuatan baterai. Sedangkan tembaga fungsinya sangat penting di dalam dunia ekonomi secara umum. Pasalnya tembaga digunakan dalam produksi berbagai alat elektronik dan pembangunan rumah.
- Dampak ke Jerman
Seperti disinggung sebelumnya, keseluruhan Eropa pasti akan terpengaruh jika konflik Rusia dan Ukraina terus berlanjut. Tapi diperkirakan Jerman adalah yang terkena dampak paling besar. Alasannya adalah Jerman mendapatkan kebanyakan kebutuhan energi untuk produksi dan listrik dari gas alam yang didapat dari Rusia.
Kalau konflik terus berlanjut, bisa terjadi perang atau kedua negara yang berkonflik dikenakan sanksi. Kedua hal ini bisa menyebabkan proses ekspor tertunda. Akibatnya produksi berbagai hal di Jerman juga harus terhenti. Banyak pabrik di Jerman harus menghentikan produksi mereka dan akan berpengaruh ke negara lain yang selama ini mengimpor produk Jerman.
Seperti yang kita tahu, Jerman adalah eksportir otomotif beserta suku cadang yang sangat penting. Jerman juga memproduksi alat transportasi lainnya, alat elektronik, plastik dan metal. Kekurangan berbagai barang tersebut tentu akan menimbulkan kesulitan tertentu dalam kehidupan sehari-hari.
Artikel Terkait
- Apa Itu Donated Capital?
- Pengertian Wesel Tagih, Kegunaan Hingga Bedanya dengan Wesel Bayar
- Penyebab Chip Mengalami Kelangkaan
- Cara Menganalisis Laporan Laba Rugi
Demikianlah artikel tentang dampak invasi Rusia ke Ukraina pada kondisi perekonomian dunia, semoga bermanfaat bagi Anda semua.