Dampak Negatif Uang Palsu Bagi Perekonomian
Uang memang bukan segalanya, namun segalanya butuh orang. Kalimat ini sudah sangat dipahami oleh semua orang di muka bumi, demikian halnya di Indonesia. Meski ada orang-orang yang tak terlalu terobsesi dengan uang, namun kita juga pasti pernah menemukan orang-orang yang tergila-gila dengan uang. Apapun ditempuh demi menambah pundi-pundi uang di kantung mereka. Mulai dari yang halal, hingga yang tidak halal. Mulai dari bekerja dengan giat hingga mencetak uang palsu.
Di Indonesia sendiri, peredaran uang palsu masih sering ditemukan. Terlebih di saat-saat menjelang hari raya atau tahun-tahun politik seperti jelang Pemilu dan Pilkada. Kepolisian Republik Indonesia beserta Bank Indonesia pun memiliki peran aktif dalam mencegah dan menanggulangi peredaran uang-uang palsu tersebut.
Bank Indonesia misalnya, melakukan pencegahan penyebaran uang palsu di masyarakat dengan cara mengadakan sosialisasi 3D (Dilihat, Diraba, Diterawang). Sementara Kepolisian terus menyelidiki dan menindak sindikat pembuat dan pengedar uang palsu yang meresahkan masyarakat. Menilik Data Bank Indonesia, pada kuartal I tahun 2016 saja, Bank Indonesia serta Polri telah mendapati 44 kasus penyebaran uang palsu. Meski demikian pada tahun 2017 kasus ini dapat ditekan secara signifikan. Lalu sebenarnya bagaimana dampak peredaran uang palsu tersebut terhadap perekonomian?
Dampak Negatif Uang Palsu
Kita telah mengetahui bahwa uang palsu memiliki dampak negatif dan merugikan di masyarakat. Misalnya saja, seorang pemilik warung menerima uang sebesar Rp.100.000 dari seorang pembeli yang ternyata uang palsu. Ketika pemilik warung hendak menyimpan uang di Bank, Teller Bank kemudian mendeteksi bahwa uang tersebut adalah uang palsu, sementara pemilik warung karena tidak hati-hati, tidak mengetahui bahwa uang tersebut palsu.
Akhirnya sesuai peraturan, uang tersebut harus ditarik oleh pihak bank agar tidak kembali beredar di masyarakat, sementara pemilik warung tidak diberikan ganti uang palsu yang ditarik bank tersebut. Artinya pemilik warung mau tidak mau kehilangan uang sebesar Rp.100.000. Itu baru selembar uang, lho. Bagaimana jika uang palsu yang beredar dalam jumlah banyak? Berapa banyak masyarakat yang akan dirugikan?
Namun selain merugikan masyarakat, peredaran uang palsu juga merugikan perekonomian suatu negara. Berikut adalah beberapa dampak negatif uang palsu dari segi perekonomian, yaitu :
1. Terjadi Inflasi
Menurut ilmu ekonomi, inflasi adalah proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus. Peredaran uang palsu dalam jumlah yang banyak akan menimbulkan inflasi. Ini karena masyarakat mempercayai bahwa uang palsu tersebut merupakan uang asli, yang dapat dipergunakan untuk berbagai transaksi. Hal ini membuat uang yang beredar di masyarakat lebih banyak jumlahnya daripada uang beredar yang diizinkan bank sentral. Masyarakat kemudian dapat membeli banyak barang dengan mudah karena banyaknya uang beredar.
Sementara barang kebutuhan adalah barang yang jumlahnya terbatas. Maka seiring dengan meningkatnya demand, harga barang pun naik. Lambat laun hal ini akan memicu inflasi tak terkendali yang sangat berbahaya bagi perekonomian suatu negara.
2. Terjadi Kesenjangan Sosial yang Semakin Lebar
Adanya pihak-pihak tertentu yang dapat memproduksi uang membuat mereka dapat membeli barang dan jasa apa saja yang mereka inginkan, dengan seenaknya. Sementara di sisi yang lain, ada masyarakat yang memperoleh uang dengan cara bekerja, dan uang mereka terbatas. Hal ini mengakibatkan kesenjangan status sosial semakin meningkat, antara si kaya dan si miskin.
3. Mempengaruhi Suplai Uang
Bank Indonesia memiliki perhitungan yang akurat mengenai peredaran uang di Indonesia, dan selalu disesuaikan dengan kondisi moneter. Bekerja sama dengan Perum PERURI untuk mencetak uang Rupiah, Bank Indonesia kemudian mendistribusikan Rupiah dari Sabang hingga Merauke, baik dari jalur darat, laut dan udara. Kebutuhan uang telah diperhitungkan sedemikian sehingga BI dapat mengetahui jumlah uang beredar di masyarakat, dimana di saat yang sama BI juga melakukan penarikan uang yang telah lusuh dan tak layak edar melalui perbankan.
Bayangkan jika banyak uang palsu yang beredar di masyarakat. Hal ini akan mempengaruhi perkiraan jumlah uang yang beredar di masyarakat. Dan bila jumlahnya sangat banyak, dapat memberikan dampak buruk bagi perekonomian suatu daerah hingga perekonomian suatu negara.
4. Uang Berkualitas Baik akan Digantikan Oleh Uang yang Berkualitas Buruk
Mengapa? Karena uang yang berkualitas baik seperti Rupiah saat ini memiliki biaya pembuatan yang sangat mahal. Dilengkapi dengan berbagai ftur pengamanan yang canggih seperti color shifting, rainbow feature, latent image, ultra violet feature, tactile effect, dan rectoverso, Bank Indonesia bahkan memiliki laboratorium sendiri dalam merancang dan meneliti uang Rupiah.
Lalu bagaimana jika ada oknum yang dapat mencetak uang sendiri hadir di masyarakat? Rupiah lambat laun terancam eksistensinya karena uang dengan kualitas yang lebih buruk ini lebih mudah dalam pembuatannya dan lebih sedikit dalam membutuhkan biaya cetaknya. Bila tidak ditanggulangi, lambat laun uang dengan kualitas buruk tersebut dapat menggantikan uang dengan kualitas yang baik. Dan hal ini akan sangat berbahaya bagi kondisi perekonomian suatu negara.
Artikel Terkait
- Modus-modus Arisan Bodong, Ini Beberapa Contoh Arisan Bodong!
- Arisan Tembak untuk Nasabah Unbankable
- Apa itu Nasabah Bankable dan Unbankable?
- Pengen Anaknya Jadi Milyuner? Ajarkan Hal-hal Berikut ke Anak!
Demikianlah artikel tentang dampak negatif uang palsu bagi perekonomian, semoga bermanfaat bagi Anda semua.