Gagal Buat Startup? Bikin Startup Baru Lagi Saja!
Kegagalan merupakan kesuksesan yang tertunda. Ungkapan tersebut tak hanya sekadar isapan jempol belaka, karena telah banyak yang membuktikannya. Sebut saja Steve Jobs, Bill Gates, dan Thomas Alfa Edison, contoh dari tokoh-tokoh yang berpengaruh di dunia karena berhasil menemukan perangkat yang memberikan manfaat bagi manusia hingga saat ini. Sebelum mereguk manisnya kesuksesan, mereka harus merasakan pahitnya kegagalan demi kegagalan.
Tak ada salahnya belajar dari pengalaman orang lain yang telah mencapai tangga kesuksesan lebih dulu. Kisah sukses mereka yang penuh dengan suka duka dan perjalanan yang tidak mudah dapat menjadi inspirasi yang senantiasa menyemangati diri untuk lebih keras dalam berusaha.
Kesuksesan tak hanya milik segelintir orang saja. Semua memiliki kesempatan untuk sukses selama mau bekerja keras, belajar dari pengalaman, dan tentunya pantang menyerah. Jadi, meski Anda pemula dalam bisnis tak perlu berkecil hati, karena Anda memiliki banyak kesempatan untuk meraih keberhasilan sebagaimana pendahulu Anda.
Semua tentu berawal dari startup. Mulai dari bisnis rintisan dengan skala kecil seiring berjalannya waktu dengan amunisi strategi yang tepat dapat berkembang menjadi holding company. Namun tak perlu berharap muluk-muluk, karena membangun dan menjalankan startup tidaklah mudah. Banyak rintangan yang menghalangi jalan Anda untuk melangkah ke tahap berikutnya (next level), baik dari internal maupun eksternal.
Tanpa disadari banyak kesalahan yang dilakukan secara internal, seperti tidak mengenali bisnis yang dirintis sehingga salah menetapkan tujuan, salah mengelola modal dan sumber daya, dan lainnya. Sementara dari sisi eksternal, Anda harus menghadapi persaingan yang bisa mengancam kelangsungan bisnis jika tidak diatasi dengan strategi yang tepat.
Tak heran jika banyak startup yang layu sebelum berkembang dan kalah sebelum berperang tanding dalam persaingan alias mengalami kegagalan. Sebagian memilih untuk menyerah, namun tak sedikit pula yang bangkit kembali dan memulai startup baru. Cukup mengherankan, jika pernah gagal sebelumnya, mengapa harus memulai startup baru? Bukankah hanya akan mengulang kesalahan yang sama dan membuang-buang modal dan waktu saja?
Jangan salah. Memulai kembali startup setelah mengalami kegagalan merupakan suatu bentuk pantang menyerah untuk meraih masa depan yang lebih baik. Berikut alasan perlunya memulai kembali startup baru setelah mengalami kegagalan.
- Belajar dari kegagalan
Kegagalan memang menyakitkan. Bahkan banyak yang pesimis setelah mengalami kegagalan, sehingga malas untuk bangkit kembali. Namun, tak sedikit pula yang memandang suatu kegagalan sebagai sesuatu yang harus diperjuangkan ulang. Kegagalan memberinya pengalaman sekaligus pelajaran berharga dalam hidup untuk memperbaiki diri.
Kesuksesan tentu tidaklah datang dengan sendirinya. Dibutuhkan usaha yang keras dan banyak mencoba. Tak hanya itu, kesuksesan juga tak selalu dapat diraih dalam waktu singkat, bahkan membutuhkan waktu yang cukup lama. Kegagalan demi kegagalan dalam merintis suatu startup justru semakin memberi banyak pelajaran. Anda akan lebih mengenal masalah, rintangan-rintangan yang menghalangi, dan strategi para pesaing. Dengan begitu, Anda bisa mengatur langkah baru sebagai solusi atas permasalahan yang dihadapi saat merintis startup yang mengalami kegagalan.
- Lebih terampil dalam merebut pasar
Sudah menjadi suatu kewajaran jika pemain baru dalam bisnis belum memahami benar lingkup pasar yang akan dilayani dan dihadapinya. Belum adanya pengalaman menjadikan pendiri startup masih lugu dan ‘gagap’ dalam membaca situasi dan kondisi pasar. Hal ini menyebabkan risiko salah langkah cukup besar, sehingga mengakibatkan startup terjerumus dalam lubang kegagalan. Sebut saja membuat kesepakatan yang buruk dengan investor, terlalu longgar dalam mempekerjakan orang, dan memasarkan produk juga layanan secara serampangan.
Namun, lagi-lagi kegagalan yang dialami tak selamanya memberikan dampak buruk pada bisnis dan pengembangan diri. Dari kesalahan-kesalahan yang dilakukan, Anda sebagai pendiri startup akan lebih terampil dalam membaca situasi dan memanfaatkan peluang yang ada. Anda akan lebih banyak belajar tentang cara negosiasi dengan klien dan investor, lebih ketat dalam menyeleksi pekerja, membaca pergerakan pesaing, dan lebih tahu cara mengatasi pasar dari saat Anda memulai startup sebelumnya.
- Jaringan semakin luas
Sebagai pendiri startup, Anda tentu akan menjalin hubungan dengan banyak orang, baik klien, investor, karyawan, maupun pelanggan. Di awal merintis startup, mungkin Anda belum terlalu luwes dalam berkomunikasi dan berinteraksi, sehingga tak sedikit klien dan juga investor yang menangguhkan kerja samanya dengan Anda. Hal tersebut bisa dimaklumi, karena dalam bayangan klien dan investor, Anda belum cukup berpengalaman sehingga profesionalisme dan kinerjanya masih diragukan.
Seiring dengan pembelajaran yang diperoleh dari kegagalan demi kegagalan yang dialami, Anda bisa semakin mempersiapkan diri dalam membangun jaringan kerja yang lebih luas. Anda akan semakin luwes dalam menjalin komunikasi dan kerja sama. Oleh sebab itu, bisa jadi klien dan investor yang sebelumnya masih meragukan kinerja dan profesionalisme Anda pada startup sebelumnya justru akan mempercayai Anda pada startup baru yang dibangun.
- Lebih cermat dalam menentukan strategi dan mengambil keputusan
Menjalankan suatu bisnis dibutuhkan kepiawaian manajemen strategis yang memadai. Anda akan dihadapkan pada beragam situasi yang bermuara pada pengambilan keputusan yang tepat demi pengembangan startup Anda. Tanggung jawab tersebut jelas berada di pundak Anda sebagai pendiri startup. Dengan kata lain, hidup matinya startup berada di tangan Anda.
Pada bisnis startup awal, mungkin Anda belum lihai dalam menentukan strategi dan mengambil keputusan, sehingga sering melakukan kesalahan. Kesalahan demi kesalahan yang dilakukan baik disadari maupun tidak, tetapi tidak segera diatasi tentu akan berdampak pada kelangsungan startup itu sendiri. Keberadaan konflik internal dalam suatu perusahaan terkadang bisa menjadi kekuatan. Namun konflik internal yang berkembang tanpa adanya solusi justru berisiko pada gagalnya perusahaan tersebut.
Nah, dari kesalahan dan kegagalan yang dialami pada startup sebelumnya tentu menjadi pelajaran bagi Anda untuk tidak melakukan kesalahan yang sama pada startup baru yang dibangun. Setiap keputusan yang diambil akan lebih berkualitas sehingga memberikan manfaat positif bagi perusahaan. Demikian pula dengan strategi yang dirumuskan semakin tepat dalam menjangkau sasaran.
Disadari atau tidak, kesalahan yang dilakukan dan kegagalan yang dialami pada startup sebelumnya merupakan proyeksi dari kesuksesan Anda di masa depan dalam merintis startup baru. Perjalanan panjang yang penuh liku kegagalan justru menjadi jalur kesuksesan Anda di masa mendatang.
Artikel Terkait
- Apa Beda Startup dan UKM?
- Ide-ide Startup yang Sering Gagal
- Apa Untung Ruginya Membuat Program Magang bagi Perusahaan Startup?
- 9 Hal yang Harus Dimiliki Founder Startup Berbasis Teknologi
Demikianlah artikel tentang gagal buat startup, semoga bermanfaat bagi Anda semua.