Adakah Negara yang Gagal Membayar Utang Negara? Ini Dia Daftarnya!
Berhutang adalah langkah yang umum diambil sebuah negara untuk menutupi defisit perekonomian. Pinjaman ini biasanya juga bisa diambil untuk memperlancar pembangunan suatu negara dengan harapan peningkatan devisa negara setelah infrastruktur dibangun. Namun, tidak jarang sebuah negara gagal membayar kewajiban hutangnya karena beberapa faktor. Kondisi ini disebut dengan gagal bayar nasional yang biasanya diikuti dengan krisis moneter besar-besaran dan jatuhnya nilai tukar mata uang negara tersebut. Negara akan mengeluarkan pernyataan resmi untuk tidak membayar utang atau penghapusan utang apabila aset-aset negara kurang dari total utang.
Kondisi ini tentu saja akan memicu dampak negatif dari negara pemberi utang yang tentunya merasa dirugikan. Mereka akan memberi banyak tekanan baik secara politik maupun ekonomi terhadap negara tersebut. Bahkan dahulu kala, tidak jarang negara pemberi pinjaman menggunakan kesempatan ini untuk menjajah dan menopoli negara yang gagal membayar utang-utangnya. Contohnya pada tahun 1882, negara Britania menjajah Mesir setelah Mesir gagal membayar hutang-hutangnya. Amerika Serikat juga menduduki Haiti pada tahun 1980an setelah Venezuela gagal membayar utang negaranya.
Setelah penjajahan dihapuskan dan Perserikatan Bangsa-Bangsa dibentuk, tidak ada lagi negara yang bisa mengklaim wilayah berdaulat negara lain hanya karena negara tersebut gagal bayar hutang. Dengan terbentuknya DMI atau Dana Moneter Internasional (IMF) pada tahun 1944, negara yang mengalami kesulitan keuangan bisa meminjam kepada DMI. Negara-negara yang memiliki keuangan stabil bisa menyumbangkan dana cadangan yang nantinya dipinjamkan kepada negara-negara yang membutuhkan. Walau DMI juga membantu negara-negara penghutang tersebut, tidak jarang gagal bayar nasional terjadi juga. Akibatnya, negara-negara tersebut mengalami kebangkrutan dan akhirnya bergantung kepada DMI dalam hal perekonomian.
Gagal bayar ini bisa terjadi karena korupsi besar-besaran oleh badan pemerintahan, kericuhan politik dan pemberontakan, investasi yang buruk atau bencana alam. Untuk lebih jelasnya, berikut contoh-contoh negara yang gagal membayar utang negaranya.
1. Yunani
Berita kejatuhan ekonomi Yunani sangat mengejutkan bagi dunia karena Yunani merupakan negara maju pertama yang mengalami depresi ekonomi yang sangat parah. Tahun 2016, Yunani tercatat gagal membayar utang-utangnya pada DMI yang telah mencapai 1.5 miliar Euro atau setara dengan 22.5 Triliun. Seperti yang telah diketahui, Yunani bukanlah negara yang besar dan menggantungkan pemasukkan utamanya dari sektor pariwisata. Namun, pada tahun 2007-2008 perekonomian global mengalami kelesuan yang disusul dengan krisis keuangan dunia. Dengan kondisi seperti ini, tentu saja sektor pariwisata mengalami keterpurukkan karena merupakan kebutuhan tersier. Banyak negara-negara Eropa lainnya mengalami nasib yang sama namun Yunani merupakan negara yang terkena dampak paling berat.
Hal ini terjadi karena pemerintah berusaha menambah jaring pengaman kepada rakyatnya yang mengalami krisis ekonomi dengan memberikan jaminan-jaminan kesejateraan. Padahal jaminan tersebut diperoleh dengan menimbun utang. Dengan pengeluaran yang demikian besar, pemerintah Yunani berharap perekonomian global segera membaik dan pendapatannya dari sektor pariwisata bisa kembali seperti semula. Namun, kenyataannya pendapatan negara tidak sesuai dengan harapan sehingga utang yang harus dibayar mencapai 40% dari total pendapatan negara. Tahun 2015 Yunani dinyatakan benar-benar bangkrut dengan bank-bank kehabisan uang dan tingkat pengangguran hampir 25%.
2. Argentina
Pada tahun 2014 kabar mengejutkan kembali terdengar ketika Argentina gagal membayar utang sebesar 1.140 triliun rupiah kepada IMF. Kebangkrutan ini terjadi setelah Argentina dilanda krisis ekonomi pada tahun 2010, yang mengakibatkan penduduknya mengambil semua simpanannya di bank. Warga yang panik mendengar kabar krisis ekonomi tidak ingin kehilangan uang simpananya sehingga bank-bank kehilangan sumber pendapatannya dan mati. Akhirnya pemerintah sampai turun tangan dan membatasi nasabah hanya boleh mengambil uang sejumlah USD 250 per minggu atau setara dengan 3 juta rupiah saja.
Kekacauan ekonomi ini diakibatkan oleh buruknya korupsi yang dilakukan oleh pemerintah setempat sehingga pendapatan negara tidak digunakan dengan semestinya. Akibatnya negara terus berhutang untuk mencukupi kebutuhannya, yang ironisnya tidak dibarengi dengan kemajuan infrastuktur dan perekonomian. Pada tahun 2016 tercatat 25% dari rakyat Argentinya tidak memiliki pekerjaan sedangkan 40.000 orang kehilangan tempat tinggal dan bertahan hidup di jalanan dengan mengais sampah.
3. Zimbabwe
Sebelum tahun 2000, Zimbabwe merupakan negara yang stabil di Afrika dengan pendapatan utamanya berasal dari ekspor hasil pertanian dan perternakan. Namun terjadi gejolak politik sehingga pemerintah mengeluarkan kebijakan yang mengguncang kedua sektor tersebut. Hasilnya pertenian dan perternakan domestik dilanda krisis dan rakyat mulai kehilangan mata pencaharian. Hal ini diperparah dengan wabah kolera yang terjadi pada tahun 2008. Rakyat mulai mengalami kelangkaan bahan pangan yang mengakibatkan harga-harga melonjak naik selagi berperang dengan penyakit kolera. Kondisi rakyat yang hidup menderita di bawah garis kemiskinan membuat kericuhan domestik terjadi dimana-mana yang memperparah krisis ekonomi di Zimbabwe. Pada tahun 2009, Zimbabwe resmi dinyatakan bangkrut dengan hutang negara sebesar USD 4.5 Miliar atau setara dengan 43.2 Triliun Rupiah.
4. Nauru
Negara Nauru adalah sebuah pulau kecil di dekat Australia yang dulu terkenal makmur dan elok. Walaupun wilayahnya kecil, Nauru sempat terkenal menjadi negara dengan pendapatan per kapita tertinggi di dunia karena kaya akan fosfat. Fosfat adalah bahan pupuk alami yang yang ditemukan dari kotoran burung berumur ribuan tahun. Mineral ini sangat banyak ditemukan di Nauru sehingga investor berbondong-bondong datang dan mengeruk sumber daya tersebut. Rakyat yang terlena dengan kelimpahan devisa terbiasa berfoya-foya dan menutupi sebagian besar kebutuhannya dengan mengimport dari negara lain dan tidak membangun sistem produksi domestik sendiri. Akhirnya pada saat fosfat sudah habis dikeruk, negara Nauru menjadi bangkrut dan terlilit utang sebesar USD 240 milyar atau 2.208 triliun rupiah kepada Australia. Saat ini 75% dari wilayahnya tidak layak huni dan warga-warga yang tidak memiliki pekerjaan hidup seadanya dibawah garis kemiskinan.
Artikel Terkait
- Apa yang Terjadi ketika Negara Gagal Membayar Utang (Default)?
- Inilah Dampak Positif dan Negatif Penerbitan Surat Utang Negara
- Mengapa Negara Dunia Ketiga Jarang yang Maju? Ini Dia Masalah Negara Dunia Ketiga!
- Kenapa Negara Miskin Tidak Mencetak Uang Terus-terusan supaya Kaya?
Demikianlah artikel tentang Negara yang gagal membayar utang Negara, semoga bermanfaat bagi Anda semua.