Perbedaan Umum Cara Berpikir Orang Kaya dan Orang Miskin
Berbicara tentang kehidupan orang kaya dan orang miskin biasanya tidak lepas dari perbandingan harta dan status sosial. Namun tahukah kamu ada banyak konteks-konteks penting lainnya yang dapat dibahas dan menjadi pola pikir baru dan ternyata lebih mengejutkan. Pola pikir ini tentunya tidak hanya sebatas membedakan antara kehidupan orang miskin dan orang kaya, namun langkah kedepannya adalah bagaimana kita dapat menemukan solusi untuk mengurangi atau memperkecil jarak dan jumlah perbedaan antara cara berpikir orang kaya dan orang miskin. Tidak selamanya perbedaan itu hanya membicarakan konteks jumlah uang yang dihasilkan, jumlah harta yang diperoleh, tapi lebih ke sumber pemikiran yang membuat jumlah pendapatan dan harta jadi dibandingkan. Oleh karena itu, konteks lebih luas tentang perbedaan orang kaya dan orang miskin yang ingin dibahas disini adalah tentang cara berpikir.
Bagaimana lantas cara berpikir mampu membedakan antara kedua strata kehidupan yang dinilai jauh berbeda ini. Masing-masing perbedaan akan memberikan kita pemikiran baru tentang betapa luas atau bisa saja betapa sempitnya perbedaan itu sebenarnya jika dipahami dan dikelola dengan baik. Apa saja perbedaan itu? Simak 4 perbedaan cara berpikir orang kaya dan orang miskin berikut ini.
Pendidikan
Pendidikan jadi hal paling utama yang membedakan antara orang kaya dan orang miskin. Kita sering berpikir, kemungkinan yang menyebabkan orang miskin jadi terus miskin hanya karena mereka mengenyam pendidikan yang kurang keren dan berkualitas dibandingkan dengan orang kaya. Itu tidak sepenuhnya salah, tapi juga tidak sepenuhnya benar. Benar bahwa pendidikan orang kaya pada umumnya jauh lebih berkualitas ketimbang orang miskin yang kebanyakan bersekolah di sekolah biasa atau negeri dengan standar pendidikan yang sama dan perkembangan yang tidak begitu pesat seperti di sekolah swasta. Terlebih jika kita mulai bicara tentang fasilitas. Terlihat sekali sekolah orang kaya akan jauh lebih menonjol. Punya program ini dan itu, kelas bahasa inggris, pembekalan, fasilitas, dan sebagainya.
Tapi bukan disitu poinnya untuk topik ini. Bagaimana inti sebuah pendidikan di mata orang kaya dan orang miskin masih sangat jauh berbeda. Kebanyakan orang kaya fokus pada pendidikan practical, mereka langsung turun ke lapangan melihat potensi yang ada begitu mereka selesai mempelajari sesuatu. Tak jarang kita melihat bahkan orang kaya tidak mengenyam pendidikan yang sifatnya konvensional seperti SD – SMP – SMA – Kuliah. Pada umumnya mereka tidak mainstream seperti itu.
Banyak dari mereka yang mengasah kemampuan diri, mempelajari potensi kemudian terjun di dunia yang mereka benar-benar expertise dalam bidangnya. Tak jarang mereka mengambil profesi-profesi yang tidak biasa. Seperti chef, pemain biola, olahragawan, pebisnis dan pengusaha, sampai pelukis atau content creator yang menjadi profesi populer saat ini. Banyak bahkan yang mengambil profesi-profesi milenial sudah mulai bermunculan. Terlihat perbedaannya dimana mereka menitikberatkan pada potensi diri, kemampuan dan kesanggupan, serta wawasan yang luas tentang bagaimana meraih mimpi.
Berbeda dengan orang miskin yang hidupnya terkotak dan terkesan diarahkan. Mereka cenderung tidak berani mengambil resiko dan terkesan mengikuti tren yang ada. Yang lain sekolah maka kita sekolah. Yang lain sampai kuliah maka kita kuliah. Padahal tidak selamanya kita memang ingin berada di dunia itu. Bisa saja potensi besar kita berada di bidang lain namun tidak terarahkan.
Oleh karena itu, konteks orang miskin disini jadi tidak hanya sekedar mereka dengan pendidikan rendah yang bahkan tidak sekolah namun juga mereka dengan pendidikan tinggi namun pada akhirnya punya pendapatan yang lebih sedikit ketimbang mereka yang tidak sekolah di sekolah konvensional atau biasa. Mereka dengan segala gelar sarjananya namun bekerja di bawah kepemimpinan orang yang bahkan tidak sampai sarjana.
Dari poin itu kita juga jadi sadar bahwa cara berpikir orang kaya tentang edukasi berbeda dengan orang miskin. Tidak sama orang kaya yang tidak sekolah hingga profesor dengan orang miskin yang tidak sekolah. Mereka lebih terarah sedangkan orang miskin diselimuti oleh keterbatasan yang membuat mereka cenderung tidak bisa melihat peluang besar yang ada.
Flow Hidup
Sadarkah kita bahwa sebenarnya pembeda antara cara berpikir orang kaya dan orang miskin itu cukup sederhana. Flow atau alur hidup orang kaya biasanya akan lebih visioner, cenderung jelas dan terarah. Mengapa? Karena orang kaya memiliki banyak contoh orang-orang di sekitarnya. Mereka memiliki variasi track record yang dapat memotivasinya. Bicara tentang flow, tentu dimulai dari kita kecil. Mulai dari balita, pilihan untuk menempuh sekolah playgroup atau TK misalnya sudah ada. Les ini, les itu sudah tersedia. Mudah untuk ditentukan. Kenapa? Karena mereka punya contoh misalnya om, saudara, atau tante yang sudah lebih dulu punya alur hidup yang bagus dan bisa jadi testimoni bagus untuk berbagai pilihan alur hidup yang ia miliki.
Misal kita tidak mengambil contoh yang terlalu jauh yakni ibu si anak orang kaya. Dari kecil dia sudah masuk playground dan TK swasta internasional misalnya. Di rumah didaftarkan les biola. Setiap hari dibiasakan berbahasa inggris. Seiring berjalannya waktu tumbuh kembang menjadi remaja dengan masa depan cerah, dan kini wanita karir sukses. Ketika ibu tadi memiliki anak, dengan track record bagus yang telah ia jalani dan percaya, tentu ia ingin alur yang sama juga terjadi pada anaknya. Begitu seterusnya. Dan alur ini tidak selamanya datang dari ibu, bisa dari keluarga dekat lain seperti yang dijelaskan sebelumnya.
Lalu bagaimana dengan orang miskin? Apakah kita akan mengatakan bahwa orang miskin tidak punya track record? Tentu punya. Semua orang di dunia punya track record. Masalahnya dimana? Kualitas track record dan seberapa besar ia terekam serta punya nilai di mata orang yang memilikinya? Percayalah kebanyakan orang miskin tidak ingin mengingat alur hidupnya karena kemungkinan besar tidak visioner dan mereka sendiri yang menganggap itu tidak berharga. Semuanya hanya tertuju pada satu arah. Ketidakinginan mereka agar alur hidup itu terulang kembali. Mereka membuang alur hidup itu sehingga tidak bisa memberikan contoh alur hidup terbaik untuk anaknya. Karena mereka tidak punya sumber, hasilnya sang anak dipaksa memilih dan memulai alur hidupnya sendiri
Ini juga bisa menjelaskan kenapa rantai kemiskinan sulit sekali untuk diputuskan sementara rantai kekayaan terus saja berjaya.
Dari penjabaran tadi sudah terlihat perbedaan pemikiran antara orang kaya dan orang miskin dimana orang kaya senantiasa ingin memberikan apa yang sudah ia jalani ke anak-anaknya sementara orang miskin tidak. Jika ingin mengubah nasib rantai kemiskinannya, mereka dipaksa untuk berpikir sendiri. Tak jarang mereka kehilangan arah dan akhirnya putus asa.
Dalam bukunya berjudul Rich Dad Poor Dad, Robert menjelaskan bahwa orang miskin memiliki kecenderungan bekerja untuk orang lain sementara orang kaya sering memiliki mimpi besar dan memulai bisnisnya. Orang miskin terjebak dengan payroll yang sama setiap bulannya, menantikan uang yang jumlahnya tidak seberapa kemudian terjebak dalam lilitan hutang.
Berbeda dengan orang kaya yang kerap bermimpi besar dan tinggi kemudian cenderung menjalankan bisnis demi keuntungannya sendiri dan meraup uang dalam jumlah banyak. Mereka tidak menanti namun mendapatkan. Dengan penjabaran alur kehidupan tadi menjelaskan bagaimana perbedaan pemikiran antara orang kaya dan orang miskin ini terbentuk.
Robert juga menjabarkan bahwa perbedaan cara berpikir orang kaya dan orang miskin hanya sebatas aset dan kewajiban. Dengan alur kehidupan yang baik, flow dan pendidikan yang bagus, orang kaya memiliki banyak aset sementara orang miskin sibuk melunasi berbagai kewajiban yang ia miliki. Aset adalah hal yang membuat uang masuk dan kewajiban adalah hal yang membuat uang keluar.
Orang miskin biasanya menghabiskan uang mereka untuk hal – hal yang akan menyebabkan uang keluar dari kantong mereka untuk berbagai kewajiban. Misalnya sewa rumah. Orang kaya mengutamakan kemapanan diri kemudian baru memikirkan sisi liabilitasnya. Mereka menunggu hingga simpanan atau aset mereka cukup melebihi pengeluaran.
Pengeluaran vs Pendapatan
Dua hal ini sama-sama penting, namun pernahkah kamu berpikir dan membandingkan mana yang lebih penting diantara keduanya. Seberapa penting dan mana yang lebih penting diantara kedua hal ini bisa membedakan cara berpikir antara orang kaya dan orang miskin. Menarik. Dimana letak perbedaannya. Dua-duanya sama-sama dilakukan.
Orang kaya cenderung mementingkan pengelolaan pengeluaran ketimbang pendapatan. Sebaliknya bagi orang miskin, biasanya tidak begitu mempedulikan pengeluaran dan fokus pada pendapatan. Kenapa? Orang kaya biasanya memikirkan baik – baik pengeluarannya. Bagaimana untuk mengatur agar pengeluaran itu tidak melebihi pendapatan bahkan jauh lebih kecil dari itu. Tentu ini masih erat kaitannya pada poin sebelumnya dimana orang kaya berusaha untuk tidak memiliki kewajiban yang dapat menyita pendapatan dan asetnya.
Berbeda dengan orang kaya, orang miskin masih terus fokus pada pendapatannya. Terkadang mereka melupakan poin dimana pengeluaran juga harus ditekan. Contoh sederhana yang mungkin sering kamu temukan di luar sana. Orang kaya lebih senang berbelanja di supermarket dalam jumlah besar dan mereka sangat senang dengan promo dan sebagainya. Di sisi lain, orang miskin lebih sering berbelanja di warung-warung biasa dalam jumlah kecil. Jika dihitung – hitung, pengeluaran orang miskin akan jauh lebih besar dibandingkan orang kaya. Karena orang kaya membeli dalam jumlah besar untuk jangka waktu yang panjang. Terhitung lebih murah. Tak jarang orang kaya yang belanja dalam jumlah besar mendapatkan voucher gratis dan promo-promo. Ini membuat belanja bulanannya jadi tambah hemat.
Oportunis, Resiko, dan Konsekuensi
Oportunis menjadi cara berpikir orang kaya. Mereka memanfaatkan setiap momen yang ada. Mereka tahu bagaimana caranya untuk mengatur keuangan dan memutarnya untuk keuntungan lainnya dalam hidup mereka. Mereka merencanakan masa depan dengan rancangan yang terarah dan luar biasa. Hal-hal yang sulit ditemukan ada di antara kalangan orang miskin.
Orang miskin cenderung hidup dengan mengambil persentase resiko yang lebih rendah setiap harinya. Misalnya, jika kamu sedang bekerja di sebuah perusahaan dengan masa depan yang paling tinggi naik jabatan namun ternyata masih jauh, memiliki jaminan kesehatan dan benefit lainnya yang membuatmu setidaknya bisa menjalani hidup dengan baik. Namun, posisi di perusahaan itu tidak membuat kamu kaya. Berhenti atau tidak menjadi pilihan yang cukup besar untuk diambil. Orang kaya akan berpikir bagaimana dengan keluar ia bisa menciptakan dunia bisnis baru dan mendapatkan penghasilan yang jauh lebih besar. Pemikiran ini tentu butuh keberanian dan kesediaan untuk mengambil resiko yang besar. Meninggalkan segala kenyamanan zona yang ada.
Ada konsekuensi dari pilihan-pilihan yang diambil. Misalnya saja untuk mereka yang memutuskan memiliki saham atau aset investasi lainnya. Mungkin bagi mereka untuk tiba-tiba kehilangan semua uangnya karena jatuhnya nilai saham. Setiap pilihan pasti ada konsekuensinya. Atau disaat segala keterbatasan uang, ia harus memilih antara membayar listrik atau memperbaiki mobil.
Cara berpikir yang terdengar sangat sederhana dan sebenarnya memang sederhana menjadi pembeda besar antara orang kaya dan orang miskin. Solusi memperkecil jarak antara orang kaya dan orang miskin terlihat karena dari sudut inilah keduanya bisa berganti. Orang kaya bisa menjadi orang miskin dan sebaliknya. Pemikiran yang bisa mengubah segalanya.
Artikel Terkait
- Tip Finansial untuk Kelas Menengah
- Pelajari Cara-cara Berikut agar Hidup Semakin Mudah
- Tips Mendapatkan Kebebasan Finansial Umur 30
- Tip Keuangan bagi Keluarga Muda
Demikianlah artikel tentang perbedaan umum cara berpikir orang kaya dan orang miskin, semoga bermanfaat bagi Anda semua.