Untung Rugi Universal Basic Income (Pendapatan Dasar Universal)
Permasalahan kemiskinan tak bisa dipungkiri menjadi momok di setiap negara, terlebih negara-negara yang berstatus sebagai negara berkembang, apalagi sedang berkembang. Negara-negara berkembang atau sedang berkembang ini umumnya dicirikan dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang rendah, tetapi tingkat pertumbuhan penduduknya tinggi.
Banyak cara yang dilakukan oleh otoritas masing-masing negara dalam mengentaskan kemiskinan. Mulai dari memberikan bantuan sosial hingga menciptakan lapangan kerja. Di Indonesia sendiri banyak program yang dilakukan untuk mengurangi jumlah penduduk miskin. Sebut saja Bantuan Langsung Tunai (BLT), Program Keluarga Harapan (PKH), pinjaman lunak bagi pelaku usaha, dan lainnya.
Sayang, berbagai program kesejahteraan yang dilakukan pemerintah di setiap negara belum juga efektif mengentaskan kemiskinan. Masih saja banyak masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan. Menurut data BPS (Badan Pusat Statistik), jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2019 sebanyak 25,14 juta jiwa.
Kesenjangan ekonomi yang terasa kental antara si kaya dan si miskin memunculkan ide atau wacana global mengenai pemberian santunan berupa uang gratis oleh negara kepada seluruh rakyatnya dalam program pendapatan dasar universal (Universal Basic Income – UBI).
Apa itu pendapatan dasar universal?
Pendapatan dasar universal atau dalam istilah asing disebut Universal Basic Income (UBI) merupakan tunjangan tunai reguler dalam jumlah setara yang diberikan oleh negara kepada seluruh warga negara secara individual terlepas dari strata ekonomi dan pekerjaan masing-masing warga negara. Pemberian pendapatan dasar universal ini tanpa kecuali dan syarat-syarat tertentu. Artinya, seluruh warga negara berhak menerima tunjangan tersebut.
Ide mengenai pendapatan dasar universal ini bukanlah gagasan yang mengemuka dan berkembang baru-baru ini, tetapi telah dibahas secara global sejak lama. Bahkan, ada beberapa negara telah menerapkan program berbasis kesejahteraan ini. Jadi, jika Anda pernah mendengar bahwa pengangguran di negara-negara tertentu digaji oleh negara setiap bulannya, kabar itu bukanlah isapan jempol belaka atau hoax tapi faktanya memang demikian.
Sebut saja Alaska yang menggaji penduduknya rata-rata $ 1.200 per tahun. Di Oakland, California, memberikan tunjangan kepada 100 keluarga sebagai percobaan dengan nominal antara $ 1.000 hingga $ 2.000 sebulan. Tak mau ketinggalan, pemerintah Chicago, Illionis juga mempertimbangkan untuk memberikan tunjangan sebesar $ 500 sebulan kepada 1.000 keluarga. Sementara Kanada memberikan tunjangan kepada penduduknya yang masih hidup dalam kemiskinan sebesar C$ 17.000 setahun atau C$ 24.000 per pasangan. Program UBI juga diterapkan oleh Finlandia dengan menggaji penduduknya sebesar € 560 sebulan.
Kerangka dasar dari ide pendapatan dasar universal ini adalah pemerataan kesejahteraan. Bagaimana penduduk bisa makmur dan sejahtera, jika mereka masih dipusingkan dengan biaya hidup sehari-hari yang belum tentu bisa dipenuhi? Belum lagi terbebani dengan biaya pendidikan, sewa rumah, dan lain-lain. Sebab itu, pendapatan dasar universal difungsikan sebagai jaminan sosial dan ekonomi untuk setiap warga negara agar mampu memenuhi kebutuhan dasarnya. Dengan demikian, mereka dapat lebih tenang dalam bekerja guna mendapatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan lainnya.
Konsep pendapatan dasar universal ini sejalan dengan teori hierarki kebutuhan Maslow, di mana setiap orang akan merasa aman jika kebutuhan fisiologis sebagai kebutuhan dasarnya terpenuhi. Ketika kebutuhan dasar terpenuhi, individu akan merasa aman sehingga dapat mencapai pemenuhan kebutuhan pada jenjang yang lebih tinggi baik sosial, penghargaan, dan aktualisasi diri.
Sumber pembiayaan pendapatan dasar universal
Negara bertanggung jawab menyejahterakan seluruh rakyatnya. Hal ini sering kali tidak diwujudkan dengan menjamin kehidupan raykat dengan memberikan tunjangan berupa uang tunai secara langsung, tetapi lebih pada penyediaan kecukupan stok pangan, penciptaan lapangan kerja, menjaga stabilitas harga, suku bunga kredit ringan, dan lain sebagainya.
Tak menutup mata bahwa negara pun memberikan bantuan dalam bentuk uang tunai langsung, namun tidak mencakup seluruh warga negara. Pemberian bantuan tersebut dilakukan dengan syarat-syarat tertentu, umumnya hanya bagi rakyat miskin saja.
Bagaimana negara mampu ‘menggaji’ seluruh warga negaranya? Bukankah negara sendiri membutuhkan biaya besar untuk mengimplementasikan program-program lainnya, baik pembangunan infrastuktur, pengembangan teknologi, pemerataan pendidikan, dan lain sebagainya?
Penerapan pendapatan dasar universal memang membutuhkan biaya yang besar. Untuk penduduk Indonesia sendiri misalnya, pemerintah harus menyiapkan anggaran sebesar Rp 55,82 triliun setiap bulan atau Rp 669,84 per tahun. Dalam kondisi perekonomian negara saat ini, jumlah tersebut tentu dirasa memberatkan.
Lantas, bagaimana pendapatan dasar universal bisa diterapkan? Toh, faktanya negara-negara lain seperti Finlandia, Kanada, dan lainnya bisa menerapkan program tersebut. Pembiayaan program pendapatan dasar universal tentu bersumber dari sumber daya yang dimiliki masing-masing negara. Misalnya di Alaska, pemerintah ‘menggaji’ setiap warganya dari sumber pendapatan minyak. Tak hanya itu, skenario pendanaan program pemerataan kesejahteraan ini juga bersumber dari perolehan pajak korporasi.
Pro dan kontra pendapatan dasar universal
Meski dirasa menjadi solusi global untuk mengentaskan kemiskinan, namun wacana mengenai pendapatan dasar universal ini menimbulkan pro dan kontra. Ada sebagian kalangan yang menolak, dan sebagian lainnya setuju dengan penerapan pendapatan dasar universal. Lantas, apa yang menjadi alasan pro dan kontra atas program pendapatan dasar universal ini?
- Pro pendapatan dasar universal
- Peluang mendapatkan jenis pekerjaan atau upah yang lebih baik semakin terbuka
Gagasan pendapatan dasar universal dinilai sebagai ide brilian dalam upaya menciptakan kesetaraan dan menghilangkan kesenjangan ekonomi. Banyak tokoh dunia yang mendukung diterapkannya pendapatan dasar universal. Sebut saja Mark Zuckerberg sebagai CEO Facebook, Elon Musk sebagai CEO Tesla, dan Ray Kurzwell selaku futuris dan direktur teknik di Google.
Dukungan tersebut diberikan karena tak semua jenis pekerjaan mampu memberikan upah layak yang dapat digunakan memenuhi seluruh kebutuhan hidup. Banyak pekerja yang menerima upah rendah, yang tak bisa diandalkan untuk membiayai seluruh kebutuhan pribadi, apalagi keluarga. Mulai dari biaya hidup sehari-hari baik makan, minum, transportasi, dan lainnya, belum lagi sewa atau beli rumah, biaya pendidikan, pajak, hingga hiburan dan travelling.
Untuk mendapatkan penghasilan lebih, tak jarang pekerja harus bekerja lembur bahkan mengerjakan pekerjaan sampingan, sehingga mengabaikan kondisi fisik yang juga butuh istirahat. Hal ini jika terjadi terus-menerus tentu akan berimbas pada turunnya stamina sehingga berisiko mudah terserang penyakit.
Kondisinya akan berbeda jika program pendapatan dasar universal diterapkan. Dengan tunjangan uang tunai yang diberikan pemerintah setiap bulan, pekerja bisa memiliki peluang lebih banyak untuk mencari pekerjaan dengan upah yang lebih baik. Hal ini akan meningkatkan jaminan sosial masyarakat sehingga mengurangi ketergantungan mereka pada situasi pasar tenaga kerja.
- Ada pilihan untuk meningkatkan daya jual atau merawat keluarga
Alasan utama orang bekerja adalah tentu untuk mendapatkan penghasilan agar dapat memenuhi kebutuhan. Namun di balik alasan tersebut, ada keterbatasan yang memaksa mereka untuk menjalankan pekerjaan dengan upah rendah atau bidang pekerjaan yang tidak disenanginya.
Misalnya saja keterbatasan biaya mengakibatkan putus sekolah sehingga terhalang untuk mencapai jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Tingkat pendidikan yang rendah tentu akan berdampak pada tingkat upah yang rendah pula. Namun, tidak adanya kesempatan untuk kembali ke sekolah, memaksa mereka untuk bekerja dengan upah rendah sepanjang hidupnya.
Keterbatasan lainnya adalah kondisi keluarga, di mana ada sebagian orang yang harus menanggung kehidupan orang lain. Misalnya anak yang harus merawat orang tuanya yang sudah renta dan sakit-sakitan atau sebaliknya. Apalagi seorang ibu yang menjadi tulang punggu keluarga harus meninggalkan anak-anak tanpa penjagaan untuk mencari nafkah. Kondisi ini secara psikologis jelas menimbulkan tekanan tersendiri.
Lain ceritanya jika program pendapatan dasar universal ini diterapkan. Dengan adanya ‘gaji’ dari pemerintah, maka pekerja memiliki pilihan untuk kembali ke sekolah guna meningkatkan daya jualnya di pasar tenaga kerja, atau mengambil pekerjaan paruh waktu agar bisa merawat orang tua atau anak-anaknya.
Bagi mereka yang memilih untuk kembali mengenyam pendidikan, maka peluang untuk mendapatkan pekerjaan dengan upah layak akan terbuka. Seiring dengan semakin tingginya tingkat pendidikan, maka keterampilan dan wawasan juga akan semakin baik. Lebih lanjut, daya saing pun akan semakin besar. Sementara bagi mereka yang memilih untuk merawat anggota keluarganya, kekhawatiran tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar dapat diminimalisir.
- Peluang memulai bisnis
Tanpa sumber daya finansial, suatu ide usaha atau bisnis mustahil untuk diwujudkan. Hal inilah yang sering kali membelenggu mereka yang memiliki jiwa entrepreneurship untuk tetap menjalani peran sebagai pekerja.
Banyak orang yang sebenarnya memiliki potensi dan keterampilan berbisnis namun terkendala modal. Program pendapatan dasar universal ini mampu menjadi solusi bagi mereka yang ingin membuka atau menjalankan bisnis sendiri tetapi terkendala dengan keterbatasan atau bahkan ketiadaan modal.
Dengan pendapatan dasar universal, masyarakat tak lagi harus bersaing mencari lowongan pekerjaan yang tersedia, tetapi dapat meningkatkan kemandirian sosial ekonomi dengan menciptakan lapangan kerja baru. Mereka bisa mendirikan dan memulai bisnis sendiri, berinvestasi dalam sektor-sektor yang strategis, dan lainnya.
- Kualitas kesehatan masyarakat lebih terjamin
Kemiskinan akan berdampak pada kualitas kesehatan masyarakat yang rendah. Di saat masyarakat harus bekerja lebih keras dan melebihi jam kerja pada umumnya, jelas akan menimbulkan kelelahan fisik. Apalagi jika tidak didukung dengan pemenuhan gizi yang memadai, karena ketiadaan uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Di sini jelas bahwa kemiskinan menjadi akar dari segala permasalahan, terutama kesehatan. Masyarakat miskin yang sakit jelas tidak memiliki uang untuk berobat, apalagi jika harus opname di rumah sakit. Sakit seolah menjadi musuh sekaligus teman akrab bagi masyarakat miskin. Mereka enggan untuk berobat dan lebih memilih untuk menahan sakit tanpa menyadari bahwa mereka berisiko menularkan penyakitnya kepada orang lain, hanya karena ketiadaan biaya.
Pendapatan dasar universal disinyalir mampu menjadi solusi bagi permasalahan kesehatan masyarakat miskin. Sebab, adanya tunjangan uang tunai kepada setiap warga masyarakat setidaknya mampu mengurangi beban biaya medis yang harus ditanggung ketika sakit.
Kontra pendapatan dasar universal
Di balik segala keunggulan yang menjadikan pendapatan dasar universal sebagai solusi meningkatkan kesejahteraan, program ini juga memiliki kelemahan sehingga penerapannya ditolak oleh banyak kalangan.
- Melemahkan motivasi kerja
Diakui atau tidak uang menjadi motivasi terbesar untuk bekerja. Sebab, segala sesuatu yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan hidup berhubungan erat dengan uang. Ketika orang-orang tak lagi memiliki uang, mereka akan giat bekerja dengan harapan mendapatkan upah lebih banyak agar dapat memenuhi kebutuhannya.
Namun dengan diterapkannya pendapatan dasar universal, di mana setiap penduduk ‘digaji’ oleh negara, maka muncul kekhawatiran melemahnya motivasi kerja masyarakat. Dengan kata lain, program ini justru menciptakan kemalasan kerja, karena hanya dengan ‘ongkang-ongkang kaki’ di rumah saja dibayar negara. Jika hal ini yang tercipta, bagaimana masyarakat menghasilkan kekayaan secara mandiri?
Dari perspektif pengusaha, penerapan pendapatan dasar universal menimbulkan kerugian dalam dua hal. Pertama, motivasi kerja yang lemah berpengaruh pada turunnya produktivitas, sehingga berdampak pada laba perusahaan yang menurun pula. Kedua, laba perusahaan yang menurun akibat lemahnya motivasi kerja justru semakin ditekan dengan beban pajak yang semakin tinggi.
- Memicu terjadinya inflasi
Dalam hukum ekonomi, permintaan barang akan meningkat jika daya beli masyarakat meningkat. Demikian pula sebaliknya. Jika setiap warga negara ‘digaji’ oleh negara, maka mereka memiliki daya beli. Hal ini akan meningkatkan permintaan terhadap barang dan jasa. Akibatnya, terjadilah inflasi.
Inflasi yang tinggi tentu akan lebih sulit dikendalikan. Jika ini terjadi, pemerintah akan bekerja ekstra keras untuk menstabilkan harga barang dan jasa. Bagaimana kalau gagal? Risiko terburuk adalah ekonomi negara terguncang bahkan mengalami resesi.
- Tingkat partisipasi angkatan kerja menurun
Kebutuhan memaksa orang untuk bekerja, bahkan menjadi cambuk untuk selalu bersemangat kerja agar mampu menghasilkan uang. Mereka yang telah lulus sekolah lanjut dengan mencari pekerjaan agar memiliki kemandirian finansial di masa depan. Bahkan, tak sedikit anak yang terpaksa meninggalkan bangku sekolah untuk bekerja, karena orang tuanya tak lagi mampu membiayai hidupnya. Adanya desakan atau tekanan ekonomi mendorong tingkat partisipasi angkatan kerja yang tinggi.
Kondisi yang tercipta akan berbeda ketika negara ‘menggaji’ setiap warganya per bulan. Tidak ada lagi alasan yang digunakan sebagai dasar bagi mereka untuk bekerja. Tidak ada tekanan ekonomi yang memaksa mereka bekerja mencari uang, toh uang akan datang sendiri meski mereka duduk-duduk manis di rumah.
Penerapan pendapatan dasar universal dikhawatirkan justru melenakan angkatan kerja, sehingga tingkat partisipasi mereka di pasar tenaga kerja menjadi rendah. Mereka enggan untuk bersusah-susah mencari pekerjaan dengan upah yang layak, karena bergantung pada ‘gaji’ yang akan diberikan pemerintah setiap bulannya.
Artikel Terkait
- 9 Sektor Industri yang Tersungkur Akibat Hantaman Virus Corona
- Harga Minyak Minus, Apa Faktor dan Bagaimana Sejarahnya Terjadinya?
- Untung Rugi Makan di Luar
- Untung Rugi Refinancing Kredit
Demikianlah artikel tentang untung rugi universal basic income (pendapatan dasar universal), semoga bermanfaat bagi Anda semua.