Cara Bertahan dari Krisis Finansial
Roda kehidupan senantiasa berputar, kadang di atas terkadang pula di bawah. Seperti halnya siklus finansial pribadi, kadang cukup bahkan berlebih, terkadang pula kurang sehingga mengalami krisis. Krisis finansial pribadi atau keluarga dapat disebabkan oleh banyak hal. Sebut saja pekerjaan yang hilang, utang yang menumpuk, perceraian, kondisi darurat seperti sakit kronis, bisnis yang bangkrut, dan lain sebagainya.
Krisis finansial tak bisa dianggap sebagai perkara mudah bahkan sepele. Sebab konsekuensinya tidaklah sederhana, tak hanya fisik tetapi juga psikologis. Orang yang mengalami krisis finansial sering kali stres tak jarang mengarah pada frustrasi, emosional dalam arti mudah marah dan tersinggung, bingung, lepas kontrol, dan kehilangan rasa percaya diri. Sementara dari segi fisik, orang yang sedang menghadapi krisis finansial tampak lusuh tak terawat dan lebih kurus.
Lantas, bagaimana caranya menghadapi dan bertahan dari krisis finansial hingga tercapai kembali stabilitas finansial? Ada beberapa cara yang bisa dilakukan, di antaranya sebagai berikut.
- Membuat anggaran
Anggaran merupakan kunci dalam keberhasilan finansial. Sebab itu, buatlah anggaran untuk setiap pengeluaran rutin Anda dan keluarga. Membuat anggaran sama artinya dengan membuat perencanaan keuangan baik secara mingguan maupun bulanan.
Dengan anggaran, Anda bisa menghitung dan memetakan setiap pengeluaran Anda, mulai dari belanja kebutuhan harian, mingguan, atau bulanan hingga mengkalkulasi tagihan-tagihan rutin seperti listrik, air bersih, telepon, cicilan pinjaman, dan lainnya. Tujuannya adalah untuk melacak setiap rupiah yang dibelanjakan.
Disadari atau tidak, anggaran merepresentasikan daftar kebutuhan dan pengeluaran yang seharusnya dikeluarkan. Anggaran menjadi instrumen untuk menghindari pemborosan sehingga pengaturan dan pengelolaan finansial bisa lebih hemat.
Dengan adanya anggaran, nafsu berbelanja yang hanya didasarkan pada keinginan dapat dikendalikan, tentu dengan catatan Anda harus tertib dan disiplin anggaran. Artinya, pastikan Anda benar-benar serius untuk mematuhi anggaran tersebut. Pembuatan anggaran tak akan memberikan hasil apapun di saat Anda menghadapi krisis finansial, apabila realisasinya tak sesuai dengan yang telah dianggarkan.
- Menyisihkan dana cadangan
Krisis finansial yang dialami seseorang bisa jadi disebabkan oleh kondisi darurat seperti sakit, kecelakaan, peralatan rumah tangga rusak, atap rumah roboh, kendaraan rusak, dan hal lain yang bersifat mendadak. Jika Anda tak memiliki simpanan, maka hal-hal darurat yang terjadi tersebut akan memaksa Anda untuk berutang.
Nah, beban utang ini akan menggerus finansial Anda setiap bulan atau di waktu mendatang saat jatuh tempo, karena Anda berkewajiban untuk mengembalikan pinjaman baik secara cicilan maupun sekaligus, tergantung kesepakatan antara Anda dengan pihak yang memberikan pinjaman.
Di saat memperoleh pendapatan baik berupa gaji atau laba hasil usaha, akan lebih baik jika Anda menyisihkan sebagian untuk dana cadangan, bisa 10 atau 20 persen dari pendapatan.
Tujuannya tak lain sebagai persiapan jika sewaktu-waktu mengalami atau dihadapkan pada situasi darurat sebagaimana telah disampaikan di atas. Sesuai dengan peruntukannya, dana darurat ini hanya akan digunakan jika terjadi kondisi darurat. Jadi, pastikan Anda tidak menggunakan dana tersebut untuk kebutuhan atau kepentingan lainnya.
- Melunasi utang
Sudah menjadi rahasia umum bahwa utang menjadi pemicu utama terjadinya krisis finansial pribadi. Di awal saat menerima pinjaman tampak begitu menyenangkan, tapi konsekuensi yang ditimbulkan bisa jadi menyengsarakan.
Bukan berarti utang dilarang sama sekali. Namun harus dilakukan secara proporsional, dalam arti nilai utang tak lebih besar dari pendapatan yang diperoleh. Ketika porsi utang menyita sebagian besar bahkan melebihi pendapatan, maka perlahan namun pasti Anda akan terjerumus dalam krisis finansial.
Jadi, harus disadari sejak awal jika Anda membutuhkan pinjaman maka nilai cicilannya maksimal 30 persen dari pendapatan yang diperoleh. Bagaimana jika sudah terlanjut terjebak dan terbelenggu dengan utang? Anda tetap harus melunasinya dan tidak membuat utang baru.
Mulailah merinci tagihan cicilan pinjaman jika Anda memiliki utang lebih dari satu kreditur. Selanjutnya bayarlah utang Anda dari yang cicilannya paling kecil terlebih dahulu. Hidup tanpa utang jelas akan lebih ringan dan menyenangkan.
- Menyingkirkan kartu kredit dan debit
Diakui atau tidak penggunaan kartu kredit dan debit senantiasa menggoda untuk berbelanja. Praktis dan mudah menjadi alasan penggunaannya. Tanpa perlu membawa uang tunai, cukup dengan gesek kartu sudah bisa membawa barang-barang belanjaan yang diinginkan.
Konsekuensinya, untuk kartu kredit jelas akan ada tagihan sejumlah nominal belanja plus bunga di bulan berikutnya. Sementara untuk kartu debit, penggunaannya tentu saja akan mengurangi tabungan Anda. Inilah yang menyebabkan Anda terseret dalam pusaran krisis finansial.
Untuk bertahan dengan harapan bisa segera keluar dari krisis finansial, maka Anda harus menyingkirkan kartu kredit dan juga debit Anda. Simpan rapat-rapat dan jangan dibawa saat Anda berbelanja.
Bahkan jika perlu musnahkan. Bawalah uang tunai secukupnya, agar Anda bisa mengendalikan diri untuk membeli barang-barang yang tidak dibutuhkan. Tak perlu malu karena tak memiliki kartu kredit. Justru Anda harus mensyukurinya, karena kartu kredit akan mengubah karakter Anda menjadi pribadi pengutang. Anda merasa memiliki dana yang sebenarnya itu bukan milik Anda pribadi, tetapi milik bank penerbit kartu kredit, di mana dengan menggunakannya artinya Anda berutang pada bank tersebut.
- Diversifikasi simpanan
Di saat krisis finansial, hidup akan terasa serba kekurangan. Banyak kebutuhan yang harus dipenuhi tetapi tak memiliki uang yang cukup untuk membeli. Dalam kondisi seperti ini Anda harus bijak dalam menentukan prioritas kebutuhan yang harus dipenuhi lebih dulu. Bahan pangan itu pasti. Sebab itu, simpanlah stok makanan dalam jumlah cukup agar Anda bisa terhindar dari kelaparan dan mampu bertahan hidup untuk mencapai stabilitas finansial.
Anda juga perlu menyimpan air bersih jika di daerah tempat tinggal Anda tergolong rawan air bersih dan kekeringan. Air bersih dapat disimpan dalam drum atau tong berukuran besar. Stok air bersih ini akan sangat berguna di saat krisis finansial, sehingga Anda dapat lebih menghemat biaya untuk pembayaran tagihan air atau membeli air bersih kemasan.
Diversifikasi simpanan juga dimaksudkan untuk menyimpan aset dalam bentuk selain uang tunai, bisa dengan membeli emas. Logam mulian yang satu ini sifatnya sangat likuid. Artinya, dapat dicairkan dalam bentuk uang tunai atau dijual kapan saja. Berbeda dengan properti atau kendaraan yang membutuhkan waktu cukup lama untuk menjualnya.
Lebih baik mencegah daripada menghadapi krisis finansial. Pencegahan krisis finansial dapat dilakukan dengan menerapkan pola hidup hemat atau menyederhanakan hidup dan mengelola finansial secara bijak. Namun jika krisis finansial tak dapat dihindari, maka bertahan menjadi satu-satunya pilihan sambil berusaha untuk bisa segera keluar dari situasi dan kondisi tersebut.
Artikel Terkait
- Sudah Saatnya Mempersiapkan Dana Darurat, Ini Caranya!
- Cegah Belanja Impulsif dengan Cara Ini!
- Nasehat Finansial ini Patut Diajarkan ke Generasi Selanjutnya
- Nasehat Keuangan untuk Orang yang Belum Mandiri
Demikianlah artikel tentang cara bertahan dari krisis finansial, semoga bermanfaat bagi Anda semua.