Kami menyediakan berbagai simulasi kredit, dari kredit mobil, kredit rumah, kpr, kartu kredit dan lain-lain. Simulasi pinjaman bisa juga dilakukan di sini.

Inilah Alasan Orang Lebih Senang Menjadi Karyawan

“Kerja atau dikerjain?”. Jika Anda pengguna media sosial aktif, pasti pernah membaca ungkapan bernada sarkastis ini. Ungkapan tersebut merupakan sindiran untuk para karyawan yang seolah nasibnya tidak mengalami perubahan meski telah bekerja selama bertahun-tahun. Tak hanya itu, ada pula ‘meme’ yang menggambarkan nasib karyawan ibarat aliran air pada keran, di mana gaji dan bonus untuk karyawan level atas seperti air yang mengucur deras, sedangkan untuk karyawan level bawah bak tetesan air saja.

Diakui atau tidak tujuan utama setelah lulus sekolah adalah mencari kerja, bukan menciptakan lapangan kerja. Inilah pola pikir yang tertanam bahkan telah mengakar begitu kuat dalam benak masyarakat secara turun-temurun. Dari generasi ke generasi seolah didoktrin untuk menjadi pekerja (karyawan), bukan pengusaha. Oleh sebab itu, apapun posisinya dan berapapun gajinya tak masalah karena yang penting bisa bekerja dengan menjadi karyawan pada suatu perusahaan.

Ironinya, meski sering digambarkan sebagai pihak yang ‘kurang beruntung’, namun mengapa banyak orang yang lebih senang menjadi karyawan? Ternyata, ini beberapa alasannya.

  • Hidup lebih tenang dan santai

Secara finansial, pengusaha memang berpotensi memiliki penghasilan yang lebih besar dibandingkan dengan karyawan. Meski demikian, tanggung jawab dan konsekuensi yang harus dipikul tidaklah ringan. Pengusaha harus senantiasa ‘memutar otak’ agar bisnisnya bisa tetap eksis bahkan mengalami kemajuan. Oleh sebab itu, banyak yang harus dikorbankan dan dipertaruhkan mulai dari waktu, tenaga, bahkan sumber daya finansial itu sendiri.

Tak sedikit pengusaha yang harus rela bekerja lebih lama dari jam kerja karyawan biasa untuk memastikan semua pekerjaan terselesaikan dengan baik. Kondisi ini jelas mengurangi waktu berkumpul bersama keluarga bahkan sekadar me time untuk melepas rasa penat. Belum lagi jika ingin melakukan ekspansi, tentu membutuhkan modal ekstra yang tak jarang diambil dari dana pribadi.

Berbeda dengan karyawan, mereka bekerja sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan mulai dari jam kerja hingga besaran gaji. Meski ada tanggung jawab terhadap pekerjaannya, namun sebatas pada bidang tugas yang menjadi kewenangannya saja. Oleh sebab itu, kehidupan karyawan baik dalam lingkup pribadi, keluarga, maupun sosial lebih tenang dan santai dibandingkan para pengusaha. Karyawan yang bekerja dalam durasi waktu kurang lebih 48 jam seminggu memiliki lebih banyak waktu untuk berkumpul bersama keluarga atau teman guna menikmati hidup.

  • Tingkat stres lebih rendah

Karyawan tak jarang bekerja di bawah tekanan perusahaan karena adanya target yang harus dicapai. Meski demikian, tingkat stres karyawan cenderung lebih rendah dibandingkan dengan pengusaha. Bagaimana tidak? Segala sesuatu yang terjadi pada karyawannya, pengusaha akan terkena imbasnya. Contoh sederhananya, jika karyawan tidak bisa mencapai target yang ditentukan perusahaan, maka dampaknya secara nyata akan dirasakan pula oleh pengusaha. Karyawan bisa saja kehilangan bonus, tetapi pengusaha akan mengalami kerugian yang lebih besar dibandingkan dengan karyawan.

Menjaga perusahaan akan tetap bisa bertahan bahkan berkembang dan mengalami kemajuan di tengah ketatnya persaingan bisnis tentu membutuhkan konsentrasi yang tinggi dari pengusaha. Sebagai owner, pengusaha tentu memiliki sense of belonging yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan karyawan. Oleh sebab itu, pengusaha bertanggung jawab penuh atas berjalan dan berkembangnya perusahaan.

Lain halnya dengan karyawan, meskipun memiliki loyalitas terhadap perusahaan, namun mereka tidak terbebani dengan tanggung jawab penuh atas keberlangsungan perusahaan. Jika pahitnya perusahaan bangkrut, konsekuensinya mereka harus rela kehilangan pekerjaan sebagai sumber penghasilannya. Namun demikian, mereka masih berpeluang untuk mencari pekerjaan di perusahaan lain. Dampak psikologis bagi pengusaha tentu akan berbeda. Dengan bangkrutnya perusahaan yang telah dirintis dari nol bisa menimbulkan goncangan jiwa yang tak hanya mengakibatkan stres tetapi juga depresi.

  • Ancaman risiko lebih kecil

Ambang batas risiko setiap orang tidaklah sama. Di satu sisi ada yang bermental kuat sehingga mampu menghadapi risiko apapun termasuk mengorbankan waktu, tenaga, dan sumber daya finansial untuk membangun suatu usaha. Namun di sisi lain, ada juga tidak memiliki kekuatan mental untuk menanggung risiko dalam bisnis. Oleh sebab itu, ada yang berperan sebagai pengusaha, ada pula yang berperan sebagai karyawan.

Kebanyakan orang merasa lebih nyaman dengan menjadi karyawan karena ancaman risikonya lebih kecil. Mereka tak perlu mengeluarkan modal dan berspekulasi untuk bekerja dan menjalani hidup. Hanya dengan bermodal pengetahuan dan kompetensi yang tertuang dalam selembar ijazah, mereka bisa mendapatkan pekerjaan dengan tingkat gaji tertentu yang bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan dan membiayai kehidupan keluarganya.

Sebagai karyawan risiko paling berat adalah terkena PHK (Pemutusan Hubungan Kerja), karena praktis sumber pendapatan akan hilang. Namun, kemungkinan kecil risiko tersebut menjadi kenyataan apabila kondisi perusahaan dan ekonomi global tidak mengalami masalah. Artinya, selama perusahaan dapat beroperasi dengan baik, maka risiko PHK akan kecil.
Berbeda ceritanya jika dipandang dari sudut pengusaha, kondisi ekonomi global yang kurang baik bisa jadi berdampak pada kelangsungan hidup perusahaan.

Jika pun perusahaan terpaksa melakukan PHK terhadap karyawannya, maka semakin besar kerugian yang akan dideritanya. Jelas secara finansial pengusaha harus memberikan pesangon yang jumlahnya tentu tidak sedikit. Di satu sisi kondisi finansial perusahaan yang tidak sehat bahkan sekarat, namun di sisi lain harus memberikan hak-hak karyawan yang terpaksa terkena PHK.

Meski sering digambarkan sebagai pihak dengan bargaining power yang lemah, namun kenyataannya menjadi karyawan merupakan pilihan bagi kebanyakan orang. Tak perlu ribet dengan urusan modal, perizinan, hukum, peraturan pemerintah, dan segala tetek bengek lainnya, hanya cukup fokus pada bidang tugas yang menjadi wewenang dan tanggung jawabnya. Gaji didapat, waktu berkumpul bersama keluarga dan teman pun tak terlewat.

Artikel Terkait

Demikianlah artikel tentang alasan orang lebih senang menjadi karyawan, semoga bermanfaat bagi Anda semua.



Mengapa Uang Dicabut, Ditarik, dan Dimusnahkan?
Alasan Mengapa Tidak Banyak Orang Memulai Bisnisnya
Alasan Dibalik Mahalnya Kain Sutra
7 Tips Kredit Mobil bagi Karyawan Gaji Pas-Pasan
10 Alasan Sebuah Negara Memindahkan Ibu Kotanya
Perbedaan Pola Pikir Enterpreneur Vs Salary Man (Pengusaha vs Karyawan)
Inilah Alasan Keanggotaan Gym Merupakan Pemborosan
Sebagian Besar Pemenang Lotre Jatuh Miskin! Mengapa?
Alasan Mengapa Kita Harus Bertanggung Jawab
Alasan Ethiopia Bakal Menjadi Pusat Ekonomi Global Berikutnya


Bagikan Ke Teman Anda