Pengaruh Inflasi Terhadap Saham
Saham merupakan salah satu portofolio investasi yang banyak dipilih oleh para investor. Sebagai instrumen investasi, saham menjanjikan tingkat pengembalian yang tinggi sekaligus memiliki risiko yang tinggi pula. Sebab itulah saham tergolong dalam investasi high risk high return.
‘Bermain’ saham membutuhkan ketelitian dan kejelian dalam menganalisis pergerakan pasar. Salah menganalisis bisa jadi salah dalam mengambil keputusan sehingga berisiko mengalami kerugian bahkan kehilangan uang yang diinvestasikan dalam bentuk saham.
Setiap pergerakan saham harus senantiasa dipantau, karena banyak faktor yang mempengaruhinya. Salah satunya adalah inflasi. Tingkat inflasi yang merupakan kenaikan harga barang dan jasa secara umum dapat mengurangi daya beli setiap unit mata uang.
Dampak inflasi pada saham perusahaan
Inflasi yang tinggi memiliki efek yang berbahaya bagi stabilitas ekonomi, termasuk juga mengancam keuangan perusahaan. Meningkatnya inflasi dapat menyebabkan harga input atau bahan baku yang tinggi, pendapatan dan laba menurun, daya beli konsumen rendah, dan perekonomian melambat.
Kenaikan inflasi yang tidak terduga berpotensi memiliki dampak negatif terhadap perusahaan. Inflasi yang terjadi tiba-tiba sering kali menimbulkan ‘kegagapan’ pada perusahaan, sebab perusahaan membutuhkan waktu untuk menyesuaikan biaya produksi dengan harga jual produknya. Hal ini tentu saja akan berdampak pada daya beli konsumen, karena konsumen akan turut merasakan ‘cubitan’ yang tak terduga ketika harga barang dan jasa menjadi lebih mahal.
Bagi perusahaan, kenaikan inflasi bisa jadi baik atau bahkan buruk. Inflasi yang tidak terlalu tinggi akan dapat merangsang pertumbuhan pekerjaan. Perusahaan dapat menyesuaikan biaya produksi dan menaikkan harga barang dan jasa, sehingga tidak terlalu berimbas pada perolehan pendapatan dan potensi laba perusahaan.
Namun jika inflasi yang terjadi terlalu tinggi, perusahaan harus merasa khawatir. Sebab inflasi yang terlalu tinggi berbahaya bagi keuangan perusahaan. Biaya produksi tentu akan melonjak drastis, sehingga perusahaan harus melakukan penyesuaian harga barang dan jasa. Sementara, inflasi yang tinggi tentu juga menggerus daya beli konsumen sehingga menjadi rendah. Nilai uang menurun, sehingga uang yang dimiliki konsumen hanya mampu untuk membeli barang dan jasa dalam jumlah yang lebih sedikit.
Daya beli konsumen yang rendah tentu saja akan berpengaruh pada pendapatan dan laba perusahaan yang menurun. Akibat lebih jauh, perusahaan terpaksa harus mengurangi volume produksi dan jumlah pekerja. Artinya, terjadi pemutusan hubungan kerja yang tentu saja akan semakin memperparah kondisi ekonomi secara umum.
Penurunan pendapatan dan laba perusahaan tentu saja akan berdampak pada harga dan tingkat pengembalian saham perusahaan dalam bentuk dividen. Namun, tak semua perusahaan memiliki kinerja buruk ketika dihantam inflasi. Meski demikian, investor harus cermat dalam menyaring informasi dan menganalisis kondisi pasar agar mampu membuat keputusan bijak untuk berinvestasi pada kondisi periode inflasi. Tak semua kelompok saham memiliki kinerja buruk selama periode inflasi tinggi, bahkan sebagian justru menunjukkan kinerja yang lebih baik. Untuk itu, dibutuhkan kejelian investor dalam mengambil keputusan.
Pengaruh inflasi terhadap saham
Aktivitas ekonomi yang terus terjadi akan menimbulkan inflasi, di mana harga umum barang dan jasa mengalami kenaikan. Tak selalu berakibat buruk, karena inflasi diperlukan untuk menjaga stabilitas ekonomi tentu dengan catatan jika kenaikannya tidak terlalu tinggi. Tingkat inflasi yang umumnya ditargetkan adalah antara 2% hingga 3% per tahun. Kenaikan inflasi yang lebih dari itu, bisa jadi membahayakan perekonomian.
Perekonomian berjalan tergantung pada mekanisme pasar. Namun bukan berarti tidak ada kebijakan yang diterapkan untuk menjaga agar ekonomi tetap stabil. Ketika ancaman inflasi meningkat, bank sentral selaku pemegang otoritas tertinggi dalam mengambil kebijakan moneter akan mencoba mengendalikannya dengan menaikkan suku bunga.
Kenaikan suku bunga diharapkan dapat menjadi stimulus bagi para investor sehingga terdorong untuk menanamkan uang tunainya dalam instrumen pendapatan tetap, sehingga menyedot kelebihan likuiditas dari sistem. Teorinya, jika likuiditas rendah atau sedikit, maka akan ada permintaan spekulatif untuk barang-barang ekonomi, sehingga mampu memperlambat kenaikan harga umum.
Prospek suku bunga yang tinggi bagi pasar saham dapat mendorong investor mengalihkan pilihan mereka dari ekuitas ke sekuritas yang lebih menarik dan rendah risiko. Aliran dana ke pasar uang yang semakin rendah, akan berdampak pada semakin rendahnya permintaan saham. Hal ini mengakibatkan harga saham menurun.
Jika inflasi terus meningkat, maka pengembalian minimum atas investasi saham juga akan meningkat dan mendorong valuasi pasar lebih rendah. Pada kondisi ini, harga saham akan jatuh sampai pada titik yang cukup untuk mengimbangi inflasi yang diharapkan.
Namun perlu diperhatikan pula bahwa ekspektasi kenaikan inflasi meski tidak berbahaya kemungkinan memiliki dampak buruk pada pasar saham dalam jangka pendek. Walaupun begitu, hal ini bukan berarti momen yang salah bagi investor untuk berinvestasi saham. Bahkan, bisa jadi kondisi tersebut menjadi momen terbaik untuk berinvestasi dengan harga bagus.
Tahukah Anda bahwa investasi saham dapat menjadi lindung nilai yang baik terhadap inflasi dalam jangka panjang? Saham merupakan salah satu aset yang bisa diandalkan ketika Anda dihadapkan pada inflasi yang mengikis nilai uang Anda.
Perlu dicermati pula bahwa tidak semua saham selalu menguntungkan dan dapat diandalkan di kala inflasi. Inflasi yang meningkat secara berkelanjutan dapat berpengaruh buruk pada sekuritas pendapatan tetap. Jika Anda berinvestasi pada obligasi dan surat berharga jangka panjang, kemungkinan besar Anda akan menderita kerugian secara riil apabila tingkat bunga per tahun dari investasi tersebut lebih rendah dibandingkan dengan inflasi. Semakin tinggi inflasi, maka semakin besar kerugian riil yang akan Anda derita.
Pada tingkat inflasi normal, saham dapat mengalahkan inflasi dengan sendirinya. Bagaimana bisa? Ketika terjadi inflasi pada tingkat normal, perusahaan dapat menaikkan harga barang atau jasa guna menyesuaikan biaya produksi yang meningkat akibat inflasi. Sebagai ilustrasi, pada saat biaya produksi naik, upah pekerja naik, dan biaya penjualan juga naik karena inflasi, perusahaan dapat membebankan kenaikan biaya-biaya tersebut kepada konsumen dengan cara menaikkan harga. Kenaikan harga barang atau jasa perusahaan, tentu akan diikuti dengan pendapatan yang meningkat. Secara lebih lanjut penghasilan atau pendapatan yang semakin tinggi, akan berpengaruh pada harga saham perusahaan yang semakin tinggi pula. Hal ini membuktikan bahwa perusahaan mampu menunjukkan kinerja yang baik untuk menghadapi inflasi.
Harus disadari bahwa inflasi mengikis nilai uang dan daya beli Anda. Oleh sebab itu, Anda harus bijak dalam mengelola keuangan Anda ketika menghadapi inflasi. Anda dituntut untuk tahu bagaimana cara memperlakukan uang Anda dan mengambil langkah yang tepat guna menyelamatkan aset. Jika Anda menginvetasikan sebagian aset dalam bentuk saham, maka Anda harus tahu komposisi aset saham tersebut agar mampu melindungi nilainya terhadap inflasi.
Semakin banyak uang tunai atau setara kas yang Anda simpan, maka inflasi akan semakin mengikis aset Anda. Lain halnya jika Anda menginvestasikannya sebagian pada saham, tentu bukan sembarang saham dari perusahaan yang tidak jelas. Pilihlah saham dari perusahaan yang terbukti mampu menunjukkan kinerja yang baik dalam menghadapi inflasi. Sebagai investor, Anda harus senantiasa mengawasi saham yang sensitif terhadap suku bunga karena setiap tekanan ekonomi yang terjadi bisa jadi memicu kenaikan suku bunga.
Pengaruh inflasi terhadap tingkat pengembalian pasar saham
Investasi saham membutuhkan ilmu ekonomi yang cukup dan kemampuan yang baik untuk menganalisis perubahan pasar. Untuk memperoleh kejelasan terkait dengan pergerakan saham dari waktu ke waktu, Anda sebagai investor dapat memeriksa data historis tentang pengembalian pasar saham selama periode inflasi tinggi dan juga rendah. Meski tidak bisa dijadikan sebagai bahan dasar yang akurat untuk mengambil keputusan, karena dipengaruhi faktor geografi dan periode waktu, setidaknya data historis tersebut bisa memberi Anda gambaran mengenai kondisi pasar di masa lalu dan membandingkannya dengan masa kini.
Inflasi bisa saja berpengaruh positif dan juga negatif terhadap saham. Banyak faktor yang mempengaruhi, di antaranya adalah kemampuan investor melakukan lindung nilai aset dan kebijakan moneter pemerintah.
Kenaikan inflasi dari tahun ke tahun tidak bisa diprediksi secara pasti. Meski demikian, waktu siklus ekonomi dapat digunakan oleh para investor untuk mengukur pengaruh atau dampak inflasi pada pengembalian saham. Inflasi yang tidak terduga bisa jadi mengandung informasi baru mengenai harga saham di masa depan. Tak hanya itu, tingkat inflasi yang tinggi memiliki korelasi yang kuat dengan volatilitas pergerakan saham.
Pengembalian saham riil adalah pengembalian aktual dikurangi dengan inflasi. Pergerakan saham di negara-negara berkembang memiliki volatilitas lebih besar dibandingkan dengan pasar saham di negara maju. Dari hasil penelitian yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa sebagian besar negara di dunia menderita pengembalian riil yang buruk selama periode inflasi tinggi.
Pengaruh inflasi pada pertumbuhan dan nilai saham
Saham dapat dibedakan menjadi dua subkategori, yaitu pertumbuhan dan nilai. Nilai saham memiliki arus kas kuat yang akan melambat seiring dengan berjalannya waktu. Sementara pertumbuhan saham hanya memiliki sedikit arus kas bahkan tidak ada sama sekali, tetapi dapat diperkirakan meningkat secara bertahap seiring berjalannya waktu.
Menilai saham atas dasar metode arus kas yang didiskontokan dan saat suku bunga mengalami kenaikan, memberikan pengaruh yang negatif pada pertumbuhan saham dibandingkan nilai saham. Sebab, peningkatan suku bunga umumnya dilakukan untuk mengendalikan tingkat inflasi yang tinggi, sehingga pertumbuhan saham akan lebih terpengaruh secara negatif. Hal ini menunjukkan adanya korelasi negatif antara inflasi dengan pertumbuhan saham, tetapi positif untuk pengembalian nilai saham.
Inflasi yang meningkat mengakibatkan daya beli menurun. Artinya setiap nilai uang hanya dapat digunakan untuk membeli barang dan jasa dalam jumlah lebih sedikit. Hal ini penting diperhatikan investor, karena bagi investor yang tertarik pada saham dengan pendapatan tetap atau saham dengan dividen, inflasi yang tinggi memberikan pengaruh yang kurang menarik.
Dalam hal pembayaran dividen, saham pun dipengaruhi oleh inflasi. Ketika inflasi mengalami kenaikan, harga saham pendapatan biasanya akan menurun. Hal ini berarti pula bahwa memiliki saham dengan dividen akan mengalami penurunan harga saham ketika inflasi meningkat. Pada kondisi ini, investor bisa memanfaatkan situasi dengan membeli saham dengan harga murah.
‘Bemain’ saham memang tidaklah mudah. Banyak faktor yang akan mempengaruhi kinerja portofolio sehingga harus senantiasa diantisipasi di setiap pengambilan keputusan. Sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja saham, inflasi harus mampu dikendalikan oleh para investor saham. Artinya, investor harus mampu melindungi nilai saham terhadap inflasi, seiring dengan kemampuan perusahaan menghasilkan pendapatan dan laba pada tingkat yang sama dengan inflasi.
Artikel Terkait
- Pengaruh Inflasi terhadap Bunga Bank
- Mengapa & Apa Efek Lehman Brothers Bangkrut
- Bagaimana Menyiapkan Keuangan Pribadi Saat Menghadapi Resesi?
- Memahami Istilah Slang & Idiom dalam Bitcoin dan Cryptocurrency
Demikianlah artikel tentang pengaruh inflasi terhadap saham, semoga bermanfaat bagi Anda semua.