Perbedaan Barang Inferior dengan Esensial
Dalam ekonomi terdapat banyak jenis barang, dua di antaranya adalah barang inferior dan esensial. Kedua jenis barang tersebut termasuk dalam jenis kategori barang yang dikelompokkan berdasarkan sifat perubahan permintaan yang dipengaruhi oleh perubahan tingkat pendapatan. Meski berada dalam kelompok yang sama, namun barang inferior memiliki perbedaan yang cukup signifikan dengan barang esensial. Apa saja perbedaannya?
- Pengaruh tingkat pendapatan terhadap permintaan
Barang inferior dengan esensial berbeda dalam aspek pengaruh tingkat pendapatan terhadap permintaan. Hal ini tampak dari definisi masing-masing jenis barang tersebut. Barang inferior merupakan jenis barang yang banyak diminta ketika tingkat pendapatan rendah. Artinya, barang inferior dibutuhkan ketika individu atau masyarakat memiliki daya beli yang rendah.
Ketika tingkat pendapatan konsumen rendah, maka tingkat permintaan terhadap barang inferior tinggi. Sebaliknya, saat pendapatan konsumen mengalami meningkat, permintaan terhadap barang inferior yang berubah menjadi rendah. Artinya permintaan terhadap barang inferior dipengaruhi oleh tingkat pendapatan konsumen.
Contohnya konsumen akan lebih memilih untuk membeli tempe dibandingkan daging ayam ketika pendapatannya rendah. Namun ketika pendapatannya meningkat, maka konsumen akan lebih memilih untuk membeli daging ayam ketimbang tempe. Meski demikian, jenis barang inferior tidaklah mutlak. Artinya, barang inferior bisa jadi berbeda di setiap wilayah dan bagi masing-masing konsumen. Untuk produk makanan cepat saji, bisa jadi di negara maju dianggap sebagai barang inferior, tapi bagi negara berkembang tidak demikian.
Sementara apa itu barang esensial? Barang esensial adalah jenis barang yang ketersediaannya sangat penting dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Tanpa barang esensial, bisa jadi kelangsungan hidup individu atau masyarakat terganggu. Contoh dari barang esensial ini adalah sandang, pangan, dan papan. Untuk contoh barang esensial secara lebih rinci dapat disebutkan bahan makanan pokok yang terdiri dari beras, gula pasir, minyak goreng, susu, daging ayam dan sapi, telur ayam, jagung, bahan bakar gas, garam, sayur-mayur; pakaian yang mencakup pakaian dalam, kaos, celana, rok, kemeja, dan lain sebagainya.
Pada intinya permintaan terhadap barang esensial berlangsung secara kontinyu. Artinya, permintaan jenis barang ini tidak dipengaruhi oleh tingkat pendapatan konsumen. Meski tingkat pendapatan konsumen rendah ataupun tinggi, tingkat permintaan terhadap barang esensial tetaplah sama.
- Konsumen pengguna
Ditinjau dari aspek kelompok konsumen pengguna, barang inferior berbeda dengan esensial. Sebagai barang dengan tingkat permintaan tinggi di saat pendapatan rendah. Artinya, barang inferior digunakan oleh kelompok konsumen level menengah ke bawah dengan tingkat pendapatan rendah, sehingga daya belinya pun rendah.
Permintaan barang inferior sebagian besar ditentukan oleh perilaku konsumen. Dilihat dari keterjangkauannya, barang-barang inferior dikonsumsi oleh kelompok konsumen berpenghasilan rendah. Meski demikian, tak menutup kemungkinan jika kelompok konsumen ini akan beralih ke barang lain dengan harga lebih mahal ketika pendapatannya meningkat.
Tak semua konsumen akan beralih dari barang inferior meski pendapatannya meningkat. Hal ini disebabkan oleh faktor perilaku konsumen itu sendiri yang mempengaruhi selera dan minat terhadap konsumsi barang inferior tersebut. Sebagai contoh, ketika daya beli rendah konsumen mengonsumsi tempe setiap hari untuk memenuhi kebutuhan proteinnya karena harganya yang lebih murah dan rasanya pun enak. Di saat konsumen terkait mengalami peningkatan pendapatan, mereka tetap saja mengonsumsi tempe tanpa mengurangi porsinya apalagi beralih ke jenis makanan lain yang lebih mahal dan enak. Mengapa? Hal ini disebabkan adanya preferensi pribadi konsumen, di mana mereka lebih suka mengonsumsi tempe dibandingkan jenis makanan lainnya.
Lain halnya dengan barang esensial yang digunakan oleh semua kelompok konsumen, mulai dari level bawah, menengah, hingga atas. Barang esensial memiliki prioritas dalam pengadaannya. Meski tingkat pendapatan rendah, namun barang esensial tetap penting pengadaannya karena termasuk kebutuhan pokok bagi semua jenjang konsumen, tanpa memandang status sosial dan ekonominya.
- Kualitas barang
Barang inferior umumnya memiliki kualitas barang yang rendah. Jenis-jenis barang inferior ini biasanya difungsikan sebagai barang substitusi atau pengganti barang-barang berkualitas lebih baik dengan harga yang lebih mahal. Permintaan terhadap barang inferior ini tinggi umumnya ketika terjadi resesi ekonomi, di mana tingkat pendapatan masyarakat pada umumnya mengalami penurunan. Pada masa ekonomi sulit, bahkan barang inferior ini pun diburu oleh kelompok konsumen yang awalnya memiliki tingkat pendapatan lebih tinggi atau level menengah ke atas. Tak heran jika tingkat permintaan terhadap barang inferior melonjak tajam di saat ekonomi sulit.
Lantas, bagaimana dengan barang esensial? Secara kualitas barang esensial bisa saja memiliki kualitas tinggi atau bahkan juga rendah. Sebagai contoh, beras sebagai bahan pangan pokok memiliki tingkatan kualitas yang berbeda. Jenis beras rojo lele berkualitas tinggi, beras C4 berkualitas sedang, dan ada pula jenis beras berkualitas rendah. Meski demikian, apapun kualitasnya beras tetap menjadi kebutuhan utama yang harus dipenuhi oleh setiap konsumen.
- Tingkat harga
Dari aspek harga, barang inferior berbeda dengan esensial. Barang inferior umumnya memiliki tingkat harga rendah, berbanding lurus dengan kualitasnya. Konsumen beralih menggunakan barang inferior karena harganya lebih murah, sesuai dengan kondisi daya belinya yang juga rendah sebagai akibat tingkat pendapatan yang rendah pula.
Berbeda dengan barang esensial yang umumnya dijual dengan harga yang bervariasi, mulai dari yang murah hingga mahal. Lagi-lagi harga barang esensial disesuaikan dengan kualitasnya. Untuk barang esensial yang berkualitas baik, tentu harga jualnya lebih mahal dibandingkan dengan barang esensial yang kualitasnya kurang baik. Keragaman harga barang esensial ini memungkinkan konsumen untuk memilih sesuai dengan kesanggupan dan daya belinya.
- Elastisitas harga terhadap permintaan
Semua barang konsumen diatur oleh hukum penawaran dan permintaan, sehingga setiap jenis barang konsumen menunjukkan elastisitas harga permintaan. Meski demikian, hal ini tidak berarti bahwa hubungan antara permintaan dengan harga untuk semua jenis barang konsumen adalah sama. Barang inferior memiliki elastisitas yang berbeda dengan barang esensial.
Barang inferior pada prinsipnya sebagai barang substitusi dari barang-barang yang berfungsi sama tetapi harganya mahal. Artinya, barang inferior bukanlah merupakan barang pokok yang keberadaannya sangat penting dan bisa mengganggu kelangsungan hidup apabila tidak dipenuhi. Secara lebih ekstrem dapat dikatakan bahwa barang inferior tidaklah begitu penting. Ada atau tidak barang inferior tidak terlalu mempengaruhi proses kehidupan.
Sebagai barang yang tidak terlalu penting, elastisitas barang inferior terhadap permintaan relatif tinggi. Barang inferior memiliki banyak pengganti sebagai alternatif yang bisa dipilih untuk memenuhi kebutuhan. Misalnya saja, kopi bisa diganti dengan teh, sirup, minuman energi, dan lain sebagainya.
Tingginya elastisitas barang inferior tidak ditemukan pada barang esensial. Barang esensial sebagai barang pokok yang penting bagi kehidupan tidak memiliki banyak pengganti yang kompetitif. Sebab itu, barang esensial elastisitasnya terhadap permintaan tergolong rendah. Hal ini menjadikan konsumen tidak memiliki banyak pilihan, sehingga mau tidak mau harus membeli barang esensial untuk memenuhi kebutuhannya.
Artikel Terkait
- Perbedaan Lembaga Pembiayaan dengan Perusahaan Asuransi
- Perbedaan Bank Asing dan Bank Nasional
- Perbedaan Uang vs Mata Uang
- Perbedaan Asuransi dan Reasuransi
Demikianlah artikel tentang perbedaan barang inferior dengan esensial, semoga bermanfaat bagi Anda semua.