Tips Melindungi Diri Dari Penipuan Dan Pencurian Identitas
Kemajuan teknologi yang semakin pesat dan canggih digadang-gadang mampu menciptakan peradaban yang lebih baik. Pekerjaan dapat dilakukan dengan lebih mudah, efektif, dan efisien. Segala kebutuhan dapat diperoleh dengan lebih cepat. Hal ini tak lepas dari teknologi komputerisasi dan digitalisasi yang memungkinkan masyarakat melakukan transaksi perdagangan secara online yang didukung dengan sistem pembayaran non-tunai (cashless).
Sistem pembayaran non-tunai jelas melibatkan perbankan, di mana arus transfer uang secara non-tunai dari konsumen ke penjual atau merchant dilakukan oleh bank. Meski transaksi online dengan sistem pembayaran non-tunai ini memang lebih praktis dan memberikan kemudahan, namun sayangnya masih belum maksimal dalam keamanan. Ada saja celah yang bisa menjadi peluang bagi oknum atau sindikat kejahatan yang berusaha untuk ‘membobol’ isi rekening nasabah bank dengan melakukan penipuan dan pencurian identitas.
Maraknya penipuan dan pencurian identitas nasabah bank tak lepas dari masih rendahnya literasi keuangan masyarakat secara umum. Artinya, masyarakat begitu mudah panik, percaya, terpancing, bahkan terlena dengan iming-iming yang ditawarkan oknum tidak bertanggung jawab yang mengatasnamakan bank.
Menjadi korban penipuan dan pencurian identitas tentu tidak mengenakkan. Sebab, para korban inilah yang jelas-jelas menanggung kerugian, terutama secara materiil karena kehilangan uang yang bertahun-tahun ditabungnya. Tak hanya itu, identitas mereka bisa juga disalahgunakan untuk melakukan penipuan dengan korban lainnya.
Akankah kasus penipuan dan pencurian identitas terus berlangsung dan memakan lebih banyak korban? Tentu saja kita berharap tidak. Jika secara hukum sulit dipecahkan, maka kita harus melindungi diri agar tidak menjadi korban selanjutnya dari kasus penipuan dan pencurian identitas ini dengan menerapkan tips berikut ini.
- Gunakan kata sandi yang kuat
Kata sandi atau password merupakan garis pertahanan pertama dalam upaya melindungi identitas dan segala informasi yang berkaitan dengan akun atau rekening bank Anda. Oleh sebab itu, Anda wajib menggunakan kata sandi yang kuat, sehingga tidak mudah diretas oleh oknum atau sindikat pembobol bank, yang bertujuan menguras habis isi tabungan Anda.
Kata sandi umumnya merupakan kombinasi huruf dengan angka. Urusan kata sandi ini cukup dilematis, karena sangat tidak dianjurkan untuk menggunakan nama, tanggal lahir, nomor rumah, atau kombinasi lain yang mudah ditebak dan diretas. Namun di sisi lain, kata sandi haruslah kombinasi huruf dan angka yang mudah diingat, agar Anda tidak lupa dan bisa tetap mengakses akun rekening bank kapan saja dan di mana saja.
Bagaimana membuat kata kunci yang kuat? Kata kunci haruslah kombinasi yang unik dan kuat, yaitu berupa huruf dan angka disertai dengan karakter khusus. Untuk menjaga keamanan akun rekening dan identitas Anda, jangan pernah menggunakan kata kunci yang sama pada semua akun Anda. Sebab, jika salah satu akun Anda berhasil diretas, maka peretasan ke akun lainnya akan lebih mudah dilakukan.
- Gunakan otentikasi dua faktor
Sering kali kata sandi saja dianggap masih kurang aman untuk melindungi akun dan informasi perbankan Anda. Sebab, keamanan satu lapis hanya dengan kata sandi saja kemungkinan masih bisa diretas. Oleh sebab itu, Anda perlu menggunakan otentikasi dua faktor sebagai lapisan ganda keamanan informasi perbankan Anda.
Otentikasi dua faktor merupakan lapisan pertahanan ekstra untuk akun perbankan. Dalam praktiknya, Anda tidak hanya sekadar menggunakan kata sandi saja untuk mengakses akun bank, tetapi juga kode khusus sekali pakai. Kode khusus ini memiliki beragam istilah seperti kode verifikasi (verification code) atau passcode yang berupa deretan beberapa digit angka. Kode otentikasi tambahan ini umumnya dikirimkan ke ponsel Anda melalui SMS (Short Message Service) atau pesan WA (WhatsApp).
Saat ini, otentikasi dua faktor telah digunakan oleh banyak bank. Artinya, dari pihak bank sendiri memberlakukan sistem keamanan ganda otentikasi dua faktor guna memberikan perlindungan dan menjamin keamanan nasabah dalam bertransaksi. Otentikasi dua faktor ini akan mempersulit penipu untuk meretas akun nasabah bank, termasuk akun Anda.
- Jangan mudah percaya setiap pesan teks yang diterima
Penipu memiliki berbagai cara untuk menjalankan aksinya. Salah satunya adalah dengan mengirimkan email dan pesan teks fiktif yang bertujuan untuk mengelabui penerimanya agar membocorkan informasi pribadinya, seperti detail akun bank termasuk kode OTP (One-Time PIN) yang digunakan untuk login atau masuk ke akun bank guna bertransaksi melalui ponsel.
Upaya penipuan dan pencurian identitas dengan mengirimkan email atau pesan teks ke ponsel disebut dengan phishing. Modus penipuan ini umumnya menyasar pada mereka yang sering melakukan transaksi bank secara online. Oleh sebab itu, Anda wajib meningkatkan kewaspadaan agar tidak mudah terjebak oleh modus penipuan seperti ini.
Phishing umumnya dilakukan dengan menggunakan replika dari situs web resmi. Dengan kata lain, pelaku phishing berhasil menciptakan situs web samaran. Mereka mengirimkan email kepada sasarannya seolah-olah email tersebut berasal dari sumber yang andal, terkenal, dan terpercaya. Dalam email tersebut, mereka biasanya menyertakan link dan mengarahkan target penipuan untuk mengklik link itu. Jika link tersebut diklik, maka tanpa disadari seluruh informasi perbankan Anda bisa mereka peroleh dengan mudah. Demikian pula halnya dengan pesan teks yang dikirim melalui SMS atau WA.
Agar terhindar dari phishing, jangan sekali-kali mengklik link yang terdapat dalam email, SMS, atau WA yang Anda terima. Untuk lebih amannya, Anda bisa menghubungi perusahaan terkait untuk meminta kebenaran dari informasi tersebut.
- Bersikaplah skeptis pada panggilan dari nomor tidak dikenal
Selain phishing, dikenal juga modus penipuan yang disebut dengan vishing (voice phishing). Sedikit mirip dengan phising, vishing merupakan modus penipuan yang dilakukan melalui panggilan telepon. Penipu berusaha memikat calon korbannya untuk melakukan transaksi keuangan palsu atau mencoba mencuri informasi pribadi dan keuangan dari calon korban tersebut.
Pada modus penipuan ini, penipu berpura-pura atau menyamar sebagai pegawai bank yang menginformasikan suatu hal penting berkenaan dengan banyak hal. Misalnya adanya permasalahan dengan akun perbankan Anda, perubahan atau pembaruan sistem bank, bahkan informasi sebagai pemenang hadiah. Secara umum, gaya komunikasi para penipu ini terkesan meyakinkan, sehingga calon korban teperdaya.
Untuk menghindari modus penipuan vishing, Anda harus bersikap skeptis terhadap seluruh panggilan telepon dari nomor yang tidak dikenal. Artinya, jangan mudah percaya dengan informasi apapun meski disampaikan melalui telepon atau panggilan langsung oleh pihak yang mengaku dari bank. Harus diingat bahwa dalam kondisi apa pun, pihak bank tidak akan pernah menghubungi nasabah melalui panggilan telepon langsung untuk meminta informasi pribadi dan akun perbankannya. Selain itu, telepon dari scammer atau penipu umumnya sangat persuasif agar Anda percaya. Namun, lagi-lagi harus diingat bahwa apa pun alasan yang dikemukakan, jangan pernah memberikan informasi pribadi dan perbankan Anda kepada siapa pun, bahkan mereka yang mengaku sebagai pihak bank sekali pun.
- Hindari transaksi keuangan pada WiFi publik
Diakui atau tidak kebanyakan dari kita begitu senang dengan adanya fasilitas WiFi di ruang publik. Menemukan jaringan WiFi di ruang publik itu ibarat menemukan sungai di padang pasir. Banyak orang begitu tertarik untuk memanfaatkan WiFi untuk berselancar di dunia maya, bahkan melakukan transaksi keuangan, baik belanja online maupun transfer uang, dan lain sebagainya.
Di satu sisi WiFi memang memberikan manfaat, karena kita bisa menggunakan akses internet secara gratis. Namun, di sisi lain banyak yang kurang menyadari bahwa jaringan WiFI tidak selamanya aman digunakan, karena bersifat umum, bukan pribadi. WiFi merupakan jaringan publik, yang artinya tidak aman karena semua orang menggunakannya, bahkan bisa jadi di antaranya adalah seorang hacker atau peretas.
Nasihat terbaik untuk melindungi diri dari penipuan dan pencurian identitas adalah hindari bertransaksi keuangan pada jaringan WiFi publik baik itu di kafe, hotel, perpustakaan, maupun co-working space. Ketika Anda harus bertransaksi keuangan di ruang publik, akan lebih aman jika menggunakan koneksi data ponsel Anda sendiri. Meski demikian, Anda pun tetap harus waspada dengan lingkungan fisik di sekitar Anda. Pastikan tidak ada yang melihat Anda mengetikkan password dan kode PIN dari balik bahu Anda ketika mengakses akun bank Anda.
- Konsultasi dengan ahlinya
Berinvestasi sejak dini memang baik untuk mempersiapkan kemandirian keuangan di masa yang akan datang. Sebagai investor pemula, jangan mudah tergiur dengan iming-iming tingkat pengembalian yang tinggi dengan tingkat risiko rendah. Sebab, hal tersebut tidak mungkin dalam investasi. Setiap tingkat pengembalian yang tinggi, akan diikuti dengan tingkat risiko yang tinggi pula.
Sebelum memulai berinvestasi, konsultasilah kepada ahlinya, seperti penasihat keuangan misalnya. Anda bisa meminta saran dan masukan bahkan informasi terkait dengan perusahaan atau manajer investasi yang terpercaya. Jangan pernah mencoba mencari informasi mengenai investasi hanya melalui situs web. Sebab, bisa jadi situs web tersebut hanya replika atau samaran dari situs web resmi yang dibuat oleh scammer atau penipu untuk menjebak Anda.
Apabila Anda berniat untuk mengelola investasi sendiri, maka jalinlah kerjasama dengan perusahaan pialang terkemuka, yang memastikan bahwa transaksi investasi aman dan terjamin. Harus diingat bahwa berkonsultasi kepada ahlinya jauh lebih murah, dibandingkan Anda menjadi korban penipuan.
- Jangan membagikan informasi bank melalui media sosial
Mungkin terkesan konyol, tapi kenyataan ada saja yang membagikan informasi pribadi dan perbankannya melalui media sosial, entah hal tersebut dilakukan secara sadar atau tidak. Penipuan dan pencurian identitas tak hanya via SMS dan panggilan telepon saja, tetapi juga merambah dunia maya melalui media sosial.
Pernahkah Anda menerima pesan pribadi dari seseorang yang berpura-pura menjadi teman yang sangat mengalami kesulitan dan membutuhkan uang? Modus seperti ini kian marak terjadi dengan alasan yang beragam. Misalnya saja sedang tertimpa musibah, anak atau orang tuanya sakit sehingga membutuhkan biaya, kehilangan dompet, dan lain sebagainya.
Penipu mengirimkan pesan pribadi melalui media sosial dan menceritakan kemalangannya melalui chat, yang ujung-ujungnya meminta bantuan keuangan. Sebab meyakinkan, calon korban bisa jadi tidak menyadari bahwa akun media sosial temannya tersebut telah diretas dan diambil alih oleh ‘si penipu’. Rasa iba dan empati yang muncul dari calon korban dimanfaatkan untuk menguras uang milik korban. Tanpa disadari, korban memberikan detail infromasi bank melalui percakapan di media sosial tersebut. Kemudian hari diketahui bahwa uang tabungan korban telah habis terkuras.
Jika Anda menemukan diri Anda dalam situasi seperti ini, maka jangan sekali-kali membagikan informasi pribadi dan perbankan Anda di media sosial, kepada siapa pun, termasuk teman bahkan keluarga Anda. Sebab, apabila teman atau keluarga membutuhkan bantuan keuangan dari Anda, maka mereka akan langsung menghubungi Anda, bukan melalui media sosial.
- Jangan dibutakan oleh cinta
Terdengar absurd, tapi faktanya ada modus penipuan dan pencurian identitas serta infromasi perbankan yang berlatar belakang asmara. Tak bisa dipungkiri bahwa ketika seseorang jatuh cinta, ia akan bersedia melakukan apa saja, termasuk memberikan apa pun yang diinginkan oleh orang yang dicintainya.
Terbuai asmara boleh-boleh saja, tetapi akal sehat harus selalu dijaga. Jangan terlalu dibutakan oleh cinta, jika Anda tidak ingin merana karena baru menyadari telah menjadi korban penipuan. Saat sedang kasmaran, orang akan berpikir bahwa dirinya telah menemukan orang yang pas untuk dijadikan sebagai pasangan hidup selamanya, sehingga abai terhadap ‘keamanan’ keuangannya.
Saking percayanya, ‘si korban’ akan dengan mudah memberikan akses kepada ‘si penipu’, bahkan nomor PIN ATM dan kartu debitnya. Hal ini dilakukan semata-mata agar calon pasangannya senang dan bahagia, sehingga semakin cinta. Alih-alih menjaga amanah yang diberikan, ‘si penipu’ justru menguras habis uang yang bertahun-tahun ditabung korban untuk persiapan masa depannya. Ketika korban tak lagi berdaya karena uang sudah terkuras habis, maka tibalah saat melambaikan tangan sebagai tanda perpisahan.
Modus penipuan atas nama cinta juga sering dilakukan dengan berpura-pura meminjam uang dengan alasan terjerat utang, atau orang tua sakit keras. Sebagai orang yang sedang kasmaran, tentu tidak akan tega jika orang yang dicintainya mengalami hal-hal buruk. Tanpa ragu-ragu, si korban mentransfer sejumlah uang yang diminta ‘kekasih hati’ dengan begitu mudahnya. Setelah mendapatkan apa yang diinginkan, maka ‘sang kekasih hati’ menghilang tanpa kabar.
Identitas diri apalagi yang berkaitan dengan akun perbankan sangatlah pribadi. Oleh sebab itu, simpanlah rapat-rapat, jangan sampai membocorkannya kepada siapa pun. Pada prinsipnya kemampuan menjaga kerahasiaan merupakan langkah terbaik untuk melindungi diri dari penipuan dan pencurian identitas perbankan Anda.
Artikel Terkait
- Cara Menghindari Phising Dan Malware
- Modus Baru Pembobolan ATM Lewat Struk, Jangan Buang Sembarangan
- 10 Negara Terkorup di Dunia, Apakah Termasuk Indonesia?
- Contoh-Contoh Kasus Pencurian Identitas
Demikianlah artikel tentang tips melindungi diri dari penipuan dan pencurian identitas, semoga bermanfaat bagi Anda semua.