Ada Apa dengan Krisis Ekonomi di Turki?
Siapa yang tak tahu dengan Turki? Negara yang dipimpin oleh Recep Tayyip Erdogan yang konon dikenal sebagai pemimpin yang tegas, berani, dan dicintai oleh rakyatnya. Setelah lolos dari percobaan pembunuhan diikuti dengan gerakan kudeta militer pada tahun 2016, Presiden Erdogan semakin tegas dan waspada dalam menjalankan kepemimpinannya guna membawa Turki sebagai negara yang mandiri dan sejahtera.
Benar saja, selama kepemimpinan Presiden Erdogan, kondisi perekonomian Turki mengalami perkembangan signifikan yang ditunjukkan dengan laju pertumbuhan ekonomi yang mencapai 7,4 persen di tahun 2017 mengalahkan Cina dan India. Tak hanya di bidang ekonomi, pembangunan infrastruktur di Turki juga mengalami kemajuan pesat.
Namun laju pertumbuhan ekonomi Turki yang fantastis tak serta-merta mencerminkan kondisi ekonomi negara yang tangguh dihantam badai. Pada Mei 2018, Turki mengalami gejolak ekonomi yang direpresentasikan dengan anjloknya nilai tukar mata uangnya yaitu lira terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Dari hari keĀ hari, lira Turki semakin tak berdaya di hadapan dolar AS. Puncaknya pada pertengahan Agustus 2018, lira Turki menurun tajam hingga lebih dari 20 persen yakni pada level 6,30.
Penyebab krisis ekonomi Turki
Masyarakat dunia tentunya bertanya-tanya, bagaimana bisa Turki mengalami krisis di saat perekonomiannya berkembang pesat? Lantas, apa penyebab terjadinya krisis ekonomi di Turki baru-baru ini? Setelah ditelisik ternyata cukup banyak faktor yang menjadi penyebab krisis ekonomi di Turki baik yang bersifat ekonomi maupun politik.
- Besarnya utang luar negeri
Setiap negara dalam melaksanakan program pembangunannya tak lepas dari utang luar negeri. Demikian pula halnya dengan Turki. Setiap tahun pinjaman pemerintah Turki terhadap mata uang asing meningkat 18 persen. Utang luar negeri ini memang efektif untuk mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi Turki yang mengesankan. Sayangnya, besarnya utang luar negeri tidak diimbangi dengan kinerja ekspor dan impor di sektor barang dan jasa dalam menghasilkan penerimaan devisa. Akibatnya, kebutuhan akan mata uang dolar AS sebagai alat pembayaran luar negeri tidak tercukupi, sehingga menggerus cadangan devisa negara.
- Minimnya cadangan devisa
Utang luar negeri dibayar menggunakan devisa. Nilai utang luar negeri yang besar tentu akan mengurangi devisa negara. Celakanya, cadangan devisa yang dimiliki tak cukup untuk membayar beban utang yang ada. Inilah situasi yang dihadapi oleh Turki. Pinjaman pemerintah atas mata uang asing yang tinggi mengakibatkan negara mengalami defisit baik fiskal maupun giro. Sementara Turki tak memiliki cadangan devisa yang cukup untuk mengatasi masalah ekonomi jika terjadi kesalahan.
- Kebijakan suku bunga rendah
Krisis ekonomi yang melanda Turki sejak awal tahun 2018 memicu terjadinya inflasi hingga mencapai 16 persen. Meski demikian, Presiden Erdogan menekan bank sentral untuk tetap memberlakukan suku bunga yang rendah agar pinjaman lebih menarik. Erdogan dikenal sebagai pemimpin negara yang anti terhadap suku bunga. Sebab itulah, pemimpin Turki tersebut tidak ingin membebani rakyatnya dengan suku bunga pinjaman yang tinggi. Sayangnya, kebijakan ini tak mampu mendongkrak nilai tukar lira terhadap dolar AS, bahkan makin terpuruk. Kondisi ini jelas dinilai tidak menguntungkan bagi investor. Tak sedikit investor yang mulai menarik asetnya untuk dipindahkan pada negara yang nilai tukar mata uangnya cukup tangguh terhadap dolar AS.
- Hubungan dengan Amerika Serikat yang tidak harmonis
Krisis ekonomi yang melanda Turki tak semata-mata disebabkan oleh faktor-faktor ekonomi, tetapi juga politik. Bermula dari penangkapan dan penahanan seorang pendeta berkebangsaan Amerika Serikat oleh otoritas Turki karena dituduh sebagai mata-mata. Meski Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah meminta untuk membebaskan warga negaranya tersebut, namun otoritas Turki tetap saja bergeming. Seolah menjadi aksi balasan atas keengganan AS mengekstradisi Fethullah Gulen yang dituduh sebagai dalang kudeta militer di Turki yang gagal pada 2016 lalu.
Hubungan politik yang tak harmonis ini diperparah dengan kebijakan ekonomi Donald Trump yang memberlakukan tarif ganda untuk produk impor dari Turki yakni baja sebesar 50 persen dan aluminium sebesar 20 persen. Atas pemberlakuan kebijakan ini, Turki merasa dikhianati oleh Amerika Serikat, mengingat negeri Paman Sam itu merupakan konsumen terbesar Turki untuk kedua produk tersebut.
Strategi Turki mengatasi krisis ekonomi
Meski sedang mengalami krisis ekonomi, namun Turki memiliki kekuatan pada sosok pemimpinnya yang tidak mudah dan tak gentar dengan tekanan asing. Selama 15 tahun memimpin Turki, Erdogan mampu mewujudkan kesejahteraan bagi rakyatnya, dibuktikan dengan pembangunan yang pesat dan pertumbuhan ekonomi yang mengesankan para petinggi lembaga keuangan di seluruh dunia. Sebab itulah, Erdogan tak tinggal diam saat kondisi ekonomi Turki bergejolak dengan terpuruknya nilai tukar lira terhadap dolar AS. Berikut strategi Turki untuk mengatasi krisis ekonomi yang melanda.
- Menaikkan tarif impor komoditas dari AS
Ancaman AS memberlakukan penggandaan tarif impor baja dan aluminium tak membuat gentar Turki. Bahkan Turki berani membalasnya dengan menaikkan tarif impor komoditas dari AS seperti beras, kosmetika, kendaraan bermotor, tembakau, dan minuman beralkohol. Kenaikannya pun tak tanggung-tanggung yakni 50 persen untuk beras, 60 persen untuk kosmetika, 120 untuk kendaraan bermotor tergantung jenisnya, 60 persen untuk tembakau, dan 140 persen untuk minuman beralkohol.
Selain itu, Turki juga menyerukan untuk memboikot produk elektronik asal AS, termasuk smartphone iPhone. Namun, seruan tersebut cukup berat direalisasikan mengingat pasar smartphone Turki dan aplikasi-aplikasi yang terpasang di dalamnya dikuasai AS. Turki memang memiliki smartphone lokal Vestel, tetapi komponen spare part dan juga sistem operasinya produk dari AS. Meski demikian, seruan boikot tersebut mendapat sambutan dari rakyat yang ditunjukkan dengan merusak iPhone dan membuang produk-produk AS lainnya.
- Menyerukan untuk menukar dolar AS dan euro dengan lira
Turki menyerukan untuk menjual dolar AS juga euro dan menukarnya dengan lira guna menyelamatkan lira dari dominasi dolar AS. Seruan ini pun mendapat respon yang positif dari rakyat Turki yang segera menukarkan dolar AS yang dimilikinya dengan lira. Bahkan tak sedikit yang bertindak ekstrem dengan merobek-robek dolar AS dan menyebarnya di jalanan. Turki tidak takut dengan tekanan dan ancaman dari AS.
- Memanfaatkan dukungan dari negara-negara sekutu
Krisis ekonomi Turki mendapat perhatian dan dukungan dari negara-negara sahabat seperti Qatar, Cina, Rusia, dan Pakistan. Wujud dukungan yang diberikan sangatlah beragam mulai dari dukungan moril maupun materiil berupa pemberian pinjaman hingga investasi.
Dampak krisis ekonomi Turki terhadap perekonomian dunia
Krisis ekonomi yang melanda Turki atas merosotnya nilai tukar mata uang lira terhadap dolar AS sebenarnya tak memberikan pengaruh negatif yang besar terhadap perekonomian dunia atau pasar global. Sebab, Turki hanya menyumbang 1 persen saja terhadap pertumbuhan ekonomi global. Lantas, siapa yang turut merasakan dampak negatif dari krisis ekonomi di Turki ini?
Negara-negara berkembang dan perbankan merupakan para pihak yang terdampak atas terjadinya krisis ekonomi di Turki. Investor di negara-negara berkembang khawatir krisis ekonomi di Turki ini akan merembet ke negara-negara berkembang lainnya, sehingga mereka menarik investasinya. Aksi ini mengakibatkan ikut merosotnya nilai tukar mata uang negara-negara berkembang.
Sementara bagi perbankan terutama yang memiliki unit di Turki turut merasakan dampak krisis ekonomi yang melanda negara tersebut. Lemahnya perbankan di Turki dikhawatirkan berimbas terhadap bank-bank asing yang memiliki aset di sana. Tak hanya aset, saham perbankan asing pun turut anjlok.
Artikel Terkait
- Ini Penyebab Krisis Ekonomi Hiperinflasi (Hyperinflation) di Venezuela
- Mengapa Asia Timur Lebih Maju Dibandingkan Asia Tenggara?
- Adakah Negara yang Gagal Membayar Utang Negara? Ini Dia Daftarnya!
- Apa yang Terjadi ketika Negara Gagal Membayar Utang (Default)?
- Belajar dari Krisis Yunani
Demikianlah artikel tentang krisis ekonomi di Turki, semoga bermanfaat bagi Anda semua.