Mengambil Hikmah dari Krisis Yunani
Masih ingat akan krisis ekonomi yang melanda Yunani pada tahun 2008 lalu? Suatu ‘musibah’ bagi negara yang berdaulat, di mana negara tak mampu mengelola keuangannya sehingga terperosok ke dalam jurang kebangkrutan. Pada tahun tersebut, krisis ekonomi melanda beberapa negara di dataran Eropa, namun Yunani-lah satu-satunya negara yang terdampak paling parah atas terjadinya krisis finansial tersebut.
Banyak faktor yang menyebabkan Yunani mengalami depresi ekonomi hebat. Beberapa di antaranya adalah pemborosan dalam pengelolaan keuangan negara, korupsi, dan tingginya tingkat utang luar negeri yang mencapai 177 persen dari PDB (Produk Domestik Bruto). Kondisi ini mengakibatkan Yunani kesulitan untuk mengumpulkan uang guna membayar utang. Benar saja, negara ini gagal bayar atas utang-utangnya sehingga ‘dihadiahi’ predikat junk oleh Standard & Poor’s (S&P) selaku lembaga peringkat utang dalam lingkup internasional.
Sudah jatuh tertimpa tangga. Itulah yang dialami oleh Yunani di saat krisis ekonomi. Di satu sisi keuangan negara mengalami defisit parah, sedang di sisi lain tak mampu mencari dana talangan melalui pasar baik untuk membiayai kebutuhan anggaran maupun membayar utang-utangnya yang telah jatuh tempo.
Tak ada satu pun negara yang ingin mengalami krisis ekonomi. Namun untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Kondisi ekonomi sangatlah fluktuatif. Banyak faktor yang mempengaruhi baik internal maupun eksternal. Dari krisis Yunani, ada banyak pelajaran atau hikmah yang bisa diambil oleh masyarakat internasional, termasuk Indonesia.
- Kontrol keuangan dengan baik
Buruknya pengelolaan keuangan negara menjadi salah satu faktor internal penyebab krisis Yunani. Defisit anggaran negara memberikan dampak sistemik pada perbankan. Krisis Yunani memaksa otoritas setempat menutup akses perbankan untuk menghindari money rush yakni penarikan uang dalam jumlah besar oleh masyarakat. Ironis, masyarakat yang menjadi nasabah notabene adalah pemilik aset berupa uang yang disimpan di bank, tetapi tak dapat melakukan penarikan atau mendapatkan uangnya kembali.
Masyarakat seharusnya menyadari sejak awal bahwa menyimpan uang di bank baik dalam bentuk tabungan, giro, maupun deposito sama artinya menyerahkan ‘kepemilikan’ uang tersebut kepada bank. Ketika Anda menyimpan uang di bank, mau tidak mau Anda harus mematuhi aturan bank berkenaan dengan penggunaan uang tersebut baik penarikan, transfer, dan lain sebagainya.
Artinya, Anda tak lagi leluasa untuk menggunakan uang yang tersimpan di bank tersebut sewaktu-waktu. Kebijakan dan peraturan bank tentu dipengaruhi oleh kebijakan moneter pemerintah, dalam hal ini adalah bank sentral. Jadi, secara tidak langsung uang Anda akan berada dalam penguasaan bank karena Anda tidak memegang fisik uang tersebut.
Hikmah yang bisa diambil dari sini adalah kontrol keuangan Anda dengan baik. Jangan menyimpan seluruh uang Anda di bank. Anda bisa menyimpannya dalam bentuk tunai. Selain itu, Anda juga bisa membuat akun bank lebih dari satu, sehingga jika salah satu bank bermasalah, Anda masih bisa mengakses simpanan di bank lainnya.
- Mengatur uang secara hemat
Besar pasak daripada tiang. Itulah gambaran pengaturan dan pengelolaan keuangan Yunani. Utang bertumpuk, tetapi tak diimbangi dengan pendapatan yang signifikan dari sektor riil. Pemerintah mengandalkan utang luar negeri dan swasta untuk membiayai kebutuhan negara.
Tak tanggung-tanggung, utang negara ini mencapai lebih dari 150 persen nilai PDB-nya. Sayang, utang tersebut tak digunakan untuk membangun dan mengembangkan sektor-sektor produktif yang mampu menyumbang bagi peningkatan pertumbuhan ekonomi, tetapi cenderung untuk peningkatan gaji dan pegawai pemerintah. Pemerintah boros anggaran dalam mengelola dan mengatur keuangan negara.
Krisis Yunani ini mengajarkan masyarakat internasional akan pentingnya mengatur keuangan secara hemat. Penyusunan anggaran belanja dan sikap tertib serta disiplin atas anggaran yang telah disusun dapat menjadi tameng realisasi anggaran secara hemat. Belanja sesuai kebutuhan dan kemampuan finansial yang dimiliki. Harus disadari bahwa bermudah-mudah dalam utang justru akan menjadi bumerang yang mengancam ekonomi dan kemandirian finansial Anda. Jadi, hidup hemat akan lebih bersahaja dan dapat menghindari utang.
- Penting menyimpan uang tunai
Krisis ekonomi tidak terjadi secara tiba-tiba. Artinya ada penyebab atau pemicunya. Pada krisis Yunani, negara ini mengalami defisit anggaran yang buruk, di mana negara tak memiliki uang tunai yang cukup untuk membiayai beban anggaran dan juga membayar utang yang sudah jatuh tempo.
Dari sini bisa diambil pelajaran akan pentingnya menyimpan uang tunai. Di saat terjadi krisis bisa jadi perekonomian lesu bahkan lumpuh. Imbasnya pada sektor perbankan yang tak lagi bisa beroperasi. Jika Anda menyimpan seluruh uang yang dimiliki ke bank, maka Anda akan sulit untuk menarik kembali semua uang tersebut.
Sebab itu, Anda harus memiliki simpanan uang tunai di rumah. Anda bisa menyimpannya dalam lemari besi yang ditempatkan di salah satu sudut rumah yang dianggap aman. Dengan adanya uang tunai di tangan, Anda masih tetap bisa membeli barang-barang kebutuhan meski krisis ekonomi datang melanda.
- Update informasi dari berbagai media
Krisis ekonomi yang menghantam Yunani mengakibatkan tingkat pengangguran semakin tinggi mencapai 25 persen. Selain itu, masyarakatnya juga tidak bisa mengambil uang simpanan dan dana pensiun karena bank tak lagi beroperasi. Hal ini jelas menimbulkan kesengsaraan bagi masyarakat setempat. Masyarakat seolah terlambat menyadari bahwa krisis ekonomi yang terjadi benar-benar memberikan dampak buruk bagi kehidupan mereka.
Penting untuk diperhatikan bahwa update informasi terkait dengan perkembangan kondisi ekonomi terkini dari berbagai media, baik surat kabar, radio, televisi, sosial media, dan situs-situs berita online harus dilakukan oleh setiap individu masyarakat. Hal ini bertujuan untuk mengambil langkah antisipasi apabila krisis ekonomi semakin memburuk. Dari informasi yang diperoleh, Anda bisa memperkirakan bahkan menentukan waktu yang tepat untuk ‘menyelamatkan diri’ dari krisis.
- Emigrasi
Hidup dalam keterbatasan, kekacauan, dan rawan keamanan di tengah-tengah krisis ekonomi memang tak menyenangkan. Rakyat Yunani mau tidak mau atau suka atau tidak suka harus menjalani kehidupan tersebut. Mereka tak memiliki persiapan bahkan sumber daya untuk ‘selamat’ dari situasi dan kondisi krisis tersebut.
Belajar dari krisis Yunani, masyarakat dunia hendaknya memiliki persiapan baik administratif maupun piskologis untuk keluar dari krisis, yakni dengan melakukan emigrasi, keluar sementara dari negara yang tengah mengalami krisis ekonomi. Untuk itu diperlukan sumber daya finansial yang cukup. Di saat muncul tanda-tanda krisis dan Anda mampu membaca situasinya, Anda bisa menyiapkan dokumen baik paspor juga visa untuk pindah sementara ke negara lain yang perekonomiannya cenderung stabil.
- Tingkatkan kewaspadaan dan keamanan
Krisis ekonomi melahirkan kondisi yang serba sulit. Kelangkaan hampir terjadi di semua komoditas baik pangan, bahan bakar, dan juga perlengkapan medis. Hal ini menimbulkan kekacauan dan aksi kejahatan yang semakin meningkat. Perampokan, penjarahan, bahkan pembunuhan rentan terjadi. Bahkan guncangan ekonomi di Yunani juga mengguncang psikologis masyarakatnya sehingga tak sedikit yang melakukan aksi bunuh diri.
Kehidupan senantiasa berputar, kadang di atas kadang di bawah. Di saat berada di bawah, harus memperkuat iman agar tidak mudah goyah dan tergoda untuk melakukan tindakan-tindakan melawan hukum dan merugikan orang lain juga diri sendiri. Setiap perbuatan selalu akan ada balasannya. Banyak berdoa, memperdalam ilmu agama, dan bersosialisasi akan dapat mengurangi tingkat depresi sehingga pikiran untuk mengakhiri hidup tak akan pernah terlintas. Sementara agar tidak menjadi korban atau pelaku kejahatan, meningkatkan kewaspadaan dan keamanan penting dilakukan.
Krisis ekonomi sering kali membawa konsekuensi nestapa bagi rakyat. Tingkat pengangguran tinggi, pendapatan menurun, daya beli menurun, tetapi inflasi tinggi yang mengakibatkan harga-harga komoditas atau barang kebutuhan pokok naik. Dari krisis Yunani yang demikian parah memberikan suatu pelajaran atau hikmah bagi masyarakat internasional untuk pandai-pandai dalam mengatur dan mengelola keuangan, tak mudah masuk dalam perangkap utang, rajin memperbarui informasi terkait kondisi ekonomi, juga meningkatkan kewaspadaan dan keamanan.
Artikel Terkait
- Krisis Ekonomi Turki
- Krisis Ekonomi Venezuela
- Krisis Ekonomi Zimbabwe
- Belajar dari Krisis Finansial Venezuela
- Krisis Ekonomi Yunani
- Pelajaran dari Krisis Yunani, Cara Bertahan Saat Krisis Ekonomi
- Ada Apa dengan Krisis Ekonomi di Turki?
- Ini Penyebab Krisis Ekonomi Hiperinflasi (Hyperinflation) di Venezuela
- Hal-hal yang Harus Dilakukan Ketika Krisis Ekonomi
Demikianlah artikel tentang hikmah dari krisis Yunani, semoga bermanfaat bagi Anda semua.