Kami menyediakan berbagai simulasi kredit, dari kredit mobil, kredit rumah, kpr, kartu kredit dan lain-lain. Simulasi pinjaman bisa juga dilakukan di sini.

Belajar dari Kasus Jebakan Utang Pinjaman Online di Kenya

Tawaran utang memang sering kali menggiurkan. Apalagi di saat membutuhkan, utang seolah menjadi satu-satunya solusi dalam menghadapi permasalahan hidup. Tanpa pikir panjang berkenaan bunga yang tinggi, jangka waktu pendek, dan kemampuan mengembalikan, orang cenderung gegabah dalam menyikapi tawaran utang. Terima dulu uangnya, kemampuan membayar kembali dipikir belakangan. Inilah yang menyebabkan banyak orang terjebak dalam utang.

Seperti yang terjadi di Kenya, sebagian besar penduduknya terjerat dalam utang digital. Apa itu utang digital? Utang digital merupakan pinjaman yang diberikan dengan mengakses aplikasi kredit melalui smartphone. Pinjaman atau utang digital ini ditawarkan oleh perusahaan financial technology (fintech) online yang memiliki platform atau aplikasi khusus, sehingga masyarakat mudah untuk mengaksesnya kapan saja dan di mana saja.

Perkembangan platform kredit digital di Kenya

Kenya merupakan salah satu negara yang terdapat di benua Afrika, tepatnya Afrika Timur. Pada awalnya Kenya bukanlah negara maju dan kaya, namun kini memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang cukup mengagumkan. Bahkan, ekonomi negara ini adalah yang terbesar di Afrika Timur.

Perekonomian Kenya yang semakin baik memicu perkembangan industri finansial. Hal ini ditunjukkan dengan semakin banyaknya perusahaan fintech yang merintis bisnis di negara tersebut. Sebut saja Tala, Okolea International, M-Coop Cash, Branch, M-Pesa, Equity’s Eazzy, dan masih banyak lagi yang lainnya. Perusahaan fintech tersebut menawarkan layanan finansial berbasis online yang memungkinkan masyarakat Kenya untuk melakukan transaksi keuangan secara online melalui smartphone.

Kehadiran perusahaan-perusahaan fintech mobile di Kenya mendapat sambutan yang positif dari masyarakat, karena memberikan alternatif layanan keuangan selain perbankan. Dengan aplikasi dari berbagai perusahaan tersebut, masyarakat bisa dengan mudah dan cepat melakukan proses transfer dan tarik tunai kapan saja dan di mana saja. Masyarakat tak lagi membuang-buang waktu untuk menunggu antrian di bank untuk melakukan transaksi keuangan.

Apalagi perusahaan-perusahaan fintech online mobile ini juga menawarkan pinjaman atau utang dengan syarat yang lebih mudah dibandingkan dengan pengajuan pinjaman ke bank. Strategi pemasaran yang digunakan bersifat personalisasi dengan mengirimkan pesan singkat secara individual ke nomor ponsel setiap konsumen yang disasar. Isi pesan yang dikirimkan tentu saja kalimat persuasif yang menawarkan pinjaman yang bisa diakses kapan saja saat konsumen membutuhkan.

Bak gayung bersambut, tawaran utang digital melalui ponsel di Kenya mendapat respon yang luar biasa. Animo warga begitu tinggi sehingga tingkat pengajuan pinjaman digital pun tinggi. Hanya dengan bermodal ponsel pintar dan tentunya jaringan internet, setiap warga berkesempatan untuk mengajukan pinjaman ke platform perusahaan fintech yang diinginkan dengan mengakses aplikasinya.

Jebakan utang digital di Kenya

Kemudahan dan kepraktisan pengajuan pinjaman digital yang ditawarkan oleh perusahaan-perusahaan fintech online mobile dianggap sebagai solusi atas permasalahan finansial yang dihadapi oleh warga Kenya. Sebagian besar warga negara tersebut tercatat sebagai debitur dari perusahaan-perusahaan fintech pemberi pinjaman online tersebut. Dari sekian banyak warga Kenya, hanya 16 persen saja yang tidak pernah mengajukan pinjaman melalui ponsel.

Di balik kemudahan yang ditawarkan, terdapat risiko besar yang harus ditanggung oleh warga yang meminjam uang secara online melalui ponsel tersebut. Mereka terus dibujuk agar mengajukan pinjaman untuk memenuhi segala kebutuhannya. Benar saja, minat warga untuk mendapatkan pinjaman digital sangatlah tinggi, sehingga seakan tak menyadari besarnya beban yang ditanggung sesudahnya.

Pinjaman digital melalui ponsel yang berkembang di Kenya pada prinsipnya merupakan pinjaman lunak jangka pendek dengan tingkat bunga cukup tinggi. Memang tidak ada jaminan yang diserahkan oleh warga untuk mendapatkan pinjaman tersebut. Konsekuensinya adalah pembebanan tingkat bunga pinjaman yang tinggi.

Permasalahan mulai muncul ketika warga kesulitan untuk membayar kembali pinjamannya. Kesulitan membayar kewajiban ini disebabkan oleh menurunnya tingkat pendapatan warga karena adanya pemutusan hubungan kerja secara massal. Artinya, banyak warga yang kehilangan pekerjaan yang berarti pula kehilangan sumber pendapatan.

Tak hanya itu, pinjaman digital melalui ponsel juga tidak diperuntukkan bagi terciptanya sumber pendapatan baru. Hanya sebagian kecil saja warga yang menggunakan uang pinjaman untuk berbisnis dan mengembangkannya. Kebanyakan warga mengalokasikan uang pinjaman untuk membeli barang-barang yang tidak mendatangkan pendapatan, dan mencari hiburan dengan bersenang-senang serta membeli minuman beralkohol dan menikmatinya hingga mabuk.

Penggunaan pinjaman yang tidak tepat dan gaya hidup sebagian besar warga Kenya menyebabkan mereka terjebak sendiri dalam pusaran utang yang seolah tak berujung. Oleh karenanya terjadinya gali lubang tutup lubang. Sebagian besar peminjam mengajukan pinjaman lain atau menggali lubang baru untuk membayar pinjaman sebelumnya yang telah jatuh tempo. Bahkan tak sedikit peminjam yang mengalami gagal bayar, sehingga masuk dalam daftar hitam.

Belajar dari kasus jebakan utang digital di Kenya

Sistem kredit digital memberi alternatif solusi bagi mereka yang membutuhkan pinjaman jangka pendek. Sebab tanpa jaminan, maka konsekuensinya adalah tingkat bunga yang cukup tinggi. Hadirnya sistem kredit digital ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih dalam meningkatkan perekonomian masyarakat. Faktanya justru menimbulkan cukup banyak masalah. Kemudahan dalam mendapatkan pinjaman berisiko terhadap jumlah utang yang berlebihan di kalangan rumah tangga berpendapatan rendah.

Dari permasalahan sistem kredit digital yang menjebak warga Kenya dalam belenggu utang dapat diambil pelajaran untuk berbagai pihak baik pemerintah, perusahaan fintech, dan juga masyarakat sebagai berikut.

  • Atur suku bunga pinjaman

Pinjaman digital cenderung menerapkan tingkat bunga tinggi sebab diberikan tanpa adanya agunan atau jaminan. Meski demikian, bukan berarti penetapan bunga menjadi kewenangan penuh dari perusahaan fintech yang memberikan pinjaman. Di sinilah peran pemerintah diperlukan. Pemerintah bisa membuat peraturan tentang legalitas perusahaan-perusahaan fintech termasuk menantukan patokan tingkat suku bunga pinjaman maksimum yang bisa dibebankan kepada peminjam. Dengan demikian, perusahaan fintech tidak akan semena-mena dalam menetapkan tingkat bunga pinjaman yang begitu tinggi kepada peminjam.

  • Selektif dalam memberikan pinjaman

Semakin banyak peminjam artinya potensi laba yang mungkin diperoleh perusahaan fintech semakin besar. Sebab itu, perusahaan fintech senantiasa menjaring debitur sebanyak-banyaknya dengan memberikan kemudahan syarat dalam pengajuan pinjaman. Disadari atau tidak, hal ini justru meningkatkan risiko gagal bayar oleh peminjam. Untuk mencegah risiko tersebut, maka perusahaan fintech harus selektif dalam memberikan pinjaman. Kenali profil peminjam dengan baik, terutama yang berkaitan dengan sumber pendapatannya, karena mencerminkan kemampuannya dalam membayar kewajibannya. Jika tidak memenuhi syarat, sebaiknya pengajuan pinjamannya tidak disetujui agar tidak menimbulkan masalah di kemudian hari.

  • Tidak bermudah-mudah dalam berutang

Hikmah yang bisa dipetik bagi masyarakat adalah tidak bermudah-mudah dalam berutang, sehingga tidak perlu pusing karena terjebak dalam pusaran utang, sehingga harus gali lubang tutup lubang. Jika memang dalam kondisi terdesak, mengajukan pinjaman alias berutang sah-sah saja, dengan catatan memiliki kemampuan untuk mengembalikannya. Namun apabila tidak membutuhkan, sebaiknya tidak perlu berutang hanya sekadar mengikuti tren. Jika pun berutang, bijaklah dalam menggunakannya. Alokasikan utang untuk membuka usaha akan lebih baik dibanding hanya untuk membeli barang-barang konsumtif. Sebab, dengan membuka usaha artinya akan ada pendapatan baru tercipta yang kemudian bisa digunakan untuk mengembalikan pinjaman tersebut.

Artikel Terkait

Demikianlah artikel tentang kasus jebakan utang pinjaman online di Kenya, semoga bermanfaat bagi Anda semua.



Yang Patut Anda Ketahui Mengenai Rescheduling Utang
Mengapa Punya Utang Kartu Kredit Buruk?
Pengaruh Antara Utang Terhadap Indeks Pembangunan Manusia
Metode Debt Snowball: Cara Keluar dari Utang dengan Cepat
Terjebak Utang? Coba Metode Debt Stacking untuk Melunasinya
Cara Melaporkan Pinjaman Online Ilegal ke OJK
Produk Keuangan Apa yang Ditawarkan oleh Financial Technology?
Apa itu Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI)?
Untung Rugi dalam Bisnis Peer To Peer (P2P) Lending
Apa Itu Debt Ratio?


Bagikan Ke Teman Anda